Mas Mantan sudah ada e-booknya
Lengkap 50 part.
Dinda add library juga ya, di usahakan update setiap hari
"Masih lama?"
Aku yang sedang membasuh kakiku yang kotor langsung menoleh ke arah suara yang bertanya tepat di sampingku, sama-sama membersihkan kaki kami yang sudah sama sekali tidak menyerupai kaki manusia, tapi lebih seperti kaki kerbau karena berlapis lumpur tebal.
"Sudah selesai!" Jawabku sambil menenteng sepatuku, sama seperti Arion yang memilih untuk tidak memakai sepatunya dahulu.
Beriringan aku dan dia berjalan menuju tempat motor kami semua terparkir, matahari sudah mulai redup menandakan senja akan datang, tidak terasa seharian penuh aku berada di distrik ini, bukan hanya melakukan pemeriksaan terhadap masyarakat seperti tugasku semula, tapi saat akhirnya tugas itu berakhir, aku dan kedua rekanku, juga para Tentara yang bersama membantu kami justru larut dalam permainan yang bersama anak-anak distrik yang begitu antusias.
Ada sisi positifnya mengikuti permainan anak-anak tersebut, yaitu perselisihan dan rasa canggung yang sebelumnya ada di antara aku juga Arion perlahan memudar. Jika masih gontok-gontokan perkara tadi pagi mana mungkin aku dan dia berjalan beriringan seperti sekarang.
"Ternyata kalian para prajurit juga bisa bersikap manusiawi terhadap masyarakat apalagi anak-anak, aku kira kalian akan terus menerus memasang wajah gahar kalian pada siapapun dan situasi apapun."
Tanpa sungkan aku mengeluarkan unek-unekku terhadap Arion, bagaimana aku tidak berpikir demikian jika kedua tentara yang aku temui di sini, Arion dan Pratu Pras adalah dua orang dengan wajah tegang dan suara ketus, maka melihat mereka begitu membaur dengan masyarakat apalagi anak-anak tentu hal yang di luar dugaanku.
Arion menyeringai, senyum tipis khas dirinya yang hanya mengangkat sisi tepi bibir atasnya, jika orang tidak tahu pasti mengira jika pria ini tengah mengejek lawan bicaranya, tapi aku tahu itu adalah ekspresi Arion saat dia tersipu karena pujian.
"Kami ini pelindung, dokter Bintang. Selain membuat aman satu daerah yang