Nana seorang mahasiswa pindahan korea, mempunyai tubuh mungil nan cantik sifatnya yang pendiam dan belum pernah merasakan jatuh cinta. Namun siapa sangka diawal kepindahannya, kedua mata Nana langsung tertuju pada laki2 yang menurut nana mempunyai p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Truth or Dare yuk", Yatch berucap ditengah keheningan.
Setelah selesai makan malam, mereka memutuskan untuk berlesehan dihalaman depan gazebo dengan menggelar tikar. Memutuskan menikmati cuaca malam yang cerah dengan hamparan bintang yang terlihat indah menghiasi gelapnya langit malam.
"Ini masih terlalu sore untuk tidur, lagi pula kita belum ada yang mabuk", ucap Yatch lagi setelah meneguk segelas kecil vodka.
Semua laki-laki disitu memang kuat minum, mereka tidak akan mabuk kalau hanya satu botol vodka yang mereka habiskan bersamaan.
Nana yang masih segar karena belum menyentuh minuman tersebut memilih merebahkan tubuhnya, pandangan diatas benar-benar indah, membuat pikirannya sedikit relax akan tugas kuliah dan masalah hatinya.
"Ayo", Yatch berdiri, membuat semua menoleh padanya.
"Kemana?", Prim menyaut.
"Botolnya akan susah memutar disini, kita pindah diteras samping dekat kolam renang", ucap Yatch
Akhirnya mereka duduk dengan pola lingkaran dengan posisi Prim, Mean, Perth, Yatch,Sammy, Jane, Blue dan Nana.
"Siap kan?.. Aturannya 1x pertanyaan/tantangan dalam 1x putaran. Jika tidak bisa menjawab atau melakukan tantangan maka hukumannya minum 1 gelas kecil".
Mereka mengangguk menanggapi pernyataan Yatch,
"Aku duluan", Yatch kembali berseru mengambil botol vodka yang sudah kosong lalu menaruh Ditengah-tengah dan memutarnya..
Tatapan mereka mengarah pada botol yang tengah memutar hingga ujung botol berhenti pada Prim.
"Truth", ucap Prim yakin, sedangkan Yatch sedang mengeluarkan smirknya. Entah apa yang ada diotaknya.
"Kapan terakhir kali kau melakukan sex denganmean", cetus Yatch puas.
Prim mendelik kesal, "sialan kau Yatch" ingin rasanya mencekik mati leher laki-laki gila yang kini tertawa menang.
Sedangkan Mean dengan santainya mencomot kacang lalu memakannya, mengabaikan Prim yang bingung mau menjawab apa. Bukan mengabaikan sih, tapi lebih ke bukan masalah apapun jika Prim mengatakannya toh mereka pasangan kekasih. Mungkin Prim malu namun tidak dengan Mean.
Prim menatap Mean yang tengah menatapnya juga, dan sedetik kemudian tindakan Prim membuat Mean melongo.
Satu gelas kecil tandas melewati tenggorokan Prim, sedikit mengernyit ketika tenggorokannya terganggu karena cairan gila itu.
"Kukira bakal jujur", Mean terkekeh gemas mengusak rambut belakang Prim, namun Prim menangkis kesal.