Jantungku berdebar sore ini. Soalnya ngetiknya sore. Bukan karena doi tapi karena kesel, kecewa, dan marah sama diriku sendiri. Anehkan? Iya, soalnya yang tahu alasannya hanya Tuhan dan aku. Xixixi.
Curhat gpp kan? Lagian yg baca sepi.Selamat membaca.
♡♡♡Hari ini adalah terakhir kali Antras ujian nasional(UN). Dua minggu lagi adalah acara perpisahan. Dan satu minggu lagi adalah pernikahannya. Ingin sekali ia menikah dengan mewah agar semua orang tau kalau Intan Antari adalah istrinya. Tapi ia tak bisa mengambil keputusan sendiri. Mereka pasti akan jadi bahan gunjingan orang-orang.
Jadi lebih baik ia turuti saja apa yang di inginkan keluarganya dan tentu saja Intan.
"Woi! Tras!" suara panggilan terdengar dari arah belakangnya. Itu sahabatnya, Kornelius Mereka berbeda kelas jadi agak sulit bagi Kornelius untuk mencontek.
"Sulit banget Tras soalnya. Apalagi tuh nomor 34. Beh! Gunanya kita ngehitung buah jatuh buat apa coba?" tanya Kornelius setelah sampai di samping Antras.
"Soal SMP." jawab Antras pendek. Sungguh dia malas berbicara banyak kalau tidak dengan Inras.
"Lah lu pinter. Gue? Nol kali nol aja jawabannya 100." kata Kornelius mengacak rambut koreanya. Berponi berantakan namun terlihat tampan.
Antras memberikan sebuah kertas berwarna elegan. Ungu muda dan terdapat namanya di situ. Kornelius hanya menerima dengan bingung sambil melihat Antras berjalan meninggalkannya.
ANTRAS KAILO & INTAN ANTARI
Melihat dua nama terpampang jelas di kertas undangan itu, Kornelius tentu saja terkejut. Antras benar-benar bertanggung jawab? Kenapa ia tidak di beritahu? Maksudnya. Dia kan sahabatnya Antras.
"Hah! Nasib punya temen kek setan." monolog Kornelius dan memasukkan kertas itu ke dalam saku. Karena dia hanya membawa pensil dan penghapus itu saja.
•○•
"Intan, beneran nggak mau ikut?" tanya Antras pada perempuan yang sudah sah menjadi istrinya satu minggu yang lalu. Sesuai janji sebelum perpisahan sekolah seorang Intan Antari harus sudah menjadi istrinya. Dan tercapai.
Sekarang ini mereka sedang ada di meja makan dapur. Tentu saja rumah Antras sendiri. Rumah dari almahrum papanya.
"Maaf, aku ga bisa ikut. Soalnya aku takut kak." jawab Intan pada laki-laki yang duduk di sampingnya itu. Kemana Inras? Dia masih tidur. Mereka tak ingin membangunkan putra mereka.
"Nggak papa. Maaf juga ga mikirin perasaan kamu tadi." kata Antras.
"Bundha." panggil seorang balita yang berdiri di sudut tangga. Intan yang mendengar itu langsung meninggalkan makanannya. Ia menghampiri putranya yang masih mengantuk.
"Mau makan sayang?" tanya Intan pada Inras.
"Emm." jawab Inras mengangguk dengan muka bantalnya. Setelah mendengar jawaban putranya Intan membawa Inras ke meja makan.
"Selamat pagi jagoan ayah." sapa Antras mengambil alih Inras ke pangkuannya.
"Agi ayah." jawab Inras memeluk leher Antras.
•○•
"Tras, gimana hubungan lu sama Intan?" tanya Kornelius yang sedari tadi hanya menatap Antras.
"Baik." jawab Antras singkat. Ia sedang bingung. Ia memang sudah bekerja walau hanya saat malam saja membantu orang keperyaan papanya mengurus kantor. Tapi sekarang dia sudah beristri. Dia bingung, sanggupkah ia bekerja sambil kuliah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]
Aktuelle Literatur"Kenapa? Tuhan jika hamba punya salah di masa lalu, mohon maafkan hamba. Tapi kenapa engkau memberiku cobaan begitu berat?" kata gadis bergaun yang berantakan. Berjalan di trotoar jalan dengan pandangan kosong ke depan. ... "Sial! Siapa cewek semala...