Part 31 (Hana's POV II)

542 52 0
                                    

"Mau apa lagi Hana?" tanya Yoongi dingin sambil fokus ke layar besar komputernya.

"Yoon, ayo cepat ikut aku ke bandara." ucapku

"Cih, kau bicara apa? Aku sibuk. Jangan ganggu aku lagi"

"ini soal Y/n, Yoon!" gertakku

Ia menghentikan jemarinya yang saat itu sedang menggerakan mouse.

"Maksudmu?" tanya Yoongi sambil membalikan badannya ke arahku.

"Aku tadi ke rumah Y/n. Maaf kalau sudah lancang. Tapi kurasa Aku harus melakukannya dengan atau tanpa izin darimu. Y/n mau pindah ke Hongkong. Kita harus ke airport sekarang." kataku.

Yoongi terdiam.

Ia terlihat shock atas pernyataanku.

"Yoon, kita gak ada waktu lagi. Ayo cepat." ucapku sambil menarik lengan baju Yoongi.

Tanpa menyahut sepatah katapun,  Yoongi berlari keluar dari studio musiknya.

Kami segera menuju parkiran mobil agar bisa sampai di airport tepat waktu.

Aku bisa melihat kegelisahan yang Yoongi rasakan hanya dari sorot matanya.
Beberapa kali,  Ia menggigit kuku jari tangannya. Ya, itu memang suatu kebiasaan Min Yoongi jika sedang gelisah, cemas atau merasa stres.

"Apa yang Dia katakan?" ucap Yoongi memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Dia tak mau banyak bicara. Aku saja harus memaksanya agar diizinkan untuk bicara dengannya. Pas aku masuk ke dalam rumahnya, barang-barangnya sudah banyak yang tidak ada disana. Beberapa koper besar sudah tertata rapih didekat pintu." ucapku

"Jam berapa penerbangannya?" tanyanya lagi

"Aku tidak tau lebih jelasnya Yoon. Dia hanya bilang tak punya waktu untuk bicara lagi karena dia harus segera ke airport." jelasku.

Yoongi terdiam untuk sesaat.

"Lalu, mengapa kau melakukan semua ini Hana?" tanya Yoongi sambil menoleh sekejap ke arahku.

Aku menarik nafas,

"Yoon, yang udah kulakukan ke kalian berdua itu sangat keterlaluan. Saat itu, aku hanya memikirkan egoku. Tanpa kusadari, itu telah menyakiti banyak hati. Terlebih lagi, saat melihatmu mabuk hingga sakit. Aku merasa menjadi orang yang paling kejam di dunia. Bahkan saat kita masih bersama saja, aku tidak bisa membuatmu bahagia. Tapi aku masih saja terobsesi untuk memilikimu. Sekarang, Aku sudah mengerti. Yang paling penting adalah melihatmu bahagia. Dan bahagiamu saat bersama Y/n." ucapku lirih

"Maafkan semua kesalahanku, Yoon" ucapku lagi.

"Hana, kau pasti akan menemukan pria yang bisa membuatmu bahagia. Cepat atau lambat. Tapi itu pasti." ucap Yoongi sambil tersenyum tipis.

•••
Kami pun tiba di bandara dalam waktu tempuh yang singkat.
"Yoon, jangan lupa penyamaranmu." ucapku

Yoongi pun memakai masker, topi dan kacamata hitam untuk penyamaran diri ketika berada di public place.

Aku dan Yoongi berlari menuju pusat informasi untuk menanyakan jadwal penerbangan ke Hongkong.

"Pesawatnya akan take off 30 menit lagi di Gate 4. Namun untuk penumpang sudah check in sejak 15 menit yang lalu" ucap seorang staff informasi.

"Baik, terima kasih" ucap Yoongi.

"Gate 4, Hana. 30 menit lagi take off. Sepertinya kita terlambat." ucap Yoongi padaku.

"Semudah ini menyerah? Ayo Yoon. Kita harus cepat." ucapku menarik tangan Yoongi.

Kami berdua berlari menuju gate 4 demi mencari Y/n. Namun security melarang kami masuk karena tidak mempunyai boarding pass.
Aku berusaha menjelaskan pada security tentang kondisi yang terjadi.
Akhirnya negosiasi yang kulakukan dengan pihak management bandara pun menemukan titik terang.
Mereka mengizinkan Yoongi melewati area check setelah hampir 20 menit melakukan negosiasi.

"Good luck!" teriakku pada Yoongi.

Pria yang sempat kusia-siakan itu berlari sekencang mungkin saat memasuki area check-in.
Aku merasa lega karena sudah mendampinginya berjuang untuk menemui cintanya.

Selang beberapa menit setelah Yoongi masuk ke area check in, aku mendengar pemberitahuan tentang pesawat yang menuju Hongkong sudah siap untuk terbang.
Seketika aku mengkhawatirkan Yoongi.

Dan benar saja, tidak lama kemudian Yoongi muncul dari dalam area check in.
Tubuhnya terlihat lemas, seperti tak ada gairah di dalam dirinya.
Aku paham betul apa maksudnya. Aku berlari menghampirinya.
Aku melihat sepasang matanya sudah dibanjiri air mata.

"Yoon" ucapku lirih.

Aku mengusap lengannya.

"Terima kasih sudah membawaku kesini, Hana." ucapnya lirih

Kesedihan itu terlihat jelas dari sorot matanya. Meskipun Ia berusaha untuk menghapusnya.

"Yoon, gak apa-apa. Aku percaya Y/n akan kembali padamu." ucapku dengan suara yang mulai bergetar.

Menyebalkan sekali melihat pria yang dikenal dingin ini kehilangan keceriaannya.

"Sudah tidak ada yang bisa kuharapkan lagi, Hana."

"Kau harus tetap melanjutkan hidupmu, Yoon. Jangan menyerah. Kalau kau butuh sesuatu, kabari aku. Aku akan menjadi temanmu." ucapku.

"Terima kasih, Hana."









Gomawo, Hana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gomawo, Hana.












Semangat, Yoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semangat, Yoon. Semoga bisa dipertemukan lagi dengan Y/n.
Haruskah kita bikin Yoongi jadi sadboy?  😆


Terima kasih udah sabar nunggu aku up.
Jangan lupa vote & share Unspoken Words.
Saranghae💜💜💜💜

UNSPOKEN WORDS || SUGA X READER (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang