01- Perjuangan Panjang

31 6 1
                                    

Caca balik lagi, hihihi

Vote-komen, yukk!

•••

Semua hal akan sulit, jika dilakukan sambil kayang.

—Agam full ganteng—
————

"Gue tau apa yang lebih bau dari keteknya Arshen," celetuk Agam random.

Sang empunya nama berseru tak terima, "Sialan lo, ngapain bawa-bawa ketek gue yang wangi ini?! Ngefans?"

"Bentaran dulu! Lo takut bau ketek lo tersaingi?"

"Apaan?" tanya Arshen penasaran dengan jawaban Agam.

Agam menyenggol lengan Fathan yang sedang fokus dengan ponselnya. "Lo penasaran nggak, Than?"

"Gak!"

"Ck, Batu!" ledek Agam. Ia lalu mengalihkan tatap pada Dave, "Lo penasaran dong, Dep!"

"Haus perhatian!" tajam Dave yang sama sekali tidak minat dengan pembahasan Agam.

Arshen yang sudah penasaran, menendang kaki Agam. "Buru! Lama!" Sebentar lagi kemerdekaannya dimulai. Agam telah menemukan sesuatu yang lebih bau dari keteknya. Pasti ia akan terbebas dari segala nistaan Agam!

Sebenarnya keteknya itu tidak bau. Agam saja yang melebih-lebihkan. Ini semua berawal dari Arshen yang datang ke rumah Agam malam-malam lalu ia keceplosan belum mandi dari pagi dan berakhir menjadi olok-olokan Agam. Padahal sebelum mengatakan itu, Agam sama sekali tidak mencium bau badannya. Awas aja lo, Gam!

"Yang lebih bau dari keteknya Arshen adalah..."

Arshen menatapnya penuh harap. Ayo, sedikit lagi!

"Adalah..."

Ya...

"Kentutnya Arshen! HAHAHAHAHAHAA!" Setelah mengatakannya, Agam langsung tertawa hingga terguling-guling di lantai ruang musik itu.

Wajah Arshen memerah kesal. Tak tahan lagi, ia langsung memiting leher Agam di ketiaknya. Agam berteriak meminta tolong namun tidak ada yang peduli.

"FA! KA—KAFA! TOLONGIN, ANJIR BAU BANGKE! UHUK-UHUK!"

Tanpa mengalihkan pandangannya dari gitar yang sedang ia petik, Kafa hanya bergumam malas menanggapi panggilan heboh Agam. Tentu saja alat musik petik itu lebih menarik daripada menanggapi kelakuan absurd Agam dan Arshen. Sesekali ia bersenandung kecil sesuai nada yang ia mainkan.

Agam berhasil terbebas dari Arshen. Ia berlari dan mendarat di space kosong sebelah Kafa yang sejak tadi menyendiri.

"Ampun, damai-damai! Udah, nafas gue—huh tinggal segelas." ucap Agam terengah-engah.

Kafa menghentikan petikannya, konsentrasinya buyar oleh dua manusia di sampingnya. "Lo pada bisa diem kagak?!"

Arshen berjengit kaget, "Orang kalau lagi galau bisa berubah jadi macan ternyata,"

"Mode PMS, jangan disenggol!" peringat Agam namun lengannya bertengger di bahu Kafa. Kafa menepisnya kasar. "Kenapa lagi Feya?"

Tak menjawab, Kafa kembali memposisikan jemari kirinya di kunci G lalu berpindah sesuai kunci lagu yang ia nyanyikan sedangkan jemari kanannya terus memetik senarnya. "Cinta itu sederhana..."

"Gak waras. Than, balik, Than!" ajak Dave disahuti deheman dari Fathan.

"Ntar kunci pintunya!" pesan Fathan sebelum benar-benar meninggalkan ruang musik tersebut.

KAFARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang