[5] Teman sekelas

88 46 39
                                    

"JULIE!" teriakan Adinda membuatku tersentak kaget. Aku yang baru saja keluar dari toilet ingin sekali menendang bokongnya, karena berhasil membuatku hampir mengalami serangan jantung.

"Muka lo kelihatan banget mau nendang bokong mulus gue" ucap Adinda dan aku hanya mendesah malas. Teman baruku segini amat sifatnya.

"Julie" panggil Adinda lagi.

"Apa?" tanyaku.

"Kita harus ke depan mading sekarang juga" jawab Adinda membuatku kebingungan.

"Ada apa disana?" tanyaku lagi.

"Pembagian kelas sudah diumumkan, jadi kita harus kesana untuk ngeliat kelas kita" jawab Adinda menjelaskan.

"Ayo!" dan tanpa menunggu lama, Adinda langsung saja menyeretku untuk pergi bersama-sama menuju mading.

"Ramai banget" seperti yang diduga, suasana didepan mading sangat ramai. Semua orang tampak berebutan untuk melihat nama mereka masing-masing.

"Ntar kalau kita digrepe-grepe disana gimana?" pertanyaan ogeb untuk hari ini akhirnya keluar dari mulut Adinda.

"Kalau gitu, kita tunggu sampai sepi dulu!" usulku. Adinda mengangguk setuju dan selanjutnya kami berdua sama-sama terdiam.

"Lo kenapa?" namun itu tidak bertahan lama, setelah aku melihat Adinda yang celingak-celinguk seperti sedang merasakan sesuatu.

"Gue kok merasa ada hawa-hawa istimewa yah?" dan pertanyaan ogeb kembali Adinda lontarkan.

"Dimana-mana itu hawa mistis, bukan hawa istimewa" balasku.

"Tapi ini masih pagi dan otomatis gak ada yang namanya hawa mistis, hanya ada hawa-hawa istimewa" balas Adinda tidak mau kalah.

"Lo emang sarap!" komentarku.

"Jangan remehin penonton setia acara KARMA!" balas Adinda mulai melantur.

"Yang ada di ANTV itu?" tanyaku.

"Tuh tau. Lo juga suka nonton itu jugakan? Iyakan?" tanya Adinda penuh semangat.

"Gue gak suka nonton, tapi Bobby yang suka nonton acara itu" jawabanku membuatnya hilang semangat seketika.

"Duh. Mulai hari ini gue ogah banget untuk nonton KARMA lagi" sudah kuduga.

"Karena?" tanyaku sengaja.

"Karena ternyata sepupu lo juga suka nonton itu" jawab Adinda cepat.

"Kenapa sih lo sensi banget sama Bobby?" tanyaku menahan senyuman. Adinda terlihat sangat menggemaskan, jika kami membahas tentang Bobby.

"Gue gak sensi. Hanya saja sepupu lo itu telah menjiplak wajah dan bahkan nama suami gue. Ck! Peniru!" sudah kubilang bukan? Dia sangat menggemaskan.

"Alay. Kemarin aja lo bilang jantung lo berdeb-"

"Gue gak bilang berdebar" potong Adinda.

"Masa?" godaku.

"Iyalah. Gue gak terima baik kalau muka dan nama sepupu lo mirip sama suami gue" balas Adinda yang masih tidak terima baik, jika wajah dan nama sepupuku mirip seperti Bobby iKON.

"Lebay!" ejekku.

"Heh ini bukan lebay! Ini namanya protesan istri yang baik, karena ada yang berani-berani wajahnya dan namanya seperti suami gue! Gue gak terima baik!" protes Adinda masih terus dilanjutkan.

"Iyaiya" dan aku harus mengakhiri protesannya dengan mengiyakan semua yang dikatakannya. Daripada semua pembicaraan ini lebih panjang lagi bukan?

"Pantasan. Hawa-hawa istimewa tadi ternyata berasal dari mereka" ucapan Adinda membuatku kebingungan.

Senior & Junior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang