Permintaan.

536 31 0
                                    

"Gue curiga si Korne bawa contekan. Secara dia ga satu ruangan sama Antras waktu Ujian." cerocos Exal sembari menatap Kornelius yang sedang menaiki tangga kecil untuk naik ke panggumg. Di sana terdapat tiga orang yang akan mendapatkan penghargaan dari pemilik sekolah. Setelah pembagian hadiah mereka diperkenankan untuk mengucapkan beberapa patah kata.

"Emak! Lihat Korne bisa dapat juara!" teriak Kornelius tak tau malu sembari dadah kepada ibunya yang hanya menepuk dahi. Karena memang dia yang di perkenankan untuk berbicara pertama.

"Saya cuma mau bilang, ga nyangka saya bisa jadi nomor tiga dengan nilai terbaik di SMA tahun ini. Soalnya sebelumnya saya kesulitan dalam belajar. Makasih atas doanya Mak. Karena Emak saya bisa di sini. Iyalah kalau ga ada Emak gue lahir lewat mana?" mendengar yang di katakan oleh Kornelius sang mc langsung merebut microfonnya.

"Makasih atas ucapan tidak berfaidahnya Kornelius. Sekarang Indah Putri Faizah silahkan." kata mc mempersilahkan.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya atas doa-doanya. Kepada guru-guru yang telah mengajari saya dengan sangat baik. Dan kepada teman-teman yang bersedia membantu saya saat dalam kesulitan. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih." kata Putri dengan senyum manisnya.

"Ya, tepuk tangan untuk Putri. Baiklah sekarang yang mendapatkan nilai terbaik kita tahun ini Antras Kailo!" kata mc heboh. Tentu saja dia mengagumi sosok Antras.

"Kepada Intan Antari, tolong menaiki panggung, beserta Inras Kailo!" kata Antras, lebih tepatnya perintahnya pada sang istri dan anaknya.

Intan yang mendengar hal itu tentu saja terkejut. Dia bimbang, apakah dia harus ke atas panggung. Dia tidak pantas, dan dia malu.

"Intan. Naik aja sama Inras sekalian." kata Nita.

"Ta-tapi ma."

"Udah sana. Nggak akan terjadi apa-apa selama Antras di samping kamu." kata Nita meyakinkan.

"Emm, baiklah." jawab Intan ragu. Namun dia harus percaya pada Antras, suaminya.

Intan menuntun Inras untuk naik ke atas panggung. Dia merasa takut sekaligus malu. Sedari tadi dia ada di sini banyak sekali yang membicarakannya. Apalagi saat Antras memintanya untuk naik ke atas panggung. Tambahlah ramai orang-orang membicarakannya. Ingin sekali ia menangis tapi dia harus percaya pada Antras.

Setelah berada di samping Antras, dengan Inras di antara mereka berdua. Antras menggendong Inras.

"Diam!" kata Antras tegas kepada semua orang yang berisik membicarakan mereka.

"Intan Antari adalah istri saya, Inras Kailo adalah putra saya, jika kalian membicarakan mereka lagi. Tidak segan-segan saya akan memberi perhitungan pada kalian." kata Antras menatap semua orang tajam.

"Aya." mendengar suara putranya Antras tersenyum pada putranya. Antras melihat Intan yang hanya menunduk. Antras memberikan microfon kepada mc yang terbengong mendengar kata-kata Antras. Antras memeluk Intan mengelus kepala Intan lembut.

"Jangan menunduk Intan. Nanti mahkotamu jatuh. Dan aku takkan membiarkan itu terjadi." kata Antras. Hal itu membuat Intan kaget apalagi semua orang yang ada disana.

"Tras, yang bener aja dong lu!" teriak salah satu teman seangkatannya. Antras menatap tajam gadis itu.

"Tras, lu ga pantes sama dia!"

"Heh! Godain Antras kan lu!"

"Huu!"

"Intan cewek penggoda!"

Banyak teriakan teman-temannya yang membuat Antras semakin marah. Apalagi mereka melempari Intan dengan apapun yang mereka lihat di sekitar mereka.

Hanya Aku Yang Tahu. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang