CHAPTER 17

50 14 2
                                    


Tengah hari yang begitu terik dari Surabaya, nyatanya tak bisa mencerahkan suasana hari Sean. Artikel tentang Sena yang katanya kedapatan keluar dari hotel yang sama saat Flicker di Bali berhasil diredam. Label yang menaungi Sena lebih cepat bergerak dan mematahkan rumor tentang gadis itu. Masalah memang sudah selesai sebab publik juga percaya dengan pernyataan dari perusahaan, namun hati Sean tetap saja nyeri.

Menjalani hubungan tersembunyi dari dunia terasa begitu sulit. Profesi yang dijalani Sean dan Sena memaksa mereka untuk menekan perasaan didepan kamera dan berbohong kepada banyak media.

"Nanti sore rehearsal, mending lo mandi."

Harsa yang menjadi teman sekamar sibuk mengeringkan rambut basahnya. Wangi mint yang menyeruak diseluruh ruangan tak lagi asing bagi Sean karena temannya itu punya kebiasaan menghabiskan shampo tiap kali keramas.

"Udah nggak usah dipikirin. Sena juga kelihatan baik-baik aja. Gue denger dia udah lanjut shooting lagi kan." sambungnya.

Sean merebahkan dirinya diatas kasur dan memandang kosong langit-langit kamar. Pikirannya terus tertuju pada perempuan itu. Sekali lagi dia teringat fakta kalau Sena adalah aktris terbaik dengan kemampuan akting yang luar biasa. Tak sukar baginya menyembunyikan kesedihan seorang diri.

"Kalau gue ngaku tentang hubungan ini sama Sena, gimana bang?" lelaki itu menegakkan tubuhnya melihat Harsa dengan pandangan serius. Kalimat yang terlontar dari mulutnya tak tersirat sedikitpun sedang bercanda.

"Nggak usah aneh-aneh." timpalnya.

"Gue capek backstreet begini didepan media sama penggemar kita. Label udah kasih izin, manajemen juga nggak ada masalah, ditambah lagi gue udah kantongin restu orang tuanya Sena." akhirnya gundukan kekesalan yang selama ini terpendam dalam hatinya, terbongkar didepan Harsa.

Lelaki itu mendekat dan mengambil tempat berhadapan dengan Sean. Sambil melipat tangan, wajahnya masih dingin tanpa ekspresi. Sean tahu, rekannya itu pasti mempersiapkan beberapa kalimat pedas untuk menampar dirinya.

"Bukan cuman lo yang punya keinginan begitu, gue juga dan mungkin semuanya. Tapi ini jalan yang udah kita ambil dan salah satu cara melindungi orang yang kita sayang. Kita cuman perlu berkarya dan nunggu waktu yang tepat buat menentukan jalan hidup."

"Gue sayang sama semua penggemar kita, mereka yang udah bantu menyihir mimpi gue jadi kenyataan. Dan gue juga sayang Sena, dia yang menemin gue dari zaman Altasean Wistara masih harus bohong sama orang tua. Rasanya hidup gue ini konyol banget, banyak main sembunyi-sembunyian." Sean masih tak ingin kalah dengan keadaan. Keegoisan yang selama ini dia pendam, dibiarkan menyelimuti seluruh jiwanya.

"Pikiran lo lagi kalut banget, mending mandi sekarang."

Harsa bangkit dari duduknya dan semakin membuat amarah Sean memuncak. Dia menganggap kalau lelaki ini baru saja kalah argumen namun tak mengakuinya lalu dengan sengaja memutarkan pembahasan.

"Emang nggak ada gunanya gue nanya ke lo." geram Sean.

"Cari aja jawaban sesuka hati lo"

Tak ingin lagi menimpali Harsa yang juga sama keras kepala, Sean memilih keluar kamar dengan membanting pintu. Dia yakin Sam dan Jerico yang ada di ruangan sebelah pasti mendengar itu, Sean tidak peduli. Kakinya melangkah menuju ujung lorong tempat para staff beristirahat.

"Sean? Ngapain disini?" tepukan dipundak membuat lelaki ini menoleh menghentikan langkahnya.

"Mau ketemu lo." jawabnya menatap Zuri.

CELEBRITY :: parksungso [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang