Dengan wajah yang tampak pucat dan dengan ruangan yang minim pencahayaan, dengan tangannya yang masih diikat di kursi. Wanita itu menunduk dengan mata yang tertutup dan berharap bahwa seseorang dapat menemukannya segera. Ia sangat ingin keluar dari sini. Mengkhawatirkan ibu dan adiknya.
Dan setiap hari tiada henti-hentinya ia menangis dan memohon untuk mengeluarkannya dari sini, dari tempat ini tempat yang seperti penjara untuk dirinya.
Tanpa diberi makan atau minum, bahkan sepertinya ini lebih parah dari sebuah penjara.Badannya kurus dengan wajahnya yang pucat dengan banyaknya luka-luka goresan, kalau ia sangat-sangat merasa lapar ia harus memohon untuk diberi sesuap nasi, ia sudah seperti pengemis bahkan sepertinya lebihd dari itu.
Mata kucingnya melirik kearah pintu lalu melirik kearah jam yang terpasang di dinding. Ia berpikir tumben sekali wanita itu tidak kesini, biasanya disaat jam segini dia selalu menemuinya untuk berbicara yang tidak penting.
Tetapi tiba-tiba pintu perlahan terbuka, wajahnya yang tengah menunduk melihat sepasang sepatu hak tinggi yang berjalan kearahnya dengan pelan. Mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu hak tersebut dan saat melihat itu dahinya mengernyit heran karena ia tidak mengenal siapa wanita tersebut, sangat asing dimatanya.
Wanita asing itu menyuruh seorang pria untuk mengambilkannya kursi dan disimpannya tepat di depan kursi yang ia duduki. Wanita itu menduduki kursi tersebut dengan kaki yang menyilang sambil menopang dagu dengan mata yang menatap kearahnya, menelisiknya.
"Seleranya sangat rendah sekali, di banding anakku kau sangat jauh darinya"
Jennie mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan wanita yang berada di hadapannya ini. Kenapa dia tiba-tiba datang dan langsung menyebut dirinya dengan kata-kata yang seperti itu.
"Apa kau tidak ingat aku? Tidak mengenalku sama sekali? Cih! Aku ini orang yang sudah berbaik hati menolong keluargamu meminjamkan uang kepada ibumu dan aku tidak pernah menagihnya karena aku tahu kalian orang tidak berada jadi aku memakluminya saja, tetapi apa yang kau lakukan kepada anakku? Kau mengambil Taehyung darinya, aku mengambil kebahagian nya! Mereka berdua sudah bersama-sama sedari mereka kecil dan sekarang kau tiba-tiba datang dan membuat Taehyung berpaling dari anakku, dan membuat anakku menjadi orang asing dimatanya. Kau benar-benar jahat!"
Jennie terpaku mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut wanita ini. Ia tahu sekarang kalau wanita dihadapannya ini adalah ibu Yubin, keluarganya memiliki hutang kepada ibu Yubin ini.
Jadi Jennie berpikir apa ia benar-benar sudah sangat jahat? Setelah di pikir-pikir kembali memang benar kalau ibu Yubin sudah menolong keluarga nya, sudah berbaik hati membantunya tetapi dia malah merebut kebahagiaan anaknya. Ia benar-benar sangat tega bukan? Tetapi ini sudah takdirnya, ia tidak bisa berbuat apapun.
"Kenapa diam? Sudah menyadarinya kalau kau itu memang tidak tahu diri? Baguslah kalau kau sadar diri memang seharusnya seperti itu"
Hani menatap Jennie dengan tajam membuat Jennie menunduk takut. "Kau tahu anakku tengah berkencan dengan Taehyung, tadi Taehyung sendiri yang menjemput nya kemari romantis sekali bukan?" Hani menyeringai setelah nya.
"Taehyung itu mencintai anakku, sebenarnya dia tidak memacari dirimu hanya untuk pelampiasan saja. Dan juga derajat kalian berbeda, Taehyung itu orang kaya dan kau hanya pengemis yang meminjam uang kepadaku jadi kalian tidak setara. Kalau dengan anakku setara sama-sama kaya dan juga cocok, tampan dan juga cantik"
Perkataan Hani barusan membuat Jennie meneteskan air matanya. Bukan, bukan karena perihal ia cemburu kepada Taehyung tetapi perihal Hani yang menyebutnya pengemis dan juga Hani yang membawa-bawa status sosial.
Jennie tahu kalau dirinya bukan orang berada seperti mereka tapi apakah Hani harus berbicara seperti itu? Apa orang miskin sepertinya serendah itu dan tidak pantas bersanding dengan orang kaya seperti mereka? Bukankah dimata Tuhan semuanya sama? Tetapi di dunia ini berbeda, orang miskin dan kaya berbeda derajatnya bahkan orang miskin sepertinya sering kali di rendahkan oleh orang-orang kaya di luar sana.
"Ah sepertinya aku sudah membuang banyak waktuku dengan orang tidak penting seperti dirimu. Selamat bersenang-senang di tempat yang menyenangkan ini Kim Jennie"
Menangis dalam diam lagi itulah yang ia lakukan. Sudah menjadi kebiasaannya seperti ini, menangis sendirian tanpa ada seseorang di sisinya yang mau mendengarkannya. Bahkan ketika sebelum di tempat ini juga kalau mendapat masalah ia selalu menangis dalam diam di tempat sepi. Tidak mau membuat orang terdekatnya khawatir.
Karena sudah terlalu lama menangis dan mengakibatkan ia lelah dan tertidur dengan mata sembabnya. Tetapi baru saja ia tertidur suara pintu terbuka membuatnya terbangun. Seseorang mendatanginya, siapa lagi kalau bukan Yubin.
Dengan wajah angkuhnya wanita itu menghampirinya dengan senyuman di wajahya. Bukan senyum manis tetapi senyum seperti seseorang yang akan memamerkan sesuatu.
"Lama tidak bertemu Jennie" Yubin berjalan mengelilingi kursi yang Jennie duduki.
"Sepertinya hampir seharian ini aku tidak menemuimu ya dan baru sekarang aku bisa menemuimu kembali. Kau pasti aneh kan melihat dirku yang tiba-tiba datang sambil tersenyum seperti ini? Itu karena aku habis berkencan dengan Taehyung, kau pasti terkejut" ujar Yubin diakhiri dengan kekehannya tetapi terdengar mengejek.
Jennie hanya diam mendengarkan apa yang Yubin katakan karena Jennie sudah terbiasa dengan hal seperti itu, lagi pula ia tidak boleh bereaksi seperti orang cemburu karena ia tahu itulah yang Yubin inginkan. Meskipun hatinya sangat sakit mendengar apa yang wanita itu ucapkan.
Sial! Dia tidak mengeluarkan reaksi apapun! Batin Yubin kesal.
"Ambilkan cutter kesayanganku" titah Yubin kepada seorang pria yang berada di belakangnya.
Jennie yang mendengar itu langsung mendongak, ia takut kalau Yubin melukai dirinya lagi. Luka yang waktu itu dia berikan saja belum sembuh total karena tidak di obati sama sekali.
Dan benar seorang pria yang tadi Yubin suruh itu sudah kembali dengan cutter yang sama. Cutter yang Yubin pakai waktu itu saat melukainya.
Dengan seringaian di wajahnya Yubin menatap Jennie dengan tatapan tajam. Lalu dia memberi isyarat agar pria yang berada di belakangnya itu pergi dan menyuruh nya tak lupa untuk menutup pintunya.
"Kenapa diam saja? Padahal aku sedari tadi sengaja memancingmu agar kau berbicara dan marah-marah kepadaku, tetapi kau malah tetap diam membisu. Kau punya mental dan hati yang kuat juga" Yubin berbisik tepat di telinga Jennie membuatnya memejamkan matanya menahan sakit karena Yubin menggoreskan cutter tersebut tepat di lehernya.
"S-sakit.." lirih Jennie.
"Sakit bukan? Ini belum seberapa dengan rasa sakit yang kau berikan kepadaku. Kau tidak tahu bagaimana sakitnya diriku saat melihat Taehyung oppa bersamamu, kau menggoda Taehyung oppa agar menjadi kekasihmu kan? Aku tahu niat wanita seperti mu, sangat mudah ditebak"
Jennie hanya diam sambil merintih kesakitan saat cutter tersebut beberapa kali menggores lehernya, ia juga bisa merasakan darah nya yang mengalir akibat goresan tersebut.
"Aku sudah berbaik hati kepadamu karena hanya menggores saja belum menusuknya. Kalau kau berbuat yang lebih jauh dan membuat amarahku naik aku pastikan cutter cantik ini sudah tertanam di dalam dirimu" ancam Yubin dengan menarik rambut Jennie dengan kencang.
To be continued
Maaf ya kalo makin kesini makin gajelas soalnya idenya udh bener mentok banget ini tuh. Jadi mohon maaf banget🤧🙏
Sebenernya banyak cerita baru yang waktu itu itu aku bilang, terus lagi aku tulis tapi itu juga masih mikirin alurnya gimana soalnya aku sekarang mau fokus dulu sama ulangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend
Short StoryMemiliki kekasih seperti tidak memiliki kekasih itulah yang Jennie Kim rasakan. Sebenarnya Taehyung mencintai nya atau tidak? Atau mungkin hanya ia yang mencitai Taehyung saja?