"Runa lo bisa mulai kerjain dekorannya besok, ya" ucap sang ketua panitia kepada Runa.
Runa adalah ketua tim dekor untuk event cukup besar di fakultas desain dan seni murni yang akan dimulai sekitar 1 bulan lagi. Jelas, sekarang mereka harus sudah bekerja membuat berbagai macam elemen dekorasi agar pekerjaan tidak terlalu menumpuk nantinya.
Setelah rapat itu usai, Runa langsung mengajak anggota tim dekor untuk rapat sendiri secara terpisah. Untungnya ada Hansel yang menjadi wakilnya, Arin sebagai anggota dan sisanya banyak anak bawah. Mereka membagikan barang-barang apa saja yang harus dibeli dan dibawa besok saat pengerjaan perdana.
"Run, nginep rumah gue napa mumpung mama sama papa lagi ilang," pinta Arin sambil bergelayut di lengan Runa, mereka sudah super lelah hari ini. Sehabis kelas langsung disuguhi rapat.
Sebenarnya Runa mau-mau saja diajak ke rumah Arin, sayangnya sekarang ia masih harus izin pada sang pemilik rumah yang ia tempati selama beberapa minggu ke depan, "Gue kudu ijin Om Jeffrey dulu, tapi" dengkusnya membayangkan bagaimana ia harus meminta izin nanti.
"Hm, gue tunggu di rumah. Eh, lo kalau mau pisanan, Sel" ajak Arin pada Hansel, memang mereka sudah sering menginap di rumah masing-masing. Kadang juga Arin dan Runa bisa numpang tidur di kosan Hansel waktu tidak sempat pulang gara-gara panitia.
"Hm, boleh"
"Awas ya, gue tunggu lo berdua kudu dateng pokoknya!" ancam Arin.
Yang penasaran kenapa Javier tidak diajak, itu karena Javier paling malas kalau diajak menginap ke rumah teman. Prinsipnya, selama rumah temannya bukan di luar kota, untuk apa menginap? Toh, masih sama-sama di kota yang sama.
Runa berjalan gontai sambil menggebuki pinggangnya yang encok akibat terlalu lama duduk. Ia meregangkan otot lehernya sambil berjalan menuju mobil Jeffrey yang sudah terparkir di parkiran gedung.
"Jelek amat," komentar Jeffrey saat melihat penampilan Runa yang agak berantakan. Sebenarnya pencitraan itu. Padahal aslinya Runa kelihatan makin menggoda dengan rambut di cepol tinggi dengan wajahnya agak sayu.
"Halah, sekali-kali gitu kek, bikin cewek seneng. Makanya ini Om belum dapet pasangan ya gini," cibir Runa sambil menyandarkan kepalanya ke jok dan memejamkan matanya menikmati harum stella jeruk yang ternyata memabukkan dan membuatnya makin pusing.
"Gak usah ngejek saya kalau kamu sendiri juga gak punya pasangan," balas Jeffrey tak kalah sengit. Sepertinya pertemuan keduanya ini selalu diisi dengan pertikaian yang tan berujung.
"Belum ya, bukan nggak. Lagian ini mobil Om mahal kok pakainya bau wangi jeruk, sih? Hermes kek atau Tom Ford kek," tukasnya Runa lalu ia langsung mengambil bungkus stella jeruk itu dan membuangnya ke jok belakang.
Jeffrey merutuki Dery selaku orang yang memilihkan pewangi mobilnya. Bisa-bisanya sekretarisnya itu bilang kalau para petempuan suka mobil wangi jeruk. Alhasil, dibelikanlah selusin stella jeruk untuk setiap mobilnya. Kalau tahu seperti ini, mending Jeffrey tinggal menyemprotkan parfum mahalnya saja di mobilnya seperti permintaan Runa barusan.
"Oh Om, nanti aku mau izin nginep di rumah Arin kan', mumpung besok weekend"
"Kayak nggak punya rumah sendiri aja nginep-nginep"
Runa menggaruk daun telinganya, toh ia juga sedang menginap di rumah Jeffrey. Kan sama saja.
"Boleh, ya?"
"Terserah"
"Yey!"
: : :
KAMU SEDANG MEMBACA
Oncle [Masih Revisi Beberapa Part]
Fanfic[COMPLETED] Sebuah kisah cinta klise yang tumbuh karena terbiasa. Aruna harus tinggal di rumah teman ayahnya yang bermulut tajam karena ditinggal ke luar negri. "Om kalau mau tuh, tinggal minta, masa mau yang bekasan" + bahasa ; lil bit of eng. + a...