Turnamen Interhigh sudah dimulai minggu ini. Karasuno dengan tanpa diprediksi dapat mengalahkan tembok besi Dateko dihari pertama.
Tapi sayang sekali mereka harus dikalahkan oleh Aoba Josai dihari kedua.
Oikawa vs. Kageyama.
Dimenangkan telak oleh Oikawa. Tapi sepertinya aku tak perlu terlalu khawatir, Kageyama berada di team yang solid sekarang dan hari ini pun dia tampak biasa saja di kelas, walaupun aku tau dia pasti merasa kesal karna kekalahannya atas tiga set sengit yang menjengkelkan.
Apa aku harus menghiburnya?
Tapi jangankan mnghibur Kageyama, seharian ini tubuhku terasa sangat tidak enak. Apa mungkin karena aku belum makan apapun sejak kemarin karena menghawatirkan pertandingan Kageyama dan Oikawa?
Dengan rasa khawatir yang sebesar gunung Fuji itu aku tetap tak bisa hanya sekedar mengirimnya pesan semangat sebelum pertandingan ataupun pesan penghiburan usai ia dikalahkan.
Bahkan hari ini walau Kageyama berada tepat di belakangku, aku tetap tak bisa berbicara dengannya.
Apa sebenarnya yang kurasakan sekarang ini?
Apa aku takut melihat kekecewaan dimatanya?
Apa aku takut melihat Kageyama terluka... lagi?
Mataku berat sekali. Sekarang sudah jam makan siang, aku harus bergegas. Tapi kenapa kepala ini sangat sakit. Pandanganku mulai buram. Tapi aku bisa melihatnya sekilas.
Aku mendengar samar-samar suara orang memanggil namaku. Suaranya terdengar tak asing. Tapi aku tak bisa membuka mataku sekarang.
***
Aku membuka mataku. Aku tak pernah menyangka akan pingsan dan berada di UKS sekarang. Tempatnya sepi. Perawat baru saja pergi keluar dia bilang aku dibawa oleh cowok berambut hitam dengan wajah menyeramkan kesini.
Aku rasa aku tau siapa orangnya.
Tiba-tiba pria itu muncul "[Surname]-san kau sudah sadar. Aku membawakan roti untukmu. Perawat bilang sepertinya kau akan lapar ketika bangun. Apa kau baik-baik saja sekarang?"
Kageyama memberiku roti sobek besar. Apa dia pikir porsi makanku sama dengannya?
"Terima kasih Kageyama-kun. Maaf sudah merepotkanmu."Kageyama yang kini duduk di kursi sebelah ranjangku menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak apa-apa. Syukurlah kau baik-baik saja [Surname]-san."
Aku bangun dari baringku, duduk di atas ranjang dan makan roti pemberiannya. Entah kenapa roti ini terasa sangat enak. Kageyama masih disini duduk diam menatap keluar jendela. Matahari saat ini terasa sangat hangat menusuk masuk dari kaca jendela besar itu.
"Maaf, aku kalah." Kata Kageyama tanpa menatapku.
Aku dapat melihat rambutnya yang sedikit tertiup angin.
Jadi dia masih memikirkan pertandingannya dengan Oikawa.
"Kenapa harus minta maaf?" Balasku dengan mulut penuh roti.
Dia menapku sekarang. Aku bisa merasakan kekecewaan pada matanya.
Permintaan maaf tadi bukan untuk ku melainkan untuk dirinya sendiri.
Aku menggenggam tangannya. Kuku jarinya yang sangat cantik, aku sangat suka melihatnya.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri Kageyama-kun, orang kuat juga butuh sandaran." kataku mencoba menghiburnya.
Kageyama melepaskan genggamanku.
Apa aku salah bicara?
Dia tidak marah, kan?
Tiba-tiba Kageyama meraih tubuhku. Merangkul pinggangku dengan kedua tangan besarnya dan mendekapkan wajahnya di pangkuanku.
Mataku sontak terbelalak, roti yang kugenggampun jatuh begitu saja.
"Bolehkah sebentar saja seperti ini." pintanya merajuk.
Aku hanya tersenyum, setelah sekuat tenaga mengatur nafasku dan debaran jantungku yang mungkin terdengar seisi ruang.
Kadang Kageyama sangat terlihat sangar dan menyeramkan tapi kadang sisi kekanak-kanakannya suka muncul juga.
Aku senang bisa berada di dua versi dirinya.
Tanganku berada dipuncak kepalanya. Mengelus pelan rambut hitam berkilau itu.
"Terima kasih atas kerja kerasnya Kageyama-kun."
***************************************
Hilih bucin.
Selamat hari minggu bestie ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Setter Palette [Kageyama x Reader] - Haikyuu
FanficTakdir akan mimpi yang tak mungkin tercapai. Jika bukan dengan mata kepalaku sendiri mungkin diriku juga tidak akan percaya. Pertemuan ini, kisah ini, terjalin merdu dalam simfoni dunia fana. Terima kasih siapapun yang telah membawaku kemari.. Terim...