twenty two: in the theater

15.3K 785 12
                                    

Sedaritadi Jeffrey terus berkeliling rumah untuk mencari keberadaan kekasihnya. Padahal Jeffrey sudah selesai makan malam tapi keberadaan Runa masih dipertanyakan. "Bi, liat Runa kemana, nggak?" Tanya Jeffrey kepada kepala asisten rumah tangganya.

"Nggak Tuan, coba cari aja ke perpustakaan atau ruang teater"

Sesekali mendengus kesal karena harus berjalan jauh. Tahu begitu mendinf punya rumah yang biasa-biasa saja daripada harus mencari orang seperti main petak umpet dan jarak jalan yang cukup membuat jantung berpacu seperti olahraga. Jeffrey berkeliling mencari keberadaan Runa yang hari ini seharusnya tidak ada kelas. Ternyata benar, gadis yang dicarinya itu tengah asik kembali menonton tayangan si tampan dan si ganteng.

"Nonton itu lagi sih, sukanya?" Jeffrey langsung mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Runa yang asik menyeruput cola.

"Heheh, mumpung ada waktu luang" Jawab Runa tanpa terputus pandangannya ke layar. Walaupun sudah terlihat juga, Runa agak khawatir ini Jeffrey kenapa lagi-lagi hanya diam melihat adegan intim yang dilakukan oleh kedua laki-laki iti.

"Hmph!" Suara-suara haram terdengar nyaring dari layar lebar yang tengah menunjukkan adegan saling perang mulut dengan panas. 

Jeffrey juga suka heran kenapa Runa selalu memilih tontonan yang berating dewasa. Walaupun Jeffrey tidak suka BL, tapi ia juga bisa terpancing kalau melihat adegan panas seperti itu. Jeffrey juga pria dewasa yang normal.

Runa menggigit bibir bawahnya dan mulai bergerak gelisah, ada sensasi adrenalin yang berpacu. Sepertinya ia harus mempercepat dan melewati bagian ini karena ia cukup malu menontonnya di sebelah Jeffrey.

"Mau kemana?" Tanya Jeffrey.

"Itu mau lanjutin ke part selanjutnya"

"Uhh!" Suara desahan itu makin kencang dan wajah Runa sudah memerah padam walaupun suasana ruangan teater itu gelap. Runa malu kepergok nonton lagi oleh Jeffrey. Bodoh amat kalau harus dicap sebagai gadis mesum oleh Jeffrey, yang penting sekarang ia harus segera mungkin mengganti adegan.

"H-hahah, bentar aku matiin dulu aja"

"Nggak usah, biarin aja. Saya mau liat"

"Heh, ngapain emang?"

Pikiran mesum sudah hinggap di otak Jeffrey, ruangan gelap, hanya berdua, kedap suara, mana sound effect mendukung juga, tinggal melakukan aksi saja. Jeffrey menarik Runa untuk duduk di pangkuannya "Kitten" Panggil Jeffrey dengan nada rendah. Sontak itu membuat Runa merinding sekaligus gugup setengah mati.

Demi Tuhan sekarang aura Jeffrey berubah, bukan seperti Jeffrey yang biasanya lembut, manis, tapi seperti Jeffrey yang dulu ia kenal pertama kali, intens dan penuh dominan.

"Y-ya?" Cicit Runa tanpa berani melihat ke arah Jeffrey.

"I swear you look so damn cute" Jeffrey membelai pipi Runa dan meremas pelan pinggang gadisnya.

"Mau nyoba?"

"Nyoba apa?"

"Call me daddy, i want to hear it" Jeffrey mulai mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Runa yang terlihat jelas karena rambutnya dicepol.

"Jeff, geli" Runa bergerak karena rasa geli di lehernya yang cukup sensitif terhadap rasa geli. Jeffrey terus menjilat, menggigit dan menghisap permukaan leher Runa seperti vampir kehausan, rasa geli yang dirasakan Runa tadi sudah berganti dengan sensasi aneh yang membuatnya gelisah.

"Udah, Jeff" Runa menepuk-nepuk pundak Jeffrey dan bergerak agar sang pria berhenti. Justru Jeffrey tidak menghiraukan pekikan Runa dan lidahnya terus turun hingga tulang selangka. Runa terus begerak tidak nyaman. Bibir mereka saling bertemu dan nafas mereka saling memburu, ruangan teater dingin itu berubah menjadi panas seketika.

Oncle [Masih Revisi Beberapa Part]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang