05- Semburan Peperangan

8 4 0
                                    

HALLOO!! APAKABAR?

Aku usahain bakal update setiap selasa, yaaa...

•••

"Gue tebak dalam hitungan ke tiga, ada yang izin ke toilet!" bisik Agam pada Kafa yang duduk di sebelahnya.

Kafa terkekeh mendengarnya, "Dan gue yakin, dia ke toilet bukan karena kebelet. Tapi karena kupingnya panas," timpalnya yang juga berbisik.

Agam cekikikan lalu mulai menghitung. "Satu... Dua... Tig—"

"Buk!" Tepat sekali. Seorang siswi mengangkat tangannya yang sontak menghentikan ucapan Bu Nur yang sedang mengisahkan kisah masa kecilnya. Guru geografi itu sepertinya sudah beralih profesi menjadi pendongeng. Jika sudah masuk kelas, yang terjadi adalah 45% mengajar dan 55% bercerita sehingga membuat murid-muridnya mengantuk. Mulai dari berangkat sekolah yang harus berjalan melewati sawah, uang sakunya hanya 50 rupiah, hingga melebar kemana-mana dan berakhir ke hal yang tidak ada hubungannya dengan cerita awal. Ngalor-ngidul. "Izin ke toilet, Bu. Kebelet." lanjut siswi itu membuat Agam dan Kafa semakin terhibur.

"Tebakan lo terlalu gampang!" cibir Kafa.

Agam kini telah memegangi dadanya, bengek. "Tuh udah kaya kereta uap!" celetuknya menunjuk siswi yang berjalan keluar kelas.

"Sembarangan lo!" tegur Kafa. Namun tetap saja ia tertawa mendengarnya.

Puk

Timpukan buku yang digulung, Agam dapatkan dari belakang kepalanya membuatnya menoleh tanpa menghentikan tawanya. "Apa?" tanyanya pada Raka yang duduk di bangku belakangnya.

"Berisik!" balas Raka tajam. Kursi Agam yang bergerak-gerak itu mengusik ketenangannya. Lelaki itu kembali menelungkupkan kepalanya pada tangan yang ia lipat di meja.

Araka Jeff Zaiden. Banyak orang yang menjulukinya sebagai 'Es krim'. Dingin tapi manis. 

"Galak banget si Raka. Padahal gue kemaren liat foto dia pegang balon Hello Kitty! Pake kolor polkadot sama baju Spiderman!" ungkap Agam tambah cekikikan mengingat foto kecil Raka. Gibahin di depan orangnya langsung!

"Kurang ajar! Liat di mana lo?" tanya Kafa.

"Di hp-nya Raka. Anjir bengek gue!"

"Berani banget,"

"Tenang. Hp-nya udah kaya kuburan. Ngeri. Sepiii.."

"Iyalah! Ga kaya hp lo, udah kaya terompet taun baru. Isinya cewe semua lagi!" cibir Kafa.

"Walaupun begitu, My Bebeb Tiara yang tercintaahhh masih juaranya!"

"Hoek!" Kafa berlagak ingin muntah mendengar penuturan Agam.

•••

"Liat, deh. Mantan gue ngepost foto cewek barunya!" Chika menunjukkan layar ponselnya pada Adya.

Adya melirik sekilas foto yang Chika tunjukkan lalu kembali menyedot jus buah naganya, "Mantan lo yang mana?"

"Ituloohh si Jefri, yang posesif banget sama gue!"

"Ooohh... Yang sering spam lo itu kan?"

"He'em.."

"Yaudah, biarinlah. Atau lo belum move on?"

"Ish, enggak ya!" sanggah Chika.

Chika menerima cup es teh nya lalu membayarnya dengan uang pas. "Terimakasih," ucapnya.

Lalu mereka berjalan meninggalkan stand minuman itu sembari bercakap ria. Kantin hari ini, terlihat cukup ramai membuat mereka lebih memilih untuk makan di kelas saja.

Adya mengaduk-aduk jusnya menggunakan sedotan, "Gue jadi kepikiran deh,"

"Paan?"

"Kalo gue dikejar dinosaurus, kira-kira gue bakal ngapain ya?" tanya Adya dengan polosnya.

"Si anjir! Gue kira, lo mikir apaan!"

"Kayaknya kaki si dino setara dengan lima langkah gue deh," Adya menatap kakinya yang sedang melangkah.

"Ya udah lo nyerahin diri aja! Kalo dimakan dino juga paling sakitnya cuma pas dikunyah aja,"

"Seru kali ya kalo gue ikut jualan ayam goreng si Mail," ucap Adya semakin tak bisa Chika mengerti.

"Kumat!"

"Atau Es ABCD Uncle Muttu aja ya? Kayaknya lebih menguntungkan,"

"Serah lo deh, serah!"

"Oke, nanti gue pikirin lagi, deh." Adya menyedot kembali jusnya sambil berjalan dan melihat kanan kiri.

"HOLLAA!!"

Byurr

Kantin yang tadinya ramai kini berubah hening. Semuanya terkejut. Suasana ini hampir mirip seperti ketika guci Adya pecah beberapa hari yang lalu. Dan kini semuanya terulang.

Dengan orang yang sama.

Namun posisi yang terbalik.

Warna merah keunguan, kini telah mengotori seragam putih Kafa.

"Astaga!" lirih Riri merasa bersalah karena telah mengagetkan Adya hingga refleks menyembur Kafa.

Perlahan mata Adya menatap Kafa. Lalu beralih melirik pada dua teman Kafa di belakang. Dimana Agam yang menganga lebay, dan Raka yang menyorotnya tajam.

"Ck, lo..." desis Kafa menarik atensi Adya kembali padanya.

"Sorry..." cicit Adya.

Adya bisa melihat geraman tertahan dari Kafa. Walaupun hanya diam tidak berbuat sesuatu, namun berhasil membuat keadaan semenegangkan ini.

"...mau balas dendam ke gue?"

Cekrek

Suara shooter kamera terdengar. Tanpa menoleh, Adya yakin bahwa banyak yang merekam dan memotret kejadian ini.

Adya mengerjap beberapa kali, "Balas dendam?"

"Ya."

"Gue ga sengaja!"

"Alesan!"

"Gue. Gak. Sengaja!" tekan Adya sedikit terpancing emosi.

"Dya..." peringatan Chika bagaikan angin lalu.

"Bilang aja lo dendam sama gue. Karena masalah guci itu 'kan? Segitunya?"

Adya terkekeh sinis mendengar tuduhan Kafa. "Gue emang dendam sama lo. Tapi kalo gue mau balas dendam, udah dari kemaren gue jorokin lo ke selokan! Kalo cuma kaya gini doang mah belum cukup gantiin guci gue!"

Keduanya saling melempar tatapan sengit.

Dan di ambang pintu kantin hari itu—

Perang dimulai!

•••

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!!

Segitu dulu lahh..

Salam dari D'SHINE

Dadah! Jumpa lagi Selasa depannn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dadah! Jumpa lagi Selasa depannn

KAFARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang