BAB 10

5.5K 507 36
                                    

Akhirnya bisa update sesuai jadwal, hahaha...

Siapa nih yang nungguin pasangan Wirya dan Aya?

Kira-kira mereka beneran bisa bersatu nggak ya?

Jangan lupa vote dan komentarnya ya...

Happy reading!

***

Gue mau mati aja.

Itulah kalimat yang terus-terusan aku gumamkan sembari meremas kuat rambut kepalaku hingga semakin berantakan. Segelas wine di hadapanku sudah kutenggak beberapa detik yang lalu. Mengacungkan tangan kanan guna memanggil bartender dan memintanya untuk mengisi ulang. Pun aku berterima kasih kepadanya dan segera menenggaknya lagi hingga keningku mengernyit ketika merasakan sensasinya meluncur di tenggorokanku.

Rasa pening mulai berdatangan tetapi itu nggak bisa membuatku melupakan kejadian paling nggak kusangka kemarin. Bagaimana bisa, akibat ciuman Wirya di bibirku kemarin membuatku berantakan kayak sekarang. Setelah kejadian itu juga, hidupku nggak bisa tenang sama sekali. Selalu saja mengingat betapa lembut dan manisnya ciuman yang dia berikan pada bibirku.

Harus kuakui, ciuman Wirya memang memabukkan sampai membuatku harus berhenti hidup selama beberapa saat. Efeknya luar biasa. Mengalahkan berbagai jenis rasa yang pernah aku rasakan di dunia ini. Ciuman Kale kalah telak. Dan nahasnya, aku kerepotan mengurusnya!

Kenapa sih, ciumannya itu harus kayak begitu?

Atau, kenapa sih dia harus menciumku begitu?

Otakku mulai gila setelahnya. Bahkan terkadang, aku membayangkan gimana kalau Wirya melakukannya sekali lagi dan aku akan dengan sukarelanya menyerahkan bibirku untuk bisa dinikmati olehnya. Begitupun denganku, nggak segan untuk mengecap rasa dari bibirnya sampai harus mengalungkan kedua tanganku pada lehernya.

Astaga, Ayasha! Harusnya aku mati saja sekarang!

Kenapa mikirnya jadi pengin lagi, sih?

Apalagi, setelah dia menawarkan hal yang lebih dari sekadar ciuman, makinlah setan-setan jablay mulai merasukiku. Sialan memang!

Dan, Wirya pun berkata, "If you wanna taste my lips again, just tell me, Aya. I will give you a million kisses to make you fall in love with me."

Bisa kalian tebak apa yang terjadi padaku setelah mendengarnya dan dia pergi? Yap, tubuhku langsung ambruk sembari memegang dadaku yang hampir meledak. Beberapa kali menyadarkan diri sendiri kalau apa yang kualami kemarin itu hanyalah mimpi kelewat manis. Gulanya banyak banget. Sampai bisa terkena diabetes tingkat yang paling serius.

Kepalaku semakin pusing, tetapi kejadian kemarin masih belum sirna dari benakku. Entah apa yang harus kulakukan agar adegan ciuman bersama Wirya bisa hilang begitu saja. Aku nggak mau terus mengingatnya karena bisa berdampak buruk pada hari-hariku di kantor nanti. Akan terasa aneh buatku ketika harus berbicara atau sekadar berada satu ruangan dengan Wirya. Sedangkan laki-laki itu, akan bersikap biasa saja seolah perkara menyatakan "perasaan" dan berciuman denganku adalah hal lumrah yang biasa dilakukannya ketika sedang melakukan pendekatan dengan lawan jenis.

"Sialan kamu, Wirya!" umpatku sedikit berteriak tetapi bisa diredam oleh suara berisik di kelab malam tersebut. "Ciuman lo enak banget mampus! Kenapa, sih?!"

Duh, kayaknya aku gila beneran deh. Bukan karena wine, melainkan karena ciuman sialannya Wiryawan Bagaskara!

Sebelum kesadaran semakin menipis dan tentu saja akan berakhir tidur panjang tanpa bisa diganggu di atas meja bar akibat dua gelas wine, pun aku mengambil ponsel yang tergeletak begitu saja. Susah payah mengetik chat di Whatsapp kepada orang yang namanya paling atas supaya bisa menjemputku di tempat ini.

Really Bad Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang