>}=

2.5K 240 21
                                    

Pagi hari merupakan awal dari hari-hari yang melelahkan dan menyiksa. Awal hari yang sangat menyakitkan dikala pinggang dan bagian bawahnya yang nyeri akibat kegiatan semalam. Sang wanitalah yang terbangun lebih dulu, cuaca yang sangat tak mendukung, awan gelap gulita yang membuat dirinya merenung, rasa dingin yang menusuk hingga tulang dan bahkan kabut bisa terlihat.

Namun inilah yang (name) suka, semuanya lebih tenang, kabut dan kegelapan ini bahkan dinginnya. Semuanya terasa sangat indah dimatanya. Dirinya beranjak dari kasur yang ia tiduri. Dan ternyata Rin tidak ada disana. Dirinya mengira Rin belum bangun. Namun siapa sangka Haitani Rindou sudah bangun dari tadi.

Rasa nyeri yang amat sakit dan menyiksa membuatnya terpaksa untuk merangkak kearah jendela besar itu. Dirinya ingin melihat bagaimana keadaan diluar. Dan bau khas hujan yang ia sukai. Ia menginginkan semua itu.

Gemuruh hujan yang terdengar membuat dirinya tersenyum. Semuanya terasa sangat nyaman. Semuanya. Kilatan yang terlihat dan rintik hujan mulai berjatuhan. Suara dari tumpahan air tersebut membuat dirinya senang. Semuanya terasa tenang jika dilihat. Semuanya.

Saat ini (name) bersimpuh di depan jendela tersebut. Masih ada balkon diluar, namun karena keterbatasan tubuhnya saat ini, dia memilih untuk duduk di depan jendela. Tersenyum dalam keadaannya yang sangat berantakan itu. Rambut yang acak-acakan dan baju Rindou yang terlalu besar. Namun terasa pas ditubuhnya.

Suasana yang terlihat putih abu-abu, kilatan, suara gemercik air, aroma khas hujan, kabut yang menyelimuti pemandangan yang lebih jauh dan dinginnya ruangan yang menusuk tulang. Semuanya sangat pas baginya.
Bersenandung di saat seperti ini memanglah hal yang ia sukai. Dunia ini sudah menyakitinya, membuat dirinya tersiksa dalam kegelapan dunia ini. Semuanya.

Dirinya bersenandung sendu dalam tatapannya yang sayu menatap jendela yang mulai basah itu. Meratapi nasibnya yang memang sudah hancur, semuanya hancur didepan matanya. Setelah siksaan yang ia lalui dalam hidupnya, semua sandiwara yang ia lalui, semuanya, mengapa dirinya tidak bisa bahagia?

Mengapa?

Sekarang, dirinya tidak tau harus bagaimana lagi, dirinya kini bergantung pada Rindou untuk saat ini. Dan bagaimana dengan orang tuanya?

"Hei, kau sudah bangun?" Tanya Rindou sambil menyelimuti badan (name) yang menggigil itu.

"Iya, ternyata kau bangun lebih pagi." Jawab (name) sambil tersenyum.

Rindou hanya menatap sang gadis, melihat senyuman itu, senyuman yang sangat manis namun terlihat menderita. Senyuman kecil yang menusuk hatinya. Entah apa yang ada pada senyuman sang wanita itu. Dirinya sangat tertarik dengan bibirnya itu. Tatapan sendunya, namun senyumannya membuat dirinya terlihat cantik walau dilanda penderitaan.

"Kau cantik." Ucap Rin sambil meminum kopinya.

Pipi yang tadinya dingin kemudian mulai memanas, senyuman yang tadinya terlihat menyedihkan kini terlihat sangat lebar.

"Kau sama saja seperti dulu."

"Benarkah begitu." Ucap Rin sambil terkekeh pelan.

"Iya benar!" Pekik sang wanita sambil tersenyum.

Menikmati waktu mereka berdua hanya dengan melihat hujan, kenangan masa lalu yang terlintas pada memori mereka berdua. Dunia memanglah kejam dan menyiksa, namun apakah mereka tak boleh bersenang-senang?

Walau dunia yang dilalui sangat sulit, namun mereka sudah bisa melewati hal itu, hanya perlu menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa buruk atau baik? Kita tidak pernah tau.

"Orang tuamu." Ucap Rin

"Apa?"

"Orang tuamu. Sudahku bunuh." Ucap Rin dengan santai.

Wicked Games - Haitani RindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang