Berita yang diunggah oleh label semakin menghebohkan. Bukan hanya Davanka Group, tapi juga perusahaan yang menaungi Sena. Keduanya kompak memberikan klarifikasi perihal hubungan artis mereka dan mematahkan rumor kalau Sena sedang menjalin hubungan dengan Radika.
Banyak yang tak menyangka dan tentu saja serangan komentar dari media sosial tak henti-hentinya berdatangan. Namun itu tak lagi jadi masalah, baik Sean maupun Sena sepakat untuk saling menguatkan dan lebih peduli pada dukungan yang diterima.
"Rasanya kayak lagi di puncak komedi," ucap Ray yang duduk disamping Mona sembari melingkarkan tangannya dipundak gadis itu.
"Perusahan udah klarifikasi semuanya, terus kapan lo memperjelas hubungan sama Mona? Rangkulan udah, jalan bareng udah, direstuin udah, eh malah digantung tanpa kepastian," sindir Jerico yang langsung dihadiahi dengan tatapan mematikan dari pemuda itu.
Semua tertawa. Mereka tahu kalau Ray mencintai Mona, tapi masih tak mengerti kenapa lelaki itu tak ingin mengikat dalam status yang lebih jelas.
"Entar kalau tiba-tiba Ray yang nikah duluan, lo iri lagi Jer," timpal Harsa yang sedaritadi sibuk sekali mengusap lembut punggung tangan Selina.
"Oh jadi boleh gue duluan nih? Yuk Dil!" Jerico beranjak dari tempatnya lalu menarik tangan gadis berambut pendek itu.
"Eh mau kemana lo?"
"Pacaran lah, dunia harus tahu betapa bahagianya gue bisa gandeng tangan Dilla tanpa perlu takut kamera."
Bukan hanya klarifikasi tentang hubungan Sean dan Sena, label juga memberikan penjelasan tentang yang lainnya membuat mereka lebih leluasa untuk mengakui ada sosok spesial yang menemani harinya.
Kabar tentang plagiarism dan juga tuntutan yang dijatuhkan pada Brilian tak luput dari berita. Orang-orang semakin mengenal lelaki itu dengan banyak masalah yang dia buat. Sayangnya kali ini ikut menyeret Zuri. Meski perempuan itu tak bersalah, namun dia tetap melakukan janjinya untuk berhenti sebagai manager setelah masalah selesai.
Masih terngiang dengan jelas kalimat kemarin sore yang dia lontarkan sebelum pamit pada semuanya, "Gue suka sama lo bahkan dari zaman sekolah. Gue masih inget pertemuan pertama kita di UKS. Harusnya gue sadar, kalau selama ini yang ada dalam hati lo cuman satu, Sena. Bodohnya gue malah kemakan emosi sendiri. Maaf sempet bikin hubungan lo sama Sena runyam. Gue jadi belajar tentang cinta sejati dari kalian berdua. Semoga selalu bahagia," Untuk pertama dan terakhir kalinya, Zuri menangis dalam pelukan Sean.
"Aku harus balik kantor," ucap Sena membuat pemuda itu kembali dari pikirannya barusan. Jujur saja dia ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu bersama kekasihnya ini pasca media menaikan seluruh berita tentang mereka.
"Aku anter ya," tawarnya lebih ke modus ingin berlama-lama dengan Sena.
"Nggak usah, mbak wulan udah ada dibawah."
Kali ini Sean tak bisa lagi menahan dirinya. Bibirnya menukik keatas cemberut dengan pipi yang sengaja ditiup dari dalam membuatnya menggembung. Cara yang sering dia lakukan dalam usahanya merajuk pada Sena.
Gadis itu malah tertawa lalu mencubit pipi Sean gemas. Siapa juga yang tahan dengan kelucuannya. "Jangan lucu gini, nanti malah aku yang nggak mau pulang."
"Emang itu tujuannya," Sean nampak belum menyerah untuk menahan kepergian kekasihnya itu. Namun Sena tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Dia tak ingin dianggap sebagai orang yang tak tahu diri karena sudah mendapatkan apa yang diinginkan malah pergi sesuka hati.
Butuh waktu lama hingga Sena berhasil meyakinkan Sean dengan menjanjikan sleep call nanti malam. Meski sejujurnya entah terlaksana atau tidak mengingat keduanya sudah mulai kembali pada pekerjaannya masing-masing tanpa khawatir tentang status yang selama ini menjerat. Terakhir kali mereka mengatakan keinginan itu, belum sempat terlaksana.
"Bang ada yang nyariin," Juna datang menghampirinya yang baru saja mengantar Sena dari lobby hingga gadis itu pergi dengan sedan hitam.
"Siapa?" dia tidak merasa memiliki janji dengan siapapun.
"Temen gue, Cyra. Dia ada di cafetaria. Samperin gih, nggak mungkin kan gue nyuruh dia masuk ke dalam studio? Walaupun temen, dia tetep fans Flicker."
