32. Surat Ke-5

24 4 18
                                    

Dear Kirana

Aku masih menulis ini lagi. Aku muak dengan janjiku sendiri. Aku terpaksa mengingat saat-saat menyedihkan.

Sial sekali hari itu. Aku berniat segera pulang agar bisa merebahkan tubuh yang sudah mau rontok karena baru pertama kali belajar judo. Tapi, ban motorku ternyata bocor, ya terpaksa aku mampir dulu ke bengkel Bang Jeky. Baru saja aku berhenti di depan bengkel sebuah pesan masuk. Aku tidak memperdulikannya, aku lanjut menyapa Bang Jeky lalu duduk di bangku panjang yang sudah usang di pojokan.

Ponselku masih berbunyi lagi dan lagi sampai akhirnya orang itu menelpon. Suara Rama terdengar di ujung sana. Ia mengatakan bahwa kamu pulang sendirian naik bus. Aku masih tidak peduli bahkan tak menjawab sepatah kata pun. Aku masih ragu mau maju atau mundur saja. Jelas-jelas hatimu bukan milikku.

"Mil, ini kesempatan mumpung dia sudah tahu kalau Haikal pacaran sama Anggun. Kapan lagi bisa berduaan sama Kirana di bus sore-sore sepi. Gak ada orang di halte sepi senyap jangkrik saja tidak berani lewat."

Aku merenung beberapa saat mengingat apa yang kemarin Vero katakan tentangmu. Ia bilang kamu sering murung setelah tahu Haikal pacaran dengan gadis lain. Vero pernah tidak sengaja berpapasan denganmu di jalan tapi kamu hanya diam lalu tiba-tiba menangis.

Aku beranjak sebentar lalu duduk lagi lalu berdiri lagi. Bang Jeky sampai ngomel karena kelakuanku ini. Ya bagaimana aku benar-benar galau, kamu susah sekali dimengerti. Karena tidak mau menganggu Bang Jeky aku pun berjalan-jalan di sekitar trotoar tanpa aku sadari aku sudah sampai di sekitaran halte. Saat itu aku melihat kamu naik bus kosong.

Aku ragu lagi mau ikut naik atau membiarkan kamu pulang sendirian. Tapi saat aku hendak berbalik kulihat Haikal dan Anggun di sebrang jalan menghentikan bus yang sedang kamu tumpangi. Secepat kilat aku lari menghampiri bus itu tanpa aku tahu alasan kenapa aku melakukannya. Aku duduk di depanmu yang mungkin tidak sempat kamu sadari karena kamu terus melihat ke luar kaca.

Apa sesakit itu melihat seseorang yang kamu suka memperlakukan orang lain dengan baik? Semua yang orang lain dapatkan ialah sesuatu yang sebenarnya sangat kamu inginkan yang selama ini kamu angan-angankan. Ketahuilah seperti itu juga yang aku rasakan. Pedih, sakit, sesak dan kecewa sampai rasanya ingin menghilang saja. Tapi sangat sulit kan?

Aku masih diam-diam memperhatikanmu yang kini mulai menoleh ke belekang melihat bagaimana Haikal bergurau mesra dengan Anggun. Aku tidak tahan, aku takut air matamu jatuh. Jadi aku menghentikan bus itu di depan Rumah Sakit. Kamu masih ingat kan bagaimana aku menarik paksa lenganmu dan mengajakmu berlari-lari menelusuri trotoar kembali ke sekolah?

Maaf aku hanya diam dan terus mengenggam erat lenganmu. Maaf ya aku menyakitimu tapi saat itu aku benar-benar marah. Padamu, pada Haikal dan pada diriku sendiri yang tidak bisa mengendalikan emosi. Kamu sudah tahu Haikal berkencan dengan orang lain tapi kenapa kamu masih melihatnya, berusaha tegar kuat. Kenapa kamu tidak turun, kenapa harus aku yang memaksamu pergi dari situasi mencekam saat itu?

Sesampainya di sekolah aku baru ingat motorku masih di bengkel. Tanpa basa basi aku segera pergi ke gudang mencari peralatan siapa tahu Pak Burhan meletakkan kunci di sana. Aku memang berniat membobol motor Haikal karena kesal saja. Haikal sudah tahu kamu menyukainya tapi dia dengan sengaja menyakitimu.

Langit benar-benar gelap sore itu tapi tidak jadi menjatuhkan air hujan. Padahal aku sangat berharap hujan lebat turun agar aku bisa mengajakkmu mampir ke rumah makan lagi. Aku masih ingin berlama-lama denganmu dan siapa tahu kita bisa dekat lagi.

"Bapak kamu namanya siapa?"

"Buat apa?"

"Siapa dulu nanti aku kasih tahu."

"Bramantyo, buat apa?"

"Buat latihan."

"Latihan?"

"Iya latihan mengucap saya terima nikahnya Kirana Ayu binti Bramantyo untuk saya sendiri dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Melihat kamu tersenyum saat itu aku senang sekali. Aku serius dengan apa yang aku ucapkan tetapi sepertinya sampai sekarang pun kamu masih menganggap itu sebagai candaan.

Sudah dulu ya, kita lanjutkan besok ceritanya atau kamu mau menghabiskan semua surat dariku hari ini? Kamu yakin tidak akan merindukanku? Aku pergi lama tanpa kabar.

Dari seseorang yang masih menunggu cintamu
Milan.

TREAT ME LIKE A QUEEN [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang