[14] Masalah

51 33 146
                                    

Aku tidak bisa menghentikan tawaku saat Rafa, Juni dan Bobby terus saja bersikap konyol dihadapanku. Berbeda dengan Raka yang sedang sibuk memainkan gamenya.

"Julie!" tawaku terhenti, begitu juga dengan tingkah idiot mereka bertiga, serta kegiatan main game Raka. Kami semua menatap Rose yang tengah berjalan menghampiri kami.

"Ada apa?" tanyaku, setelah membiarkannya menarik nafas sejenak.

"Temen lo lagi ada masalah" jawab Rose.

"Temen? Siapa?" tanyaku kebingungan, karena pasalnya ada Bobby, Juni, Rafa dan Raka disini.

"Adinda" dan hampir saja aku melupakan tentang Adinda. Adinda sudah pamit pulang sedari tadi, karena katanya ada urusan yang harus dia selesaikan.

"Adinda? Dia kenapa? Kena masalah apa?" tanya Bobby beruntun.

"Dia lagi adu mulut ditempat parkir" jawab Rose.

"Sama siapa?" tanya Bobby lagi.

"Kalau gak salah sama senior yang namanya Jessie" jawab Rose membuatku mengeram kesal. Berani sekali Jessie kembali mencari masalah dengan kami.

"Thanks untuk informasinya!" Raka berterimakasih mewakili kami. Rose mengangguk mengiyakan.

"Tunggu apalagi? Ayo kita pergi!" ajak Rafa yang disetujui oleh kami. Kami berlima bergegas pergi menuju tempat parkir.

Dan betapa terkejutnya kami saat melihat suasana tempat parkir yang begitu ramai saat ini. Semua orang tampak penasaran dengan perdebatan yang terjadi antara Jessie dan Adinda.

"STOP!" teriak Adinda memerintah Jessie.

"Gue gak bakalan berhenti" balas Jessie menolak. Tangannya terus menyemprotkan motor milik Adinda menggunakan pilox. Adinda mencoba menghalau, tapi tidak bisa, karena ditahan oleh Jennie.

"SIALAN LO! MASALAH KITA UDAH KELAR DAN LO MASIH NYARI MASALAH SAMA GUE SEKARANG HAH?" kesal Adinda sambil berusaha melepaskan dirinya dari Jennie.

"Ups. Masalah kita gak bakalan selesai semudah itu" balas Jessie dengan senyuman mengejek.

"LO PEREMPUAN GILA! GAK PUNYA OTAK! GAK PUNYA HATI! DASAR PEREMPUAN GILA!" umpat Adinda yang terlihat begitu emosi saat ini.

"Dan kenapa lo harus ikut campur hah? Kenapa?" kali ini Adinda bertanya kepada Jennie. Adinda berusaha mendorong tubuh Jennie menjauh darinya dan untunglah kali ini usahanya berhasil.

"Jessie teman gue. Jadi lo pasti tau alasan gue harus membantu Jessie" jawab Jennie.

"Oh. Jadi lo babu-nya perempuan gila itu?" tanya Adinda lagi.

"Babu yang bakalan ngikut majikannya ngelakuin hal-hal rendahan seperti ini? Apa benar babu?" lanjut Adinda.

"JAGA MULUT LO! GUE ITU SENIOR LO DISINI!" peringat Jennie dengan teriakan. Sudah jelas bahwa Jennie juga telah terpancing emosinya.

"Lo mau dihormati? Sorry, gue gak bisa hormati lo. Gue bakalan ngehormati senior yang sikapnya patut dihormati dan pastinya itu bukan lo" balas Adinda.

"MULUT LO KURANG AJAR BANGET!" geram Jennie sambil menjambak rambut Adinda.

"GUE BAKALAN JAGA MULUT GUE, KALAU LO GAK SOK IKUT CAMPUR!" balas Adinda yang kini membalas jambakan rambut Jennie. Jennie berteriak kesakitan dan segera menjauhkan dirinya dari dari Adinda.

"Lo gak papa?" itu pertanyaan Jessie yang berusaha memastikan keadaan Jennie.

"DASAR PREMAN!" Jennie tidak menjawab melainkan sibuk berteriak kepada Adinda.

Senior & Junior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang