"AKSA!".
Aksa yang sadar namanya dipanggil oleh yera langsung bergegas berjalan ke arah tempat duduk kami bertama temannya, Ian.
"Duduk Sa, Yan".
Yera menyuruh Aksa dan Ian duduk. Aksa memilih duduk di samping gue sementara ian duduk disamping zeline.
Jadi posisinya kan kursi panjangnya hadap-hadap an gitu. Gue sama aksa di sisi satunya. Nah Yera, Zeline, sama Ian duduk di sisi satunya lagi.
Gue rasanya canggung banget duduk sebelahan sama kak aksa. Mana dari tadi dia liatin gue mulu.
. . .
"Kak Aksa, ga makan?".
"Aksa aja, Rain. Kalo lo mau ngomong lo-gue sama gue juga gapapa".
"Eh? Kak aksa aja, kak. Takut ga sopan".
Gue menggaruk tengkuk untuk menghilangkan ke canggungan. Dia tertawa. Gue bener kan ya harus manggil "kak" ke yang lebih tua? .
"Engga kok. Buat orang terdekat ga perlu panggil kak. Lagian lo juga kan temennya yera sama zeline".
Hah, dia bilang apa tadi? buat orang terdekat?. Perasaan gue baru kenal dia hari kemaren deh.
"Oh Oke, jadi lo belum jawab pertanyaan gue tadi".
"Yang mana, Rain?".
"Lo ga makan?".
"Oh iya, makan kok. Gue udah pesan nasi goreng tadi, cuma rame banget tadi yang pesan. Jadi mungkin agak lama".
"Ohh".
Gue dan aksa diam-diam an lagi. Berbeda dengan yera, zeline, dan Ian sekarang. Ntah apa yang sedang mereka perbincangkan.
Makanan yang udah di pesan Aksa dan Ian tadi udah datang. 2 porsi nasi goreng juga 2 gelas es teh.
Pesanannya datang pas mie ayam gue udah tinggal satu suap lagi. Karena ga enak mau ninggalin, jadi kami bertiga sepakat buat nungguin Aksa dan Ian.
Setelah mereka selesai, kami bergegas untuk balik ke kelas karena bel bakalan bunyi 10 menit lagi.
. . .
Pas jalan balik ke kelas, Aksa berjalan sejajar di samping gue. Dia keliatan bingung pengen nanyain sesuatu ke gue. Sampai akhirnya,
"Hmm, sorry rain. Gue boleh minta nomor telfon lo?".
Astaga, ya tuhan. Ternyata dia pengen ketemuan sama gue, cuma pengen bilang ini?.
"Eh, buat apa sa?".
"Emang gue ga boleh minta nomor anggota club gue sendiri?".
"Y-yya boleh sih. Kenapa ga liat di formulir daftar gue kemarin? kan ada gue cantumin nomor telfon gue".
Aksa terlihat panik karena pertanyaan gue. Untuk menutupinya, dia langsung nyari handphone nya dan menyodorkan kepada gue.
"Gue pengen minta langsung dari lo aja. Nih, langsung ketik".
Gue mengambil handphone dari tangan aksa dan mulai mengetikkan nomor telfon gue di handphone dia.
"Nih".
"Makasih rain. Gue masuk kelas dulu".
Aksa melambaikan tangan kearahku dan secara tidak sadar lambaian itu ku balas. Lalu dengan cepat-cepat ku turunkan tangan sebelum dia melihat.
Gue menyusul zeline dan yera yang udah jalan duluan di depan dengan berlari-lari kecil.
"Udah selesai urusan sama aksa?".
Zeline menoleh kearah gue ketiga sadar gue sudah di sampingnya dan mensejajarkan jalan gue dengan mereka berdua.
"Udah".
"Ngapain dia?".
"Cuma minta nomor hp doang".
"Loh, bukannya waktu di formulir pendaftaran lo ada nulis nomor telfon?".
"Iya, ada. Cuma katanya dia mau minta sendiri aja".
"Hallah, modus".
Gue dan yang lain buru-butu masuk kelas pas liat guru piket udah ada di ujung lorong.
. . .
"Kerjakan tugas halaman 25, nomor 1 sampai 10. Kalau sudah selesai tolong ketua kelas kumpulkan di meja piket ya".
"Pakai cara bu?".
Ketua kelas tiba-tiba mengangkat tangan dan bertanya kepada guru piket mengerjakan soal matematika tersebut pakai cara atau tidak.
"Ya kamu pikir gimana? Masa matematika ga pakai cara".
Semuanya tertawa. Emang ketua kelas 11 IPA 6 gapernah waras. Semuanya dia tanyain.
"Oke, ibu tinggal ya. Jangan ribut. Jangan ganggu kelas lain".
"Siap Buu".
. . .
Vote sama komennya jangan lupa oke?, jangan suka jadi readers hantu👻.
Author yang paling cantik❤
17/12/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚃𝙴𝙽𝚃𝙰𝙽𝙶 𝙰𝙺𝚂𝙰
Teen FictionRain tidak mengira, bahwa pertemuan nya dengan Aksa adalah awal dari kisah mereka. Ia kira semuanya hanya sekedar cinta anak remaja. Happy ending Hallo, this is my second story❤ 19 Oktober 2021 - #94 in rumit (19/11/21) #1 in primilly (19/11/21) ...