[26] Menjauh

51 23 104
                                    

Aku hanya diam mendengarkan perbincangan yang lain mengenai ulangan yang akan kami ikuti hari ini yaitu Agama dan Matematika. Namun, pikiranku tidak bersama mereka, karena aku terus saja terbayang-bayang mengenai perkataan Jennie waktu itu.

Aku hanya sebatas bayangan?

Laki-laki bernama Hito itu pun terus saja berusaha untuk menanyakan mengenai tingkahku yang berusaha menjauh darinya, tapi aku tetap tidak memberikan respon.

Yang aku inginkan hanyalah menjauh darinya.

"Lo kenapa?" pertanyaan itu terlontar dari Raka.

"Gue kenapa?" tanyaku balik. Berpura-pura tidak ada sesuatu yang aku pikirkan.

"Iya. Lo kenapa?" tanya Raka lagi.

"Gak kenapa-kenapa" jawabku berbohong.

"Ini mah pasti karena gak belajar untuk ulangan hari ini" sahut Rafa.

"Emangnya lo belajar?" ejek Juni.

"Gak sih" balas Rafa dengan cengiran. Dasar!

"Woy ulangan hari ini kerjasamalah!" lanjut Rafa memohon.

"Makanya pinter dikit" ejek Bobby sekarang.

"Yey sesama goblok jangan saling menjatuhkan!" balas Rafa cepat.

"Setan!" umpat Rafa tidak kalah cepat.

"Rose lihat! Sesama goblok saling menjatuhkan sekarang!" pintah Juni, Rose pun hanya bisa tertawa sekarang.

"IBLIS!" teriak Rafa dan Bobby serempak. Mereka kompak.

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Raka kembali memastikan.

"Gue gak papa" jawabku dengan ekspresi mencoba menyakinkannya. Raka tidak percaya dengan ekspresiku.

"Selamat pagi semuanya!" namun keinginannya untuk bertanya tertahan saat guru pengawas masuk ulangan hari ini telah datang.

"Puyeng amat kepala gue!" keluh Rafa.

"Tadi pas ditanya mengenai ayat-ayat Alkitab. Beh! Otak gue langsung nge-lag" lanjut Rafa.

"Makanya rajin pergi ibadah, biar bisa jawab soal-soalnya!" nasihat Bobby.

"Dari muka lo mah keliatan banget, kalau lo pergi ibadah 2 tahun sekali. Iyakan?" tuduh Juni.

"Heh! Gue gak semalas itu ye!" bantah Rafa.

"Bener gak Raka?" tanya Juni.

"Ibadah malam natal dan tahun baru doang" jawab Raka.

"KAFIR!" ejek Juni dan Bobby bersamaan. Rafa yang ketahuan hanya bisa menulikan telinganya.

"Rajin-rajin ibadah!" nasihatku.

"Sekarang udah rajin kok. Kan sudah ada Mina yang membawa gue ke jalan yang benar" balasan bucin pun diberikan oleh Rafa. Dasar!

"Eh. Minta air dong!" pintah Adinda yang kini sudah bergabung bersama kami. Raut wajahnya pun tampak seperti orang pusing sekarang.

"Gak ada air" balas Bobby. Adinda pun mendengus kesal.

"Soalnya susahkan?" tanya Rafa. Adinda mengangguk.

"Makanya kalau diajak belajar bareng itu mau!" gemasz Bobby.

"Kalau belajar sama lo nanti gak bener" balas Adinda.

"Hooh. Otak Bobby kan plus plus, nanti Ding Dong mal-"

"Heh sembarangan! Dia mah yang suka plus plus, bukan gue!" potong Bobby membela dirinya.

Senior & Junior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang