"Belum."
Mendengar jawaban Antras, sontak Intan langsung menjauhkan tangan Antras yang akan menyuapinya kembali.
"Kenapa belum makan?" tanya Intan merebut bubur dari tangan Antras. Antras membiarkan hal itu. Ia melihat Intan lahap makan membuatnya senang.
"Nggak sempat." jawab Antras singkat.
"Aku kan udah selesai makan. Sekarang kak Antras makan sana! Maaf buburnya nggak aku bagi. Soalnya ini sisa aku." kata Intan menaruh mangkuk bubur di nampan meja samping ranjang dan mengambil air putih segelas di nampan yang sama.
"Iya." jawab Antras beranjak berdiri. Mengelus kepala Intan dan Inras kemudian berlalu pergi.
Intan hanya menatap kepergian Antras dalam diam. Dia menunduk menatap putranya yang tertidur nyanyak itu. Kemudian ia membaringkan tubuhnya ikut tidur bersama sang putra.
...
Intan sudah di perbolehkan pulang namun harus ceck up dua minggu sekali dan minum obat.
Sedangkan Antras menjadi banyak diam hal itu membuat Intan merasa aneh. Iya dia tau Antras itu pendiam dan jarang berbicara tapi kali ini berbeda dengan Inras pun dia hanya menjawab sekenanya.
"Kak." panggil Intan kepada Antras yang berjalan di sampingnya sembari menggendong Inras yang tertidur.
"Hmm." hanya deheman yang di dengar oleh Intan.
"Kakak kenapa?" tanya Intan berhenti berjalan. Di lorong rumah sakit ini hanya ada beberapa suster yang membaca berkas dan obat-obatan untuk pasien yang berlalu-lalang dan tentunya mereka bertiga.
"Nggak papa." jawab Antras ikut berhenti sebentar, kemudian dia menarik satu tangan Intan menggunakan tangan kiri. Karena tangan kanannya sedang menggendong Inras.
"Tapi.."
"Kita bahas di mobil." potong Antras kemudian menarik Intan menuju parkiran rumah sakit.
...
"Kak?" panggil Intan setelah di perjalanan.
"Aku cuma ngerasa takut aja. Takut kalau kamu ninggalin aku dan bawa Inras pergi juga." kata Antras panjang lebar.
"Aku nggak mungkin lakuin hal kayak gitu kak. Apalagi tanpa sebab dan alasan." kata Intan mengelus rambut Inras yang sudah memanjang.
"Aku takut kamu nyesel memulai dari awal hubungan kita." kata Antras mengeratkan tanngannya pada kemudi.
"Percaya sama aku kak. Aku sedang berusaha cinta sama Kakak." kata Intan meyakinkan.
"Aku percaya Tan. Kita akan bersama sampai maut memisahkan." kata Antras sebelum menjalankan mobilnya.
"Tapi, apakah kakak udah cinta sama Intan?" tanya Intan balik. Tentu saja dia juga ingin tahu apakah suaminya ini mencintainya atau tidak.
"Belum." jawab Antras singkat.
"Kalau kakak udah cinta sama Intan, bilang ya. Biar aku tahu. Aku juga akan melakukannya kok." kata Intan menatap Antras.
"Iya."
"Kakak punya mantan?" tanya Intan, tapi dia buru-buru minta maaf karena meras sudaha kelewatan.
"Maaf, nggak usah di jawab." sambung Intan.
"Nggak punya. Aku belum pernah ngerasain apa itu cinta. Lalu bagaimana denganmu?" tanya Antras. Ia merasa keadaan saat ini seperti orang asing yang baru berkenalan beberapa jam yang lalu.
"Aku nggak punya. Tapi aku pernah jatuh cinta." jawab Intan menunduk menatap Inras yang mengeratkan pelukan pada tubuhnya.
"Siapa?" tanya Antras datar. Ia merasa cemburu. Tunggu, CEMBURU? Bukankah cemburu tanda cinta? Apakah Antras sudah jatuh cinta pada Intan?
....
Maaf para pembacaku. Aku kasih spoiler buat part selanjutnya. Ini aja luangkan waktu dari beberapa hari yang lalu. Ketik dikit besok lanjut lagi. Tulisannya amburadul.
Yang bisa edit foto dm igku dong aku mau minta tolong editin buat sampul cerita ini. Terima kasih.
Akun ig ku : @sriutami9386
Thanks.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]
General Fiction"Kenapa? Tuhan jika hamba punya salah di masa lalu, mohon maafkan hamba. Tapi kenapa engkau memberiku cobaan begitu berat?" kata gadis bergaun yang berantakan. Berjalan di trotoar jalan dengan pandangan kosong ke depan. ... "Sial! Siapa cewek semala...