Runa berjalan mengelilingi rumah Jeffrey karena bosan di kamar terus. Ayah dan ibunya sudah pergi kembali ke rumah untuk memantau investigasi yang dilakukan oleh polisi. Berita sudah bermunculan dan di forum kampus sampai grup angkatan semua sudah ramai membicarakan kasus ini. Bahkan kata Arin tadi di telpon, banyak anak yang tidak berani masuk kampus gara-gara dibilang pelakunya salah satu anak kampus dan masih bebas sampai detik ini.
"Iya, iya, udah gak apa-apa, ini lagi mau istirahat, ya dah" Runa tersambung telpon dengan Jeffrey barusan dan entah dorongan darimana ia naik ke kamar yang biasa ia tempati selama 2 bulan.
Kamar itu masih sama, hanya kehilangan barang-barangnya jadi terkesan sepi. Sprei juga masih melekat di ranjangnya. Runa berkeliling sebentar sebelum akhirnya merebahkan badannya dan memejamkan mata sejenak.
Perlahan ia mendengar derap langkah kaki meskipun itu sangat kecil suaranya. "Hai, jalang kecil! Miss me?" Suara Fiona terdengar menyeramkan di dekat telinganya.
"Gue heran banget kenapa Jeffrey bisa jatuh ke lo daripada gue, i mean, kita seumuran dan Jeffrey anggap gue anak kecil, gimana kejutan gue? Sampai bikin lo gak bisa makan gak? Lo tau badan pembantu lo atos banget susah dipotong, ngerepotin aja" Desis Fiona sambil memainkan kuku-kukunya yang panjang di pipi Runa, Runa masih setia memejamkan matanya pura-pura tidur.
"Heh, bangun bitch! Dikira gue mau apa ngehabisin orang nggak sadar diri? Kan lebih enak kalau denger suaranya, tapi kali ini sayangnya lo nggak bisa bersuara banyak, soalnya ini misi rahasia!" Fiona menampar keras pipi Runa beberapa kali sampai memerah dan Runa senantiasa menahan rasa perih di pipinya sambil menunggu waktu yang tepat.
'1, 2, ayo Run, lo bisa lo bisa!, 3..!"
Bugh!
Runa membuka matanya dan langsung bangkit menubrukkan jidatnya ke jidat Fiona dengan keras, sakit sekali tapi cuma itu satu-satunya cara agar Fiona lengah sebentar. "Fuck! Masih berani?" Umpat Fiona sambil memegangi kepalanya yang berdenyut, begitupun dengan Runa, kepalanya berdenyut kencang tapi ia dengan cepat merogoh alat pertahanan diri dari saku celananya.
Berbentuk seperti gantungan kunci yang lucu tapi fungsinya banyak, pertama-tama Runa menyemprotkan pepper spray ke mata Fiona dan bagian wajahnya, "Aaah!" Runa terkena goresan di tangannya karena perlawanan agresif dari Fiona sambil mengacungkan belatinya.
Darah mulai mengucur dan tangan kiri Runa terasa perih. Tak berhenti di situ ia akhirnya menggunakan alat sengat listrik ke badan Fiona terus-menerus saking kesalnya. "Buat lo yang hampir bunuh pelayan di rumah Jeffrey, buat lo yang udah ngebunuh art di rumah gue, dan buat lo biar sadar kalau selama ini lo gila dan seharusnya membusuk di neraka, dasar jalang gak tau diri"
Badan Fiona kejang dan Runa langsung mencari borgol yang kata Jeffrey ia simpan di bawah kolong ranjang. "Lah, kok borgol bulu, sih?!" Decak Runa kesal, ia kira borgolnya modelan borgol polisi gitu yang dari metal, kenapa ini malah warna pink dan berbulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oncle [Masih Revisi Beberapa Part]
Fanfiction[COMPLETED] Sebuah kisah cinta klise yang tumbuh karena terbiasa. Aruna harus tinggal di rumah teman ayahnya yang bermulut tajam karena ditinggal ke luar negri. "Om kalau mau tuh, tinggal minta, masa mau yang bekasan" + bahasa ; lil bit of eng. + a...