[3] Manusia tidak berguna

115 45 67
                                    

"Julie" panggil Adinda. Aku tidak berbalik, melainkan menatap ke arah lapangan basket yang sedang kosong.

"Julie" panggil Adinda lagi. Kali ini aku berbalik dan menatapnya.

"Jangan berkomentar tentang apapun!" larangku, saat Adinda akan berkomentat mengenai musibah yang baru saja kualami.

"Baiklah" balas Adinda patuh.

"Pipi gue ternodai sama titisan iblis kayak dia!" keluhku sambil mengelus pipiku. Ah! Aku sangat membenci Hito.

"Turut berduka cita!" ejek Adinda.

"Tapi lo seneng gak?" lanjut Adinda bertanya.

"Atas dasar apa gue bisa seneng dengan perlakuan kayak begitu?" tanyaku kesal.

"Senanglah. Secara lo dicium sama cowok seganteng dia" jawab Adinda cepat. Aku pun menatapnya tidak percaya. Ganteng? Itu tidak mungkin.

"Kalau gue jadi lo, sudah pasti gue bakalan nyongsor tuh bibirnya kak Hito" lanjut Adinda yang membuat tanganku gatal untuk menjambak rambutnya.

"Sakit jiwa lo!" namun aku hanya bisa mengutarakan apa yang kurasakan.

"Kenapa? Kak Hito kan emang ganteng pake banget" respon Adinda semakin membuatku yakin bahwa dia sakit jiwa.

Drt drt drt

Babi calling....

"Siapa?" tanya Adinda penasaran.

"Sepupu gue" jawabku.

"Angkat gih!" perintah Adinda. Aku pun mengangguk dan segera mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa?" tanyaku to the point.

"Hay Julie!" tapi malah direspon dengan sapaan yang membuatku mual.

"Gak usah sok-sok nyapa gue! Mau apa lo nelfon gue lagi?" tanyaku lagi.

"Lo dimana? Gue udah nungguin lo daritadi didepan lab, bahkan gue udah keliling sekolah ini untuk nyariin lo" balas Bobby.

"Tau gak kalau gue itu capek banget sekarang?" lanjut Bobby curhat.

"Gak tau" balasku.

"Haha! Gemeszin banget kek tai ayam!" balas Bobby mengejekku.

"Kalau kayak pacarnya Jung Jaehyun sih iya" balasku cepat.

"Terlalu banyak mimpi lo!" kesal Bobby.

"Biarin. Yang penting mimpi gue indah, daripada mimpi lo yang buruk semua. Gimana gak buruk, kalau mimpinya masih kejebak gagal move on dari mantan?" ejekku sekarang.

"Haha! Lucu!" respon Bobby sok tenang.

"Gak lucu tuh, tapi kayaknya nyesek banget buat lo" aku masih tetap mengejeknya.

"JULIE CHARLOTTE!" dengan teriakan Bobby, aku tau dirinya kalah sekarang.

"Daftar gih ke klub cheersleader! Siapa tau lo bilang langsung diangkat sebagai ketua nanti?" usulku.

"Tapi gue maunya gabung di klub dance" dan malah dibalas dengan curhatan Bobby lagi.

"Gue gak nanya tuh" responku cepat. Bobby hanya mampu menggeram kesal disana.

"Sebenarnya lo nelfon gue untuk apaan sih?" tanyaku kembali menanyakan niatnya yang sebenarnya.

"Gue mau nanya. Sekarang posisi lo dimana?" tanya Bobby.

"Toilet" jawabku asal.

"Lagi beol yah? Pantasan baunya sampai kesini astaga!" ejek Bobby.

"Ogeb!-tut" dan aku memilih untuk mengakhiri panggilan ini, daripada harus terus sakit kepala menghadapi tingkah Bobby.

Senior & Junior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang