CHAPTER 47

65 14 3
                                    


Debarannya persis seperti pertama kali berdiri diatas pangung dengan penonton lebih dari 50 orang. Sean seolah lupa kalau jam terbangnya sudah lumayan banyak untuk pengalaman. Semua itu meluap dari semalam hingga membuatnya sukar tidur. Andai saja Sena tak menjanjikan akan menonton langsung, mungkin lelaki itu takkan terelap hingga pagi buta.

"Gila, rasanya kayak baru pertama kali manggung. Mana pake baju yang sama lagi, ngide banget lo," nyatanya bukan hanya Sean yang gugup setengah mati, tapi juga Ray yang sedaritadi mengalihkan pikiran dengan pakaiannya.

Sean yang memberikan ide untuk memakai baju yang sama dengan saat pertama kali mereka diperkenalkan sebagai grup band. Meski Sam mengeluh karena bajunya sedikit lebih kecil dan tak mampu menyentuh mata kaki, dia tetap menerimanya.

Mini konser ini termasuk dalam pembicaraan saat konferensi beberapa hari yang lalu. Direktur utama label mengumumkan kembalinya Flicker dengan mengadakan kegiatan tersebut. Tentu saja respon dari masyarakat beragam. Ada yang antusias dan tak sabar, apalagi sampai nekat datang ke Jakarta dengan alasan 'kapan lagi Flicker konser gratis?' Ada pula yang tak terima jika industri musik kembali menerima mereka yang sebelumnya sudah di cap buruk. Haters gonna hated.

"Rileks aja," Harsa menepuk pundak Sean membuat pemuda itu menoleh. "Yang nonton nggak nyampe 30 oran,." sambungnya membuat semua terkejut.

"Serius kurang dari 30 orang?" tanya Jerico yang langsung berlari setelah 30 menit lebih bergulat dengan bayangan di cermin mencoba membenarkan gaya rambutnya.

Harsa mengangguk. Tak ada yang bisa mereka lakukan meski sedikit kecewa karena pencapaian tour bisa bertemu dengan para penggemar satu stadion sepak bola, kini menyusut dengan drastis.

"Yaudah nggak apa-apa, kita tetep harus tampil maksimal. Kalau mau tahu orang yang tulus itu gampang, tinggal lihat aja dia masih mau nemenin kita disaat susah atau malah pergi?"

"Tumben bijak," timpal Sean tak menyangka Ray bisa mengeluarkan kata-kata penyemangat yang begitu manis barusan. Semuanya kembali tertawa, melepaskan beban dan kegugupan.

Suara riuh yang terdengar dari belakang panggung berukuran 5 meter itu membuat Sean kembali menatap Harsa seolah meminta penjelasan dari perkataan sebelumnya. Sementara lelaki itu hanya tersenyum miring sembari menganggat kedua bahunnya acuh.

"Bang, katanya nggak lebih dari 30 orang? Tapi kayaknya rame. Nggak mungkin cuman segitu," Sam juga merasakan hal yang sama dan langsung meminta kejelasan.

"Nambah kali jadi 35," jawabnya sebatas candaan. "Kan udah dibilang mau berapapun yang nonton, kita harus tampil maksimal," Harsa kembali mengulang kalimat itu.

"Tapi—"

"Siap-siap ya, 5 menit lagi naik," ucap seorang lelaki berkemeja hitam selaku crew yang ikut serta membantu acara ini. Mereka kompak mengangguk, tak ada lagi waktu untuk mengeluh apalagi percaya dengan omongan Harsa.

Teriakan itu semakin menjadi penyambut kehadiran lima lelaki yang perlahan menaiki panggung. Sena tak bisa menahan ekspresi terkejutnya saat melihat lautan manusia yang terhampar didepannya. Mulutnya menganga dengan mata yang berkali-kali berkedip seolah memastikan kalau semua ini bukanlah mimpi atau ilusi.

"Selamat malam semuanya," sapaan Sean melalu microphone ditimpali begtiu kompak oleh yang lainnya. "Jujur aja ini jantung gue deg-degkan, nggak nyangka ternyata yang nonton sebanyak ini soalnya sebelum naik panggung bang Harsa bilang nggak lebih dari 30 orang. Habis ini kalau nanti kalian lihat dia mendadak babak belur, udah tahu ya karena apa," candaan Sean membuat semuanya tertawa termasuk Harsa yang berdiri disampingnya.

CELEBRITY :: parksungso [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang