Mas Mantan (7)

2.5K 468 11
                                    

"Dasar si Ambisius yang gila! Jika terus seperti ini, siapa yang akan tahan bersamamu, Bin!"

Gumaman Arion begitu pelan seiring dengan detak jantungnya yang semakin cepat, hal aneh yang sedari dahulu selalu terjadi hanya karena satu orang, dan orang itu adalah wanita yang baru saja pergi melewatinya.

Waktu berlalu begitu cepat, nyaris sepuluh tahun sejak mereka lulus SMA, Bintang dan Arion tidak pernah bertemu bahkan di setiap reuni sekolah atau acara pernikahan salah satu teman mereka, Bintang dan Arion tidak pernah datang di satu waktu yang sama.

Semenjak hubungan cinta monyet mereka kandas, dua orang ini seperti sepakat untuk saling menghindar dan tidak bertemu sama lain. Hingga sekarang penyebab putusnya hubungan couple goals SMA Dirgantara ini masih menjadi tanya untuk mereka yang menjadi saksi betapa manisnya mereka saat menjalin hubungan dahulu.

Dan sekarang, takdir kembali mempertemukan mereka dalam keadaan yang sudah berbeda, jika dulu mereka adalah remaja tanggung sekolahan maka kini Arion sudah menjadi seorang Perwira muda TNI AD sementara Bintang menjadi dokter sesuai yang di inginkan wanita tersebut sedari dahulu, mimpi yang selalu di dengungkan wanita itu semenjak dia mengikuti ekstrakurikuler PMR.

Di banyaknya tempat di dunia ini Arion tidak menyangka jika dia akan di pertemukan kembali dengan Bintang di tempat bertugasnya sekarang di ujung Negeri ini.
Sama-sama menjadi pejuang dan mengabdi pada Negeri ini dengan cara yang berbeda.

Semua keketusan yang terucap dari Arion barusan terhadap Bintang hanyalah bentuk keterkejutannya melihat wanita tersebut di tempat yang tidak di sangka, dan hal itu semakin menjadi saat melihat cincin pertunangan yang tersemat di jari manis tangan kiri Bintang. Cincin yang memberitahukan jika wanita itu sudah memiliki seseorang yang mengikatnya.

Sangat berbeda dengan Arion yang bahkan tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal-hal yang menurutnya tidak penting seperti perasaan.

Arion baru saja menyakiti Bintang dengan ucapannya yang pedas, tapi sekarang bukannya menuju ruang operasi Pratu Wahyu yang menjadi perdebatannya dengan Bintang barusan, Arion justru melangkah turut keluar mengikuti kemana wanita bersurai hitam panjang itu melangkah pergi.

Lama Bintang berjalan dalam gumaman dengan tangan yang mengepal, kebiasaan yang sangat di kenal oleh Arion jika Bintang sedang kesal dan tidak mempunyai pelampiasan, hingga akhirnya langkah perempuan itu terhenti.

Berjarak beberapa meter di depan Arion, Bintang langsung berjongkok, menangis terisak menyembunyikan suaranya di antara lututnya, meredam suara histerisnya agar tidak mengundang perhatian.

"Masih suka nangis diem-diem rupanya! Dasar sok kuat! Kamu pikir kamu bisa hidup seorang diri dengan segala egomu itu, Bin? Seolah kamu nggak butuh siapapun untuk menolongmu atau menjadi tempat bersandarmu?"

Arion ingin berbalik meninggalkan Bintang yang menangis, tidak ingin membuat wanita itu malu karena kebiasaan buruknya di ketahui Arion, tapi gumaman dari keluhan Bintang menghentikannya.

"Kenapa sesulit ini buat wujudin mimpiku, sih? Kerja keras yang aku lakuin selalu mereka lihat sebelah mata, mereka hakimi aku sebagai dokter yang gagal dan nggak berguna? Kenapa mereka semua hanya melihatku sebagai orang yang ambisius tanpa pernah tahu beratnya mengejar mimpi tanpa pernah ada yang mendukung!"

Isakan itu semakin menjadi, dari bahu yang terguncang semakin keras terlihat jika tangisan Bintang begitu memilukan. Dan jika ada sesuatu yang tidak di sukai oleh Arion, itu adalah saat mendengar seseorang menangis.
Bahkan jika tangis itu berasal dari wanita yang berasal dari masa lalunya dan ingin dia lupakan.

"Bahkan setelah aku sampai di sini, semua orang mencemooh mimpiku, berkata aku tidak pantas berada di posisiku ini! Tuhan harus kemana aku pergi lagi? Kenapa di saat aku lari dari semua yang tidak mendukungku, Engkau harus mempertemukanku dengan orang seperti dokter Amelia dan juga Arion!"

Seketika Arion tersentak mendengar namanya di sebut oleh Bintang, langkahnya yang hendak pergi langsung terhenti.

"Kenapa di saat aku ingin benar-benar mengejar mimpiku, Engkau membawa dia kehadapanku. Orang pertama yang mematahkan mimpiku, orang pertama yang berucap karena mimpiku aku tidak peduli padanya atau hal apapun lagi di dunia ini? Kenapa Engkau membawanya lagi ke hadapanku lagi lengkap dengan segala ucapannya yang selalu melukai mimpiku."

10 tahun sudah berlalu, dan memang benar yang di ucapkan oleh Bintang baru saja. Arion membenci Bintang dan segala mimpinya tentang Kedokteran, hal yang membuat Bintang mengabaikan Arion di saat itu dan menjadikan pria itu tidak penting lagi untuknya.

Arion sungguh terluka karena dia tidak cukup berarti dan penting di bandingkan dengan mimpi Bintang.
Arion pikir dia adalah bintang di dalam hidup wanita yang menjadi cinta pertamanya, menjadi tujuan utama kebahagiaan Bintang, tapi nyatanya Arion tidak penting sama sekali untuk Bintang.

Wanita ambisius yang mengejar mimpinya hingga tidak memedulikan hal lainnya.

❤❤❤

Bintang pov

"Anda nggak apa-apa, dok?"

Aku yang sedang memeriksa pasienku hanya menggeleng pelan mendengar pertanyaan dari Tomi dan juga Mila yang mengikutiku. Kedua perawat IGD ini tampak khawatir terhadap keadaanku.

Mungkin karena hidungku yang memerah dan juga mataku yang membengkak efek menangis beberapa saat yang lalu membuat mereka khawatir.

"Nggak apa-apa. Cuma ngerasa capek saja, nggak nyangka rumah sakit darurat ini bisa kedatangan pasien sebanyak ini! Apa hal seperti ini sering terjadi?"

Aku memang menyedihkan, menangis usai di salahkan wali pasien, dan juga di tegur dokter senior di hari pertama bekerja, untuk itu aku berusaha mengalihkan pembicaraan ke topik lainnya.

Dan sepertinya masalah rumah sakit yang over capacity karena terlalu banyak pasien, bahkan dokter Andreas belum terlihat lagi karena maraton operasi darurat dan juga sirine ambulance yang tidak berhenti sama sekali membawa pasien yang akan di pindahkan ke rumah sakit pusat, menjadi hal yang patut di bicarakan.

"Jika ada penyerangan ya seperti ini keadaannya, dok! Makanya sangat jarang ada dokter yang mau di tugaskan di sini, jika ada mereka nggak akan bertahan lebih dari dua bulan karena tekanan kerja yang gila-gilaan!"

Aku mendengarkan baik-baik apa yang di ucapkan oleh Tomi barusan, bertekad aku tidak akan menjadi salah satu yang lari tersebut, akan aku buktikan jika aku tidak akan tumbang oleh keadaan.

"Dan kebanyakan yang rewel adalah dokter wanita, mereka pikir di sini mereka bisa leha-leha, tapi ternyata salah besar. Karena itu dokter Amel selalu ketus dengan dokter yang baru datang. Padahal aslinya baik loh!"

Aku hanya tersenyum masam menanggapi hal itu, berusaha meyakinkan diriku sendiri jika hal yang terdengar mustahil itu benar terjadi.

"Bukan hanya karena dokter Amel dan juga tekanan kerja, rumah sakit ini yang dekat sekali dengan markas KKB membuat mereka yang dari Kota ketakutan." Mila yang sedari tadi diam kini mulai angkat bicara juga. Mengemukakan pendapatnya tentang apa yang tadi aku tanyakan. "tapi puji Tuhan, para KKB itu masih mempunyai hati dengan tidak menyerang fasilitas masyarakat. Tapi soal keamanan kita juga nggak perlu khawatir, dokter Bintang."

Aku yang sedari tadi membisu kini mulai bertanya karena penasaran mendengar ucapan menggantung Ners Mila. "Kenapa? kita dekat Pos Jaga Militer?"

Anggukan di berikan Ners Mila, "Ndan Arion yang tadi, dia akan melindungi kita di sini semua, dokter Bintang. Sikapnya yang tadi menyebalkan tolong jangan di ambil hati. Mungkin dia sedang lelah dengan keadaan yang tiba-tiba chaos ini."

"........... "

"Tapi percayalah, dok. Beliau orang baik, definisi wajah garang tapi hati hangat."

Mas Mantan (Complete On Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang