Aku telah melupakan itu. Entah kami sudah jadi apa? Tapi tetap saja hal itu mungkin penting bahkan bagi yang statusnya bukan siapa-siapa.
Aku lupa ulang tahun Kageyama Desember lalu. Atau bahkan bisa dibilang aku lupa selama beberapa tahun ini.
Sudah lewat, sekarang sudah Februari. Kami tak pernah membicarakan ulang tahun, tapi tentu saja aku tau kapan ulang tahun Kageyama dari wiki Haikyuu yang pernah aku baca tempo dulu. Saat-saat kami masih berstatus halu dan delulu.
Sekarang jam pelajaran sejarah dan aku malah terpaku pada lamunan sepanjang guru bercerita panjang lebar.
Tak sedikitpun penjelasan dari guru berkacamata itu yang meresap masuk bahkan dalam telingaku yang bebas.
Aku kecewa pada diriku, mengaku-ngaku suka padanya tapi lupa hari berharganya.
Mataku sayu sedikit, tak bisa ku menoleh, bingung apa yang harus kulakukan kini malah setelah aku mengingatnya.
Sentuhan terasa pada belakang kepalaku. Awalnya kuabaikan, tapi makin lama malah makin terasa.
Kuraba dengan tatapanku yang masih lurus ke depan, dan ternyata sebuah jari telunjuk. Tentu aku tau jari telunjuk punya siapa yang menoel-noel kepalaku ini.
Kuapit dengan ibu jari dan telunjukku kuat, seolah mengusir gangguan menyebalkan ini. Tapi ia malah balik mencubit lebih keras, membuatku kaget dan hampir memekik sakit.
Reflek kutoleh kepalaku cepat. "Kanapa?" Jutekku.
Kageyama Tobio. Duduk disana dengan tatapan polosnya, "Kau ketiduran ya?" Tanyanya tanpa dosa.
"Tidak." Seruku singkat, sambil membalikkan kepalaku cepat.
Tak lama berselang, kurasakan jemari setter Karasuno itu mengetuk-ngetuk pundakku.
Tuk.. tuk..
Oh, ingin kuabaikan saja.
Tuk.. tuk...
Ingin kuterdiam, menutup mata saja.
Tuk.. tuk.. tuk..
Ingin kududuk dalam keheningan.
Tuk.. tuk... tuk....
Ingin ku..
Tuk.. tuk.. tuk... tuk..
Ingin ku..
Tuk.. tuk.. tuk... tuk.. tukk.. tuk.. tuk.. tuk....
Ingin ku lempar tubuhnya itu dari kursi!
"Apa lagi?!" Seruku meninggi.
Tak ada jawaban. Ia hanya menatapku dalam diam.
Tidak, tolong jangan menatapku sperti itu. Aku tak kuat melihat sepasang mata blueberry yang mengkilat itu, menyorot diam tapi membuat kepalaku pening.
Berbeda dengan kerapuhanku, dalam sesaat Kageyama malah menaik-naikan kedua alisnya seirama tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Mulut yang.. oh, sebaiknya tak usah kulanjutkan.
Ia mungkin hanya menggodaku usil tapi pikiranku sedang tak karuan.
Akhirnya aku menghembuskan nafasku dalam, kukeluarkan saja apa yang terpendam dan mengganjal ini.
"Selamat ulang tahun, Kageyama-kun." Ucapku perlahan, akhirnya tak kuasa.
Kini, aku tidak tau apa arti dari tatapan Kageyama setelah mendengar ucapanku. Mata dan ekspresinya sedikit berubah. Tapi, entah apa.
***
Aku kelimpungan, bahkan sedetik setelah bel istirahat berbunyi aku langsung berlari menuju kantin yang belum ramai orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Setter Palette [Kageyama x Reader] - Haikyuu
Fiksi PenggemarTakdir akan mimpi yang tak mungkin tercapai. Jika bukan dengan mata kepalaku sendiri mungkin diriku juga tidak akan percaya. Pertemuan ini, kisah ini, terjalin merdu dalam simfoni dunia fana. Terima kasih siapapun yang telah membawaku kemari.. Terim...