Sean ingat dengan perempuan berambut hitam sebahu saat berada di Makassar. Dia juga yang ada di dalam elevator sebelum Sean pergi menuju venue. Tak banyak bertanya, Sean mengiyakan permintaan Arjuna sementara lelaki itu berlalu meninggalkan kantor dengan alasan pribadi katanya. Ah, paling menjemput Olivia. Sean sudah hatam dengan alasan klasik seperti itu.
Gadis berseragam dengan jaket merah muda yang menutupi kemeja putihnya duduk didekat jendela. Kepalanya menoleh keluar, melamun. Ia bahkan tak menyadari kehadiran Sean yang sudah duduk dihadapannya.
"Jadi udah berapa banyak orang yang lo hitung?"
Pertanyaan itu membuatnya menoleh. Terlihat raut keterkejutan meski masih mencoba tersenyum. "E—eh kak Sean ternyata udah disini," ucapnya.
"Asik banget ngelamunnya sampe nggak sadar ada gue."
"Hehe maaf, kak."
Sean tersenyum memaklumi mungkin saja dia lelah karena harus bergelut dengan banyak pelajaran di sekolah. Ia tahu betul bagaimana peningnya berhadapan dengan materi dan soal.
Keduanya memesan minuman dingin dan Sean berusaha mencairkan suasana agar tidak terlalu canggung. Bisa dibilang ini sesi fammeeting kelas VVIP. Kapan lagi bisa berduaan bersama vokalis band terkenal, ditraktir minuman pula. Jika saja susana hati Cyra sedang dalam keadaan baik-baik saja, dia pasti sudah pamer pada teman-temanya. Tapi kali ini berbeda.
"Kak gue dukung lo," ucapnya menghentikan Sean yang hendak mengambil minumannya. Pemuda itu mengernyit masih tidak mengerti maksud dari perkataannya.
"Jujur waktu pertama kali tahu tentang rumor itu ditambah lagi pihak label nggak konfirmasi tentang apapun, gue sempet down nggak percaya ternyata apa yang diomongin Juna waktu di Makassar tuh bener. Kak Sean pacaran sama kak Sena."
Sean menegakkan badannya mulai mengerti kearah mana pembicaraan yang akan dibawa oleh gadis mungil ini. Ia membiarkan Cyra meluapkan segala perasannya.
"Gue akui, gue cemburu. Rasanya dada gue sakit banget kak lihat lo ternyata selama ini lebih sayang ke satu orang dan itu kak Sena. Gue nggak sanggup buka sosial media atau baca berita, takut kalau semua itu bener ditambah lagi fanwar dimana-mana bikin suasana makin berantakan."
Meski Cyra nampak tegar, Sean bisa merasakan kalau dia tengah menahan diri untuk tidak menangis didepannya. Matanya sudah berkaca-kaca, sesekali menarik napas panjang. Sean tahu betapa sakitnya melihat orang yang disayang ternyata lebih memilih orang lain. Ia sudah terlatih untuk masalah itu. Tapi yang dialami Cyra ini berbeda dari pengalamannya.
"Akhirnya gue mutusin buat ambil rest dari dunia fangirling dan lebih fokus sama kegiatan di sekolah. Lambat laun gue bisa lupaian semuanya termasuk lo dan itu yang bikin gue sadar, fangirling is not job, just support your idol because you appreciate their work and talents not because you want them as yours, your future and happiness is more impotant than everything," Cyra tersenyum meski satu bulir bening lolos dari matanya.
Sean berdiri lalu memeluk gadis itu dari samping membuat pertahanan Cyra runtuh, Akan ia pastikan inilah tangisan pertama dan terakhir yang Sean lihat.
"Thank you masih mau dukung gue sama Flicker. Kita beruntung punya penggemar hebat kayak lo," bisik Sean sembari mengusap lembut surai kehitaman Cyra.
Sekali lagi Sean percaya pasti ada orang yang sudah terlanjur jatuh cinta pada karya mereka dan tak peduli dengan keadaan yang terjadi. Mereka yang lebih menjadi penikmat dari semua lagu ciptaannya adalah kebahagiaan level tertinggi yang Sean rasakan. Pesan dalam tiap baitnya, mampu diantarkan dengan baik.
"Gue siap nonton mini konsernya," ucap Cyra setelah dia melepaskan pelukan mereka. "Kangen banget bisa nonton sambil lesehan terus bawa karton gede biar dinotice padahal duduk paling depan," Keduanya tertawa lalu berlanjut dengan bercerita kenangan masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELEBRITY :: parksungso [✔]
Fanfic[Fanfiction Original Character Park Sunghoon 'Enhypen' ft Park Soeun 'Weeekly'] Mereka saling mencintai, menyayangi, dan menjaga satu sama lain. Hidup bahagia dengan penuh ketenangan adalah impian sederhana yang nyatanya tak direstui semesta. Pasaln...