"Jadi bagaimana? Sebentar kita kerjain tugasnya dimana?" pertanyaan Raka menarik perhatian kami. Saat ini aku, Raka, Juni dan Rose sedang duduk bersama untuk membahas tugas kelompok kami yang baru saja diberikan oleh ibu Wendy.
"Rumahnya Rose aja gimana?" usul Juni. Rose yang merasa namanya disebut pun hanya bisa kebingungan.
"Hah?"
"Gak papakan kalau kita kerjain tugasnya dirumah kamu?" tanya Juni memastikan. Lelaki buaya bernama Juni ini sekarang sedang berpacaran dengan Rose. Aku bersyukur akhirnya Juni bisa menemukan perempuan baik seperti Rose.
"I-iya. Gak papa kok" jawab Rose sambil melirik kepadaku. Namun itu hanya bertahan beberapa detik saja, karena selanjutnya Rose memalingkan wajahnya canggung. Kenapa?
"Rose" panggilku.
"Y-ya?" ya benar, Rose benar-benar canggung bahkan saat aku memanggil namanya sekarang.
"Kok lo canggung sama gue?" tanyaku kebingungan.
"G-gak kok" elak Rose.
"Si Juni pasti ngomong aneh-aneh tentang guekan?" tanyaku memastikan.
"Heh! Mana ada gue ngomong aneh-aneh tentang lo!" bantah Juni.
"Trus kenapa si Rose canggung sama gue semenjak lo berdua pacaran hah? Pasti lo ngomong aneh-aneh ini mah!" tuduhku.
"Jadi gini ya teman-teman, si Rose ini canggung ke lo karena dia mikir lo itu mantannya Juni" kali ini sahutan lain dari Adinda.
"Heh sejak kapan gue pacaran sama manusia buaya ini coba?" protesku.
"Gak tau. Mulutnya si Juni kan suka sembarangan" balas Adinda sambil mengedikkan bahunya tanda tak tau.
"Jadi Rose, Julie ini gak pernah pacaran sama Juni. Walaupun secara teknis, Juni ditolak mentah-mentah waktu itu sih" lanjut Adinda mencoba menjelaskan kepada Rose.
"Kenapa kamu bohong sama aku?" tanya Rose kepada Juni. Juni pun hanya bisa menampilkan cengirannya.
"Kamu ih!" dan sekarang Rose hanya bisa mendengus kesal kepada Juni.
"Gak usah canggung sama gue. Kitakan udah dekat bahkan sebelum lo berdua pacaran. Kok sekarang malah canggung sih?" aku kembali angkat bicara.
"Maaf" balas Rose.
"It's okay" balasku cepat. Rose membalas dengan senyuman malunya.
"By the way, kenapa lo muncul dikelas kita?" dan akhirnya Raka mewakili kami untuk menanyakan alasan mengapa Adinda bisa muncul dikelas kami, padahal saat ini masih jam belajar dikelas masing-masing.
"Oh iya. Gue pinjam pena dong, Jul" ternyata ini alasannya datang ke kelas kami.
"Ini" bukan aku yang menyodorkan pena, melainkan Bobby yang baru saja kembali dari toilet bersama Rafa.
"Gue pinjam pena sama Julie, bukan sama lo" balas Adinda acuh.
"Masih marah sama gue?" tanya Bobby.
"Mana Jul?" dan masih dihiraukan oleh Adinda yang masih setia menunggu pena dariku. Aku pun bergerak mengeluarkan sebuah pena dan memberikannya kepada Adinda.
"Bye!" pamit Adinda yang kini bergerak pergi keluar dari kelas kami.
"Kenapa lagi?" tanya Raka dengan tatapan menyelidik.
"Biasa PMS" jawab Bobby cepat.
"HEH GUE GAK PMS YE! MULUT LO JANGAN SEMBARANGAN! GUE TAMPOL NANTI!" itu teriakan Adinda yang ternyata masih berdiri didepan kelas kami. Pendengarannya sungguh luar biasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior & Junior [END]
Teen Fiction"Entah dosa apa yang gue lakuin sampai dihari pertama masuk sekolah bisa membuat gue serasa di neraka. Senior songong itu terlihat sangat membenci gue, padahal gue sama sekali gak kenal sama dia. Fix! Masa SMA gue akan terasa seperti neraka" - Julie...