Antras membuka kelopak matanya pelan-pelan. Mengerjap menyesuaikam cahaya. Dia baru ingat jikalau istrinya di pangkuannya, karena melihat rambut panjang halus milik Intan di bawah dagunya kini.
Antras membelai rambut itu. Ia menatap jam tangan yang berada di tangan kirinya. Menunjukkan pukul satu siang lebih 6 menit. Berapa lama ia tertidur? Saat sadar bahwa mereka belum makan siang. Antras menganggakat tubuh Intan menuju kamar mereka dengan gendongan koala.
Saat sampai kamar. Dia melihat putranya tidur terlentang dengan mulut terbuka sedikit. Selalu menggemaskan putranya itu dimatanya. Saat sadar. Antras pelan-pelan menaruh Intan di kasur samping Inras tidur. Intan menggeliat pelan. Membuat Antras menenangkan istrinya agar kembali tidur.
"Menggemaskan. Aku baru menyadarinya sekarang. Bibirmu sexi, Intan." kata Antras pelan diakhiri kekehan. Dia menaruh ibu jarinya di bibir Intan.
"Aku ingin menciumnya, tapi aku tak berani. Penakut? Memang. Aku takut kau marah dan meninggalkanku." kata Antras lagi menjauhkan ibu jarinya dari benda kenyal yang mengundangnya untuk dicium. Namun dia sadar. Dia tak mau mengulang hal yang sama. Memaksa dan menyakiti Intan. Itu menyakiti hatinya dan akan membuat putranya kecewa.
Antras keluar kamar. Menutup pintu kamar pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.
•☆•
Antras berjalan menuju dapur, ia ingin memasakkan istri dan anaknya makan siang. Tapi dia bingung enaknya apa menu makan siang kali ini. Antras tak tau makanan kesukaan Intan dan Inras.
'Sial!' umpatnya dalam hati.
Antras berjalan menuju kulkas dan mengambil bahan-bahan untuk memasak. Meski dia tak pandai memasak setidaknya dia bisa.
Saat sibuk mengangkat ayam dari penggorengan, tiba-tiba suara anak kecil terdengar dari belakangnya.
"Aya-h." Antras berbalik menatap Inras tersenyum.
"Wah, jagoan ayah baru bangun ya." kata Antras mematikan kompor dan berbalik menghampiri putranya. Menggendong Inras menuju wastafel dapur.
"Inras cuci muka dan tangan dulu ya. Kita makan siang."
"Emm." jawab Inras tersenyum.
Setelah mencunci wajah sang putra. Antras mendudukan Inras di kursi meja makan. Dan menyiapkan menu makan siang dia meja makan. Terdapat ayan goreng, sup ayam, dan tempe goreng. Ia hanya bisa memasak makanan sederhana yang bisa menggunakan bumbu instan.
'Setidaknya bisa memasak.' pikirnya.
"Ayah bangunin bunda dulu. Inras duduk tenang disini ya." pintan Antras pada Inras lembut.
"Iya Ayah." jawab Inras semangat.
Mendengar jawaban Inras, Antras berjalan menaiki tangga menuju kamarnya untuk membangunkan Intan. Ini sudah terlambat makan siang. Antras tidak ingin istri kecilnya itu sakit.
•☆•
"Intan." Antras membangunkan Intan dengan membelai lembut pipi kiri Intan.
"Enggh!" lenguh Intan mengucek kedua matanya.
"Jangan di kucek-kucek gitu. Nanti jadi perih." kata Antras menahan kedua tangan Intan agar menjauh dari mata coklat terang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]
Fiction générale"Kenapa? Tuhan jika hamba punya salah di masa lalu, mohon maafkan hamba. Tapi kenapa engkau memberiku cobaan begitu berat?" kata gadis bergaun yang berantakan. Berjalan di trotoar jalan dengan pandangan kosong ke depan. ... "Sial! Siapa cewek semala...