Jika saja Ryden dan yang lainnya tidak langsung masuk ke dalam restoran, tak bisa dibayangkan bagaimana nasib wajah Brilian yang habis dengan pukulan Sean. Kini keduanya duduk berhadapan dalam ruangan studio milik Harsa yang dulu sempat menjadi saksi sejarah mereka.
"Ini semua bohong kan, Ri?" Sean terus menanyakan hal yang sama seolah mencari titik terang kalau apa yang dikatakan Brilian hanyalah omong kosong. Zuri tak mungkin ikut membantu aksinya.
Sudah lebih dari 1 jam dan yang gadis itu lakukan hanyalah menunduk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun membuat hati Sean mendadak nyeri.
"Udahlah Ri ngaku aja. Lo juga kan yang bantuin gue kasih informasi tentang mereka," Brilian kembali bersuara seolah memanas-manasi Zuri.
"Bacot lo!" Sean lagi-lagi melayangkan tatapan kebencian padanya.
"Lo diem aja bisa nggak sih."
"—aah, lo bisa pelan-pelan nggak?" protes Brilian saat Ray mencoba membantu untuk mengobati lukanya.
"Zuri, lihat gue!" geram karena tak kunjung menemukan jawaban, Sean menarik bahu gadis itu membuatnya sontak mendongak. Matanya sudah berkaca-kaca dengan hidung dan wajah memerah lalu tak berapa lama tangisnya pecah juga.
Sean tak ingin mengambil kesimpulan sendiri dengan firasatnya yang mulai goyah karena sikap Zuri yang tidak kooperatif. Jika dia benar-benar tidak melakuan, harusnya mampu mengelak dengan mudah. Pemuda itu tahu kalau Zuri bukanlah orang yang pandai berbohong. "Lo lakuin itu semua?" kini suara Sean jauh lebih lirih berharap tak menakuti gadis itu.
Zuri mengangguk lemah dengan isak yang semakin menjadi. Tangan yang semula berada dibahunya perlahan turun seolah energi yang barusan begitu menyulut, sirna hanya dengan satu gerakan.
"Lo serius, kak? Lo nggak diancem sama dia kan? Jangan takut kak, kita semua ada disini buat lo," Ryden nampaknya juga tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Lelaki itu sampai duduk disamping Zuri dan mengusap punggung mencoba meredakan tangisnya.
"S—sorry," permintaan maaf meluncur dengan terbata disela tangisnya. Akhirnya Zuri bersuara setelah sekian lama membisu.
"Kenapa lo lakuin itu? Kita semua, bahkan gue percaya banget sama lo," ucap Sean tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Napasnya memburu tak mampu meredakan sesak dalam dadanya.
"Aduh gitu aja nggak ngerti, ya jelas karena dia suka sama lo Sean. Bahkan Zuri udah cinta sama lo dari SMA. Lucu juga ya dulu dia bantuin lo buat jebak gue, sekarang dia bantu gue buat jebak lo," Brilian kembali bersuara namun Sean tetap enggan mendengarnya. Dia hanya ingin gadis dihadapnnya ini yang menjelaskan semuanya.
"Mulut lo kayak bukan orang sekolah. Udah lah mending lo ikut gue ke kantor label. Lo mau ketemu langsung sama bapaknya Ryden kan? Gue anter," Ray menarik lelaki itu keluar ruangan dan memberikan kode pada Harsa meminjam mobil yang dia bawa.
"Eh ngapain kesana? Gue nggak ada—aahh pelan-pelan gila! Tangan lo kena muka gue!" Meski tak mau berdiri, Ray tetap menyeret lelaki itu keluar dari studio. Semoga saja tak ada yang melihat itu.
Kembali pada Sean yang tak sedikit pun mengalihkan sorot matanya dari Zuri bahkan tak peduli dengan kepergian Ray dan Brilian, menunggu jawaban dari gadis itu.
"Coba tenang dulu supaya lo bisa jelasin semuanya," Harsa menyodorkan segelas botol mineral yang diterima dengan tangan gemertar. Sean menangkap semua itu, dan hatinya semakin tersiksa jika apa yang dikatakan Brilian barusan memang benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/281600273-288-k607279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CELEBRITY :: parksungso [✔]
Fanfiction[Fanfiction Original Character Park Sunghoon 'Enhypen' ft Park Soeun 'Weeekly'] Mereka saling mencintai, menyayangi, dan menjaga satu sama lain. Hidup bahagia dengan penuh ketenangan adalah impian sederhana yang nyatanya tak direstui semesta. Pasaln...