Pengalaman Pertama

943 36 1
                                    

"Inlas ma-hu beli ainan boleh?" izin Inras pada kedua orang tuanya.

"Beli apapun yang kamu mau sayang. Akan ayah beliin apapun yang kamu mau." jawab Antras semangat. Ini adalah pertama kalinya anaknya meminta sesuatu darinya. Pastinya akan ia turuti.

"Nda oleh. Bundha bi-lang nda oleh bolos, acudnya bolos. Kan bolos. Api bolos! Bundha! Ndimana cih bundha?!" rengek Inras karena sebal. Dia tidak bisa menyebut huruf 'R' dengan benar. Tentu saja hal itu membuat Antras tertawa.

"Boros sayang. Iya, kita ga boleh boros. Tapi hari ini aja di bolehin sama ayah." kata Antras meyakinkan.

"Tapi ka-"

"Sstt! Hanya hari ini aku akan menuruti semua yang Inras inginkan. Hari ini aja ga cukup untuk Inras selama dua tahun ini. Aku ga ngasih kasih sayang waktu dia di dalam kandungan. Dan satu tahun lebih beberapa bulan ini. Jadi aku minta hari ini saja." pinta Antras menatap Intan yakin.

"Maaf, bukan itu maksudku." kata Intan cepat-cepat. Dia takut Antras salah paham dengan perkataannya.

"Ga masalah. Jadi Inras mau beli mainan apa?" tanya Antras membawa Inras ke tempat stan mainan.

"Inlas mauuu?" kata Inras berpikir sembari memegang dagunya. Itu terlihat menggemaskan di mata Antras. Mengapa ia baru sadar sekarang. Jikalau putranya ini sangat menggemaskan.

"Inlas au mobil-mobilan ajah, satu." kata Inras saat melihat mobil-mobilan berbentuk truk kecil. Di sertai sekop di dalam satu bungkus.

"Baiklah ayo kita beli." balas Antras mendekatkan Inras di hadapan mainan yang di inginkan.

Sudah hampir satu jam mereka di mall itu. Waktu menunjukkan pukul satu siang. Antras tak pernah menyangka. Ternyata seseru ini berjalan-jalan bersama keluarga kecil. Padahal ini hanyalah sesuatu yang sering dia lakukan. Dia tak pernah merasa sebahagia ini.

"Intan." panggil Antras.

"Eh, iya kak?" jawab Intan karena sedari tadi dia memang hanya melihat interaksi keduanya dengan senyuman.

"Kamu ga mau beli apa-apa?" tanya Antras menatap Intan lembut. Intan yang di tatap seperti itu menjadi gugup dan malu. Sangat malu hingga pipinya terasa agak panas.

"Enggak! Aku ga mau beli apa-apa. Lagian di rumah masih ada banyak barang kebutuhanku." jawab Intan menatap Mata Antras takut-takut. Dan kembali menunduk.

"Bisakah kau beli apapun saja terserah kamu. Dan beli barang lebih dari lima buah. Bisakah?" tanya Antras pada Intan yang menunduk setelah menjawab tadi. Mendengar hal itu Intan langsung mendongak menatap mata setajam elang itu dengan perasaan gugup.

"Emm, ta-" saat akan protes. Antras menatapnya tajam. Membuat Intan buru-buru  pergi untuk membeli apapun asalkan berjumlah lima. Dia sangat takut jikalau Antras marah. Waktu itu saja sampai membuatnya bergetar. Semoga Antras benar-benar mau menerima dia dan anaknya.

Kini. Mereka sedang makan di pinggir jalan. Sebenarnya ini adalah permintaan Inras. Tentu saja di turuti oleh Antras. Dia sudah bilang kan tadi jikalau dia akan menuruti semua yang Inras mau hari ini.

Di sana. Terlihat dua anak remaja dan satu anak kecil laki-laki. Terlihat seperti keluarga bahagia. Sang perempuan membantu menyuapi anaknya. Karena Inras belum bisa makan sendiri. Dia harus menghalusnya pentolnya agar memudahkan sang anak saat makan. Sedangkan sang laki-laki remaja. Memakan makanannya sembari menatap interaksi mereka berdua.

Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang