Dear Kirana.
(Istriku di masa depan)Meskipun kita sedang dalam keadaan memanas seperti dalam tanah perang aku masih tetap harus menulis surat untukmu. Ini janji yang berarti hutang. Sebagai lelaki sejati aku akan menepati janji itu.
Hari ini akan kuceritakan kisah setelah aku berpisah dengan gadis misterius di studio photo. Karena kita sudah sama-sama tahu siapa gadis itu mulai sekarang akan ku panggil dia Kirana. Benar itu kamu seseorang yang sudah membuatku jatuh hati. Memberikan harapan baru diujung kejenuhanku dalam menjalani hidup.
Setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi studio photo tempat aku dan Kirana bertemu. Berharap bisa bertemu lagi dengan gadis itu. Namun, itu seperti mimpi di siang hari yang semu. Tak pernah sekali saja aku menemukan Kirana.
Aku mulai menyerah tapi sebelum benar-benar melupakan Kirana aku menceritakan kejadian itu pada teman-teman. Seharusnya kau ingat saat istirahat kedua di kebun belakang sekolah. Setidaknya jika kau tidak ingat kau sempat melihatku duduk di bawah pohon bersama Vero, Rama dan Netra. Di saat itu aku bercerita dan mulai melepaskan sosok Kirana.
Tidak ada guna tetap menyimpan seseorang yang mungkin sebenarnya hanya imajinasiku. Perlahan wajah cantik itu juga mulai memudar dan setelah satu tahun berlalu aku benar-benar lupa seperti apa rupanya. Akan lebih baik jika aku melepaskan Kirana demi masa depan yang lebih indah. Aku pun ingin membuka hati untuk orang lain. Tapi, Vero menggoyahkanku.
"Aku pernah mendengar cerita yang sama. Kalau ini bukan cerita fiksi aku tahu siapa orang yang Kakak maksud." Vero berkata seperti itu tentu saja aku jadi bimbang.
"Dia sekolah di sini juga, tapi sepertinya kalian belum pernah bertemu. Dia sedikit pemalu dan tidak suka keramaian."
"Jadi namanya siapa dan di kelas apa?" tanyaku yang sudah terlanjur penasaran.
Namun, tiba-tiba sebungkus kantong plastik berisikan kotak martabak menggantung di tengah-tengah kami.
"Untukmu," ujar seorang gadis kepada Vero kemudian berlalu begitu saja.
"Aku harus bayar tidak?" teriak Vero.
"Kamu makan saja, aku buat banyak. Hadiah untuk ide tugas tata boga."
Gadis itu pun berlalu dan setelahnya Vero berkata bahwa gadis yang baru saja memberikan martabak ialah gadis yang aku temui di studio. Dia Kirana, dia adalah dirimu.
"Kamu tidak sedang bercanda kan?"
"Sumpah."
"Tapi dia terlihat kurusan, gadis yang aku temui itu pipinya agak tembam. Ya meskipun tingginya sama tapi aku sedikit ragu."
"Itu karena dia mau mengubah penampilan. Dia bilang terlalu gendut jadi diet tidak sehat."
"Diet, dia mau mati apa ya. Aku yakin dulu beratnya tidak sampai 40."
"Kamu tahu pubertas tidak, hah!" sela Rama sembari mencebikkan bibir.
"Iya, Kak. Kak Kirana sedang suka seseorang jadi dia mau terlihat lebih cantik. Kalau kurus katanya bisa terlihat lebih tinggi."
"Satu lagi, Kak Kirana sudah mulai mencoba berdandan tapi karena salah kosmetik wajahnya jadi seperti rempeyek kacang," sambung Vero.
Maaf aku tidak bisa menahan tawa. Perumpamaan yang Vero gunakan benar-benar lucu. Aku juga tidak tahu dari sekian banyak pilihan kata ia malah memilih rempeyek kacang untuk menggambarkan wajah Kirana yang sedang berjerawat.
Baiklah kita akhiri membahas rempeyek kacang. Nanti kau semakin marah.
Waktu berlalu dan tanpa sengaja aku sering melihat Kirana di sekitaran koridor atau saat pulang sekolah. Kadang kala juga aku mendengar sayup-sayup suara gadis itu sedang mengobrol dengan penjaga perpustakaan. Aku sedikit penasaran tentang dirinya, apa seperti yang selama ini aku bayangkan atau jauh berbeda?
Kuputuskan diam-diam mengawasi Kirana. Ia benar-benar gadis yang sangat membosankan. Ia jarang sekali keluar kelas saat istirahat tetapi hampir setiap pergantian jam pelajaran ia keluar kelas dan pergi ke toilet. Aku tidak mengikutinya sampai sana, aku hanya melihat setiap gerak gadis itu dari balkon kelasku.
Tidak ada yang spesial darinya. Aku bosan dan berhenti disana. Namun, banyak sekali anak laki-laki yang sering membicarakan betapa mengaggumkan sosok Kirana itu. Mereka bilang gadis itu sangat susah didekati meski sering pergi sendirian. Tidak mudah merebut hatinya dengan kata-kata manis. Padahal Kirana sangat ramah dan mudah bergaul. Hanya dengan menyapa dan bertanya sesuatu siapapun bisa langsung menjadi teman dekatnya.
"Bagaimana cara bertemu Kirana, keluar kelas saja jarang?" ujar Netra mewakiliku.
"Cari saja di perpustakaan setiap pagi atau saat kelasnya jam kosong."
"Main-main di halte bus, pasti ketemu."
"Net, mau taruhan sama geng kamu ya?" ujar salah satu teman kelas kami.
"Gundulmu, kamu pikir ini drama korea."
Kurasa aku sudah tahu apa daya tarik Kirana. Bukan masalah susah di dekati tapi karena ia yang sering sendirian. Bagi laki-laki, gadis yang tidak sering bergerombolan dengan teman-temannya itu menarik. Mereka jadi bisa lebih mudah mengobrol dan mendekatkan pikiran satu sama lain. Selain itu Kirana tidak suka mencari perhatian.
"Bro, geseran dikit dong, aku mau lewat." Kalimat singkat, padat, jelas seperti itu yang kerap diucapkan Kirana saat meminta anak-anak yang berkerumun di koridor.
"Mau dibantuin bawa bukunya gak?"
"Bisa sendiri, silahkan kalian lanjutkan saja ngobrolnya."
Selain tidak suka mencari perhatian, gadis itu juga tidak pelit. Ia sering membantu orang yang kebingungan soal pelajaran, suka memberi materi ulangan dan saat ujian semester siapapun yang duduk dengan Kirana pasti merasa nyaman karena selain suka mengobrol random ia juga akan membantu menjawab soal yang tidak dimengerti.
Aku mengetahui semua itu dari orang-orang yang pernah berinteraksi secara langsung dengannya. Tentu saja informan terpercayaku tetap Vero. Aku hanya mengonfirmasi semua yang dikatakan Vero itu benar dengan bertanya pada orang-orang itu.
Aku jadi semakin penasaran ada orang yang tidak suka dicintai tapi mau berteman dengan orang banyak.
Sudah malam, besok kulanjut lagi. Aku mau belajar untuk ujian. Kau pikir aku benar-benar menolak belajar sampai bermusuhan denganmu seperti ini. Aku berbohong, aku harus lulus agar bisa pergi ke Prancis.
Dari seseorang yang sangat menganggumimu
Milan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TREAT ME LIKE A QUEEN [ COMPLETED ]
Подростковая литератураSedikit cerita tentang masa remaja. Ketika gadis pemalu bertemu dengan pemuda yang dipenuhi kasih sayang dan perhatian. Kirana yang keras kepala dan kekanak-kanakan dengan Milan pemuda yang memberikan perhatian tanpa meminta balas budi.