1Bulan kemudian
Hubungan Perth dan Nana berangsur membaik. Bahkan kini mereka terlihat lebih dekat dan sering terlihat bersama. Dan itu berawal dari Perth yang sudah tidak tahan lagi jika perang dingin terus berlanjut, hatinya memilih menyerah dan lebih dulu menyapa Nana.
#Flashback
Setelah pulang dari kuliahnya Nana memilih menyibukkan diri dengan tugas-tugas yang masih memiliki waktu untuk dikerjakan. Memilih menyibukan diri daripada fokusnya teralihkan kepada seseorang yang membuatnya pusing.
Jam menunjukan pukul 19.00, Nana yang tadinya sedang mengerjakan tugas-tugasnya beralih beranjak menuju dapur mini miliknya, menilik isi kulkas guna melihat ada bahan apa saja yang bisa dimasak malam ini.
Mengambil lalu memotong-motong sayur dan beberapa daging untuk dimasak.
Ketukan pintu terdengar.
Nana mengernyit "siapa? Malam-Malam begini", heran Nana. Kakinya melangkah menuju pintu.
*Ceklek
Nana mematung, sorot matanya menatap tidak percaya pada pria yang berada didepannya.
Nana bahkan tidak pernah berpikir jika Perth akan menemuinya seperti ini.
Sedangkan Perth berdiri kikuk,bingung harus bagaimana. Merutuk dalam hatinya kenapa bisa segugup ini hanya untuk meminta maaf. Perth berasa konyol sekarang.
Keduanya masih saling diam, mereka sama-sama canggung dan tidak tau harus bagaimana.
"Kau sibuk?", Perth bertanya lebih dulu,
"Tidak", singkat Nana.
Perth berpikir keras bagaimana untuk memulai percakapan. Dia tidak pernah disituasi seperti ini. Mengenyahkan segala gengsinya dan memilih meminta maaf
"Aku mau menepati janjiku", Nana mengernyit bingung, Nana rasa tidak ada janji apapun dan ngomong-ngomong mereka masih berada diambang pintu.
"Mentraktir makanan enak dan mahal", Nana mengangguk mengerti, bibirnya membentuk huruf O kecil, mengingat ucapan yang Perth lontarkan saat di minimarket, padahal Nana tidak menganggapnya serius.
"Jadi, mau keluar sekarang?", Perth kembali bertanya.
Nana yang mengingat jika ia baru saja akan mulai memasak, menimbang-nimbang ajakan Perth. Bibir bawahnya digigit, ia tidak mau menolak tapi ia sedang ingin memasak.
"Bisa kau simpan dilain waktu saja? Aku sedang mau memasak sekarang"
atmosfir perlahan membaik, walau terlihat raut wajah kecewa Perth atas tolakan Nana. Tapi setidaknya mereka berdua sudah terlibat obrolan ringan.
"Begini saja, kau ikut makan denganku. Aku akan memasak porsi lebih untukmu. Itu jika kau mau", final Nana.
ia tidak berharap lebih. Jika Perth menolak, setidaknya rasa canggung dihatinya kian memudar dan beban dihatinya sedikit mengurang
"Apa boleh?", Nana terkekeh kecil, merasa lucu atas pertanyaan Perth. Sedangkan Perth terpaku menatap dua bulan sabit didepannya. Debaran dijantungnya amat terasa sampai Perth lupa tiga detik cara bernafas.
"Cantik", lirih Perth bebarengan dengan ucapan Nana
"Aku yang menawarimu, tentu saja boleh""Kau mengatakan sesuatu tadi?", tanya Nana. Perth tergelak, menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kenapa bisa Perth salah tingkah begini.
Memalukan."Jadi sampai kapan aku terus berdiri diluar?"
Nana melotot horor, baru sadar jika mereka masih diambang pintu. Meringis pelan akan ketololannya, Nana merutuki dirinya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Perth | what is love? (END)
FanfictionNana seorang mahasiswa pindahan korea, mempunyai tubuh mungil nan cantik sifatnya yang pendiam dan belum pernah merasakan jatuh cinta. Namun siapa sangka diawal kepindahannya, kedua mata Nana langsung tertuju pada laki2 yang menurut nana mempunyai p...