Sudah sebulan sejak malam terakhir pertemuanku dengannya,
Malam dimana aku membatalkan perjodohan kami.
Kukira setelah malam itu, semuanya sudah berakhir. Hidupku akan tenang, perasaanku akan hilang. Tidak akan ada lagi bayangan tentangnya dan semua akan kembali seperti saat Aku belum bertemu dengannya.
Namun ternyata Aku salah, Ini bahkan masih sebuah permulaan.Perasaan ini justru semakin jelas terasa di setiap harinya. Bak sebuah tanaman yang selalu disirami air dan pupuk, membuatnya tumbuh berkembang. Kerinduan ini pun makin menggila hingga mengakibatkan rasa sesak di bagian dada.
Aku selalu memperhatikannya walau dari jarak yang jauh.
Aku pun yakin bahwa Ia juga sedang merasakan apa yang kurasa.
Semua tergambar sangat jelas dari sorot matanya.
Senyumnya tak seceria dulu.
Tawanya tak selepas dulu.
Sosok dingin itu kembali hadir dengan sikap yang bahkan jauh lebih dingin dari sebelumnya.Cincin pertunangan kami pun sampai saat ini masih terlingkar di jari manisku.
Dia menjadi saksi bisu betapa menyedihkannya hari-hariku tanpa Min Yoongi.
Aku tau, tak sepantasnya Aku meratapi kesedihan yang kubuat sendiri.
Soal pembatalan perjodohan itu memang Aku yang menginginkannya."Y/n?" suara seseorang memecahkan lamunanku.
"Kau tidak mendengarkanku?"
"Hm? Aku mendengarkanmu. Sampai dimana tadi?" ucapku kembali mengumpulkan kefokusanku.
"Jadi menurutmu, kita pakai konsep yang mana untuk festival kesenian Busan?"
"Menurutku lebih baik pakai konsep yang pertama. Karena sesuai dengan tema acara disana kan?"
"Baiklah, aku setuju. Aku akan mengaransmen musiknya dulu ya. Aku akan kembali lagi jika sudah selesai. Jangan banyak melamun. Jalan-jalanlah keluar biar merasa lebih baik."
"Ne, gomawo Haneul"
Ya, Aku berada di Busan.
Tempat ini menjadi tempat pelarianku.
Saat itu Aku membohongi Hana tentang Hongkong.
Tapi memang di hari itu, Ayahku berangkat ke Hongkong.
Aku mengantarnya ke Bandara.
Dan disana Aku juga melihat Yoongi.
Walaupun wajahnya ditutupi masker dan kacamata hitam, Tapi Aku tau betul bahwa itu adalah Min Yoongi.Kukira setelah tinggal di Busan, semuanya akan membaik. Ternyata tidak sama sekali.
•••
Aku memutuskan untuk jalan-jalan keluar rumah seperti yang disarankan oleh Haneul.
Aku juga berniat untuk membeli perlengkapan untuk dipakai di acara peresmian salah satu galeri seni di Busan.
Selama tinggal di Busan, aku terbiasa menggunakan masker dan kacamata hitam setiap melakukan aktifitas di luar rumah. Aku melakukan penyamaran agar tidak ada satu orang pun yang mengenaliku. Bahkan Aku juga menyamarkan identitasku.Cuaca siang ini cukup cerah, Aku berjalan menuju toko aksesoris di sebuah pusat perbelanjaan.
Tema acara lusa adalah pesta topeng. Itu artinya, semua yang datang ke sana harus menggunakan dress code yang sudah ditentukan.
Aku melihat-lihat beberapa macam topeng yang ada disini dan sebuah topeng berwarna putih berhasil menarik perhatianku. Aku langsung membeli topeng tersebut kemudian mampir ke sebuah kedai kopi yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalku.
Kebetulan, Aku sudah kenal dengan pemilik kedai tersebut."Areum, kenapa baru kesini? Kau baik-baik saja?" ucap Paman Ben yang merupakan pemilik kedai ini.
Ya, orang-orang di Busan mengenalku dengan nama Areum, lebih tepatnya Han Areum. Han merupakan nama keluarga dari Ibuku.
"Akhir-akhir ini aku sangat sibuk, Ahjussi."
"Heol, sombongnya. Pesanan seperti biasa kan? Mejanya selalu sengaja Aku kosongi untukmu." ucapnya dengan ramah
"Wahh, Aku merasa tersentuh. Gamsa hamnida, Ahjussi" sahutku sambil berjalan menuju sebuah meja yang letaknya berada di pojok.
Meja ini merupakan tempat favoritku Haneul, Aeri dan Dongman.
Ya, mereka sering mengunjungiku kesini.
Terutama Haneul, Dia memiliki keluarga yang tinggal di Busan. Itulah sebabnya Dia yang paling sering mengunjungiku."Menu spesial untuk Nona Areum." ucap Paman Ben sambil membawakan minuman dan makanan pesananku.
"Terima kasih, Ahjussi" ucapku sambil tersenyum.
"Oh iya, apa kau sudah punya kekasih? Aku kenalin keponakanku ya? Dia sangat baik, pintar, tampan dan mapan. Keponakanku saat ini digilai banyak wanita" ucap Paman Ben sambil menarik sebuah kursi ke sebelahku.
Aku tertawa mendengar ucapan pria paruhbaya itu.
"Kurasa, Aku bukan tipe ideal keponakanmu."
"Yaa Areum, kau ini gadis yang baik, sederhana, berbakat, mandiri dan cantik pula. Lelaki mana yang tidak jatuh cinta padamu eoh?" gumamnya
"Haha baiklah kalau gitu Aku mau sama Ahjussi saja lah. Biar bisa gratis ngopi seumur hidup hahaha" ucapku sambil tertawa
Paman Ben pun ikut tertawa.
"Tapi Aku serius, coba ketemu dulu dengan keponakanku. Dia baru tiba tadi pagi. Dan sekarang lagi di perjalanan kesini." ucapnya sambil beranjak pergi.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan paman Ben.
Saat aku sedang menikmati menu yang kupesan,
Aku melihat sosok pria yang begitu familiar dari kejauhan.
Pria itu sedang asyik mengayuh pedal sepedanya.
Aku memperhatikan sosok pria itu untuk meyakini apa benar itu adalah sosok yang ada difikiranku.
Meski menggunakan topi, masker dan kacamata hitam, Aku masih bisa mengenalinya.
Namjoon, itu memang benar dia.Jaraknya semakin dekat dengan kedai kopi ini.
Sepertinya aku harus segera pergi dari sini sebelum Namjoon melihatku.
Aku segera memakai atribut penyamaranku dan secepat kilat pergi dari kedai paman Ben. Aku bahkan tak sempat mengucapkan selamat tinggal pada paman Ben.Aku berlari sekencangnya supaya bisa berada jauh dari Namjoon.
Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Namjoon? Di Busan? Mau apa? Bukankah mereka masih off sampai acara come back lusa?
Entahlah, semoga saja Aku tidak bertemu dengannya lagi.Namjoon😍
Halooo,
Maaf baru sempat UP.
Jangan lupa vote & share Unspoken Words.
Stay tune untuk part selanjutnya.
Terima kasih💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN WORDS || SUGA X READER (END)
Hayran KurguUNSPOKEN WORDS | Min Yoongi X Y/N Sinopsis Ini cerita tentang Y/N yang akan segera menikah dengan seorang idol bernama Min Yoongi. Hubungan yang terjadi antara mereka berdua tidak dilandaskan oleh cinta, melainkan karena perjodohan orangtua mereka...