-TUJUHBELAS-

12 6 5
                                    

Pagi ini gue berangkat menggunakan gojek. Kalo kalian tanya kenapa ga berangkat bareng papa gue, karena papa kalo sabtu tetap kerja tapi setengah hari, jadi papa udah berangkat duluan tadi.

Sesampainya di sekolah, gue berjalan kearah ruangan club fotografi. Tidak jauh dari pagar depan, yaa kira" cuma 100 langkah lah.

Gue melihat dari jendela ruangannya masih terlihat kosong, tidak ada orang didalamnya.

KAK AKSA

Kak gue udah di depan ruangan club
Kita kumpul disini kan? Tapi kok masih kosong ya

Iya bener disitu
Ini gue masih diparkiran, bentar gue kesana

Setelah pesan terakhir dari kak aksa, gue langsung keluar dari room chatnya dan membuka game agar tidak bosan menunggunya.

Kak aksa datang bersama kak Ian, kalian ingat kan seseorang yang dipanggil oleh year waktu itu pas gue lagi nyari kak aksa.

“Pagi rainnn”

Kak ian mengucapkan selamat pagi kearahku dengan nada semangat sambil melambaikan tangan. Kak aksa yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.

“Pagi kak ian”

Ruangan club sudah dibuka oleh kak aksa menggunakan kunci yang dibawanya. Ia menyalakan lampu lalu mempersilahkan gue untuk masuk.

“Oh iya rain, mana kamera yang lo maksud tadi pagi. Sini biar gue bantu cari batrenya”

“Oh iya kak bentar”

Gue membuka tas dan mengambil kamera di dalamnya.

“Ini kak, kamera lama sih kak. Kalo emang gabisa gapapa kak, tapi gue cuma punya itu sekarang yang dirumah”

Kak aksa mengambil kamera ditangan gue. Lalu dia berjalan kearah lemari kaca dan membukanya dengan sebuah kunci.

Dia mengambil kotak berukuran sedang, dan ketika dibuka terlihat baterai-baterai kamera lama tersusun rapi yang mungkin sengaja disimpan sebagai cadangan.

Setau gue kamera sekarang rata-rata udah pake cas, beda sama kamera dulu yang masih menggunakan baterai.

Kak aksa memperhatikan bentuk baterainya, lalu ia cari didalam kotak tersebut. Setelah mendapatkannya, ia mencoba memasangnya lalu mencoba kameranya.

Gue dan kak Ian hanya melihat kak aksa yang sekarang mencoba membidik salah satu objek dan “cekrek” suara muncul menandakan gambar sudah terambil.

“Nih coba kalian lihat”

Kak aksa menunjukkan hasil gambar yang difoto tadi. Hasilnya bagus, ya emang ga kayak kamera sekarang tapi lebih ke ala vintage gitu.

“Ini udah gue masukin batre. Nanti lo coba sd card nya masih bisa atau engga ya. Kalo gabisa nanti bilang ke gue”

“Ohh oke kak terimakasih”

...

Jam 9 lewat 15, anggota lain mulai datang dan berkumpul didalam ruang itu. Ternyata tidak banyak jumlahnya, hanya 12 orang termasuk kami bertiga.

Mungkin mereka yang mengikuti ini hanya sebagai pelarian aja seperti gue agar nanti nilai nya engga 0 di raport.

Pertemuan kali ini hanya membahas apa saja kegiatan yang biasa diikuti club fotografi. Sekolah biasanya bekerja sama dengan club ini untuk event-event yang butuh banyak dokumentasi.

Kata kak aksa, nanti sekolah bakal meminjamkan 2 kamera khusus yang sekolah simpan. Selebihnya menggunakan kamera sendiri atau kamera punya club yang dibeli dari tabungan dana sisa.

Pertemuan ini hanya 2 jam, tepat jam 11 kak aksa membubarkan anggota. Sebelum gue melangkahkan kaki keluar, kak aksa memanggil gue.

“Rain, gue sama ian mau ke café baru. Lo free ga? Ikut yuk”

Ah itu, cafe yang kemarin mau gue datangin sama yera dan zeline. Gue tidak langsung menjawab, tapi lebih salah focus ke gerak gerik kak ian yang seperti meminta penjelasan dari kak aksa.

Ntah apa yang di sembunyikan orang 2 itu, tapi gue berusaha untuk tidak memikirkannya.

“Tapi kak kemarin gue sama temen gue udah kesana. Rame banget kak, sampe keluar keluar saking ramenya”

“Tenang aja, gue udah reservasi meja untuk 3 orang”

Yah kalo udah begini siapa yang bisa nolak kan?.

...

Vote sama komennya jangan lupa oke?, jangan suka jadi readers hantu👻.

Author yang paling cantik❤
25/07/2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝚃𝙴𝙽𝚃𝙰𝙽𝙶 𝙰𝙺𝚂𝙰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang