BAB 12

4.7K 511 45
                                    

Kalau pada semangat vote dan komennya kayak bab sebelumnya, jadi semangat gini kan update-nya :)

Seperti yang udah dikasih tahu, bab ini agak plus-plus (plus-plus maksimalnya nanti aja yeu)

Jangan lupa vote dan komennya yang banyak ya.

Jangan lupa vote dan komennya yang banyak ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Wirya

Perempuan itu sangat berbahaya.

Seratus persen sangat berbahaya sampai aku harus mati-matian menahan diri untuk tidak terbangun tiap kali dia melakukan hal yang membuat sekujur tubuhku panas dingin dan napasku terasa pendek. Hal yang selalu membuatku hilang fokus dan tidak bisa berhenti menatapnya adalah ketika dia menggigit kecil bibir bawahnya. Apalagi, warna bibirnya yang terkesan alami membuatku ingin terus-menerus menyentuhnya dengan bibirku. Menciumnya begitu dalam hingga lidah kami saling bertemu dan menari bersama. Rasanya pasti sangat memabukkan dan mampu membuatku melayang.

Harus aku akui, bahwa dia punya daya tarik yang luar biasa. Sex appeal-nya begitu kuat sampai mampu membangunkan gairahku setelah sekian lama. Kalau saja tidak ingat bahwa dia bawahanku dan merupakan perempuan yang begitu aku puja, sudah pasti aku menariknya ke dalam kamar demi menuntaskan segala nafsu yang berkobar-kobar bak api unggun.

"Bulan ini, ada sekitar lima hotel yang mau bekerja sama sama perusahaan kita, Pak. Mereka juga udah cocok dengan barang dan harga dari perusahaan kami. Tinggal melakukan perjanjian dan kontrak serta bagaimana cara pembayarannya."

Suaranya selalu membuatku merinding. Hanya saja, aku bisa menyembunyikan itu semua padahal bagian tengah di selangkanganku mulai terasa sesak.

God, hanya dengan suaranya saja aku sudah kehausan.

"Hanya itu yang bisa laporkan di meeting bulanan ini, Pak."

Aku mengangguk-ngangguk sambil memperhatikannya yang sekarang sedang sibuk menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Menahan napas sejenak, aku berusaha mencari pasokan oksigen yang tersedia di ruang meeting ini.

Napas buatan darinya sangat kubutuhkan sekarang.

"Baik, Ayasha. Sisanya tinggal kamu urus kayak biasanya, ya." Aku menegakkan posisi dudukku sambil berusahaan menenangkan big baby yang susah sekali kukendalikan.

Entah mengapa, sejak dokter memberitahu bahwa sudah ada kemungkinan besar aku tidak mandul lagi, gairahku langsung meledak. Dan hanya Aya yang mempu membuatku kelabakan seperti sekarang.

"Sekian meeting-nya. Semuanya boleh kembali ke pekerjaan kalian masing-masing," ucapku kepada anak-anak kantor. "Kecuali Aya. Saya mau kamu tetap ada di ruang meeting ini."

Really Bad Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang