Part 32

555 62 11
                                    

Jimin menelusuri rumah ini dengan teliti dan hati-hati karena ia yakin mereka pasti sudah merencanakan sesuatu. Sebenarnya ia sekalian mencari keberadaan Joy karena wanita itu tidak terlihat sejak tadi.

Entah kemana wanita itu pergi, yang ia takutkan adalah Joy berada ditempat yang sama dengan Jennie, tetapi seketika rasa khawatirnya itu hilang saat ia menyadari kalau Joy itu adalah wanita yang setengah pria, bukan setengah sih seperti nya full.

Melupakan hal itu sejenak Jimin kembali menyusuri area rumah ini, mata sipitnya menelisik ke setiap sudut nya tetapi tetap saja tidak menemukan apapun atau hal mencurigakan lainnya.

Saat akan melangkah pergi untuk menelusuri tempat lain matanya membulat kala ia mendengar suara langkah kaki membuatnya dengan cepat mencari tempat persembunyian agar tidak ketahuan. Ternyata yang Jimin lihat  sama dengan apa yang Joy lihat, tetapi mereka berbeda tempat persembunyian

Setelah melihat kedua iblis itu pergi Jimin keluar dari tempat persembunyiannya dan disana ia melihat Joy yang tengah mengikuti Hani, nenek sihir itu. Ia ingin memanggil Joy tetapi niat nya itu ia urungkan takut Hani mendengar nya dan mengetahui keberadaan nya, bukan hanya dia juga begitupun Joy. Jadi ia lebih memilih mengikuti saja dari belakang.

Dan dari belakang sana Jimin hanya menjadi penonton mereka berdua saja, hendak membantu tetapi ia yakin Joy pasti bisa. Ingat kan Joy itu wanita setengah pria. Lagi pula dari segi fisik mereka berbeda, umur pun jauh, jadi Joy menang telak dari nenek sihir itu.

Jimin pun mengikuti Joy saat membawa Hani kedalam suatu tempat, ia hanya menunggu di luar sambil melihat dari kejauhan tetapi tidak terlalu jauh juga.

Setelah beberapa menit Joy keluar ia mengikuti nya kembali, disana ia melihat Joy berdiam diri tidak melanjutkan langkahnya. Karena penasaran ia menghampirinya tanpa bersuara sedikitpun.

"Ngapain disini?"

Jimin bisa melihat tubuh Joy menegang, sepertinya wanita ini takut? lalu Jimin menepuk bahu Joy membuat wanita ini menoleh dengan perlahan.

Ia merasa mengenali suara siapa itu tetapi tetap saja ia takut, siapa tau hanya miripkan? Saat menoleh dan melihat Jimin tengah tersenyum tanpa berdosa membuat nya langsung memukul pria itu.

"Sialan!"

Joy meredamkan suaranya, kalau tidak sedang disini ia pastikan sudah meneriaki pria ini kencang sambil memukulnya tanpa ampun. Tetapi untung saja suasannya tengah berbeda, beruntung sekali.

"Kenapa tidak lanjut jalan?" tanya Jimin.

Joy menarik baju Jimin lalu menunjukkan kearah depan sana, "Lihat di depan sana ada dua pria berbadan besar yang lagi jagain pintu, aku yakin Jennie ada disana. Tidak mungkin mereka berjaga di depan sana tan0a tujuan apapun, kurang kerjaan banget"

Mendengar penuturan Joy membuat Jimin mengangguk, ia setuju dengan nya. Memang sepertinya Jennie ada di dalam sana.

"Kalo satu orang aku bisa mengatasinya, tetapi kalau dua kurasa tidak bisa. Kau bisa melawan salah satunya?" tanya Joy.

"Sebenarnya aku bukan tidak pintar berkelahi, aku pintar. Tetapi hanya saja mereka badannya besar dan mau lihat aku kecil" jawab Jimin.

Joy merotasikan bola matanya malas, "Jawab saja tidak bisa apa susahnya!" kesalnya.

"Tetapi kalau berkelahi juga tidak akan bisa, faktor pertama karena memang tubuh mereka besar dan yang kedua aku takut penjaga lain mendengarnya nanti yang ada kita di serbu" jelas Joy, Jimin hanya mengangguk saja.

"Aku ada ide!" Jimin berteriak, tetapi dengan cepat ia langsung membekap mulutnya.

Joy terkejut mendengar teriakan pria ini, lalu ia menarik Jimin agar bersembunyi. Lalu mengintip apa dua penjaga itu menyadari ada suara teriakan atau tidak, ternyata tidak. Mereka tetap diam seperti tidak terusik apapun.

"Kecilkan suaramu!" Joy memukul Jimin membuat pria itu kesakitan.

"Iya maaf, aku lupa"

"Cepat beritahu aku apa rencananya" desak Joy tidak sabaran.

Jimin mulai menjelaskannya kepada Joy secara detail, wanita itu hanya diam menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Jimin. Sesekali Joy mengintip takut-takut dua penjaga itu mendekat.

"Ide bagus, berguna juga kau. Meskipun tidak pandai berkelahi tetapi otakmu boleh juga"

Jimin tersenyum sombong sambil menaikkan kedua alisnya membuat Joy mendelik, baru saja di puji sudah meninggi pikirnya.

"Jadi kita berpencar kau di sebelah kanan dan aku di sebelah kiri, lalu kita dengan bersamaan membuat suara. Lalu setelah suara nya terdengar nyaring kita bersembunyi, setelah mereka mendekat untuk mencari asal suara pasti mereka meninggalkan tempat itu jadi kita bisa masuk, begitu?" jelas joy, ia mencoba merangkum semua perkataan Jimin tadi.

"Right! tapi apakah akan berhasil?" tanya Jimin.

"Kau yang mempunyai idenya kau sendiri yang meragukan nya? kita coba dulu, siapa tau takdir berpihak pada kita!" jawab Joy lalu menepuk bahu Jimin, member pria itu semangat.



to be continued..

i'm comeback guyss!! sorry ya baru bisa update setelah sekian abad.

ada yang masih nungguin cerita ini update gaa??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang