bonus: little man

16.4K 517 13
                                    

"Jeff, mau seblak mercon"

Seperti biasa, yang namanya hamil lasti ada-ada saja permintaannya. Sebenarnya Jeffrey juga sudah terbiasa dengan Runa yang suka mengidam saat datang bulan, tapi sepertinya selera janin dalam kandungan sang istri ini agak di luar angkasa. "Malem-malem gini mana ada yang jual, sayang? Gak usah ya, lagian itu pedes banget nanti kamu diare lagi"

"Ya udah biarin aja nanti dedeknya ileran" Balas Runa sambil memajuka  bibirnya dan membalikkan badan kesal. Akhir-akhir ini memang moodnya sering berubah-ubah. Perutnya juga sudah makin membuncit dan terkadang membuatnya sakit pinggang.

"Oke, aku mintain Bi Imah dulu bikinin. Jangan beli yang diluar kayak waktu itu, banyak micin gak baik" Akhirnya Jeffrey mengalah daripada Runa tidak mau bicara dengannya satu minggu lagi seperti minggu lalu karena ia gagal menyanggupi permintaan untuk mengusap kepala berang-berang di malam hari. Ayolah, kalau pagi-pagi mungkin Jeffrey masih bisa membawanya ke kebun binatang.

Sejak saat itu, Jeffrey sebisa mungkin menjauhkan tontonan hewan dari Runa apalagi saat waktunya tidur.

"Okaaayy, makasih Jeffy, muah!"

"Kurang ikhlas ah, ciumnya"

Baru saja Runa hendak mencium Jeffrey lagi tiba-tiba ada yang bergerak dalam perutnya, "Ah!" Rintihnya dan Jeffrey langsung ikut panik.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Dedeknya nendang. Mungkin gak suka Mommy mau cium Daddy, hihihi"

Langsung saja Jeffrey ikut berbaring dan mengelus perut buncit Runa sambil berbisik, "Kalau nakal terus nanti Daddy gak beliin kapal pesiar loh waktu kamu lahir. Ngidamnya tuh lho, jangan yang aneh-aneh, kasian Mommy" Benar saja setelah itu perut Runa sudah tidak lagi ditendang.

"Hush, gak usah janjiin yang aneh-aneh ya, Jeff. Sana mintain Bi Imah dulu"

"Hehe, emang ambisi pengen nyaingin Rafathar"

"Heh!"

Ya sudahlah, terserah apa kata Bapak Jeffrey aja.

: : :

9 bulan sudah masa penantian berakhir. Kini Jeffrey harus rela rambutnya terjambak oleh sang istri yang terus merintih kesakitan dalam perjalanan menuju rumah sakit karena ketubannya pecah.

Runa yang seharusnya dijadwal untuk melahirkan normal harus diganti menjadi operasi caesar saat itu juga. Detik waktu seolah berjalan sangat lambat. Padahal Jeffrey sudah menyiapkan mental juga untuk menemani medan perang setiap perempuan yaitu saat melahirkan. Nyatanya ia bahkan tidak bisa ikut masuk saat ini dan hanya terduduk diam sambil merapalkan doa agar istri dan anaknya selamat.

"Om! Runa udah selesai belom?!" Arin berlarian di lorong rumah sakit seperti orang kesetanan setelah ditelpon Jeffrey tadi. Untungnya ia juga sedang ada di rumah sakit karena mengunjungi—pacarnya.

"Gak usah lari-lari, babe. Doain aja operasinya lancar dan dedek gemesnya sehat. Dokter Yuna kenalan aku kok, emang pinter dan banyak langganan" Yap, siapa lagi kalau bukan dokter andalan kita semua, Johnny. Memang jodoh tidak ada yang tahu.

Mendengar itu alis Arin berkerut dan mata anjingnya langsung melirik Johnny. "Cantik?"

"Ya cantik, kenapa?"

"Pasti pernah jadi bahan gombalan kamu, ih" Arin sendiri tentunya tudah tahu tabiat Johnny sebelumnya seperti apa. Suka modus sana-sini. Maklum duda hot jeletot haus belaian. Apalagi di lingkungan kerja rumah sakit tempat Johnny bekerja ini banyak sekali dokter muda dan perawat yang cantik-cantik.

Oncle [Masih Revisi Beberapa Part]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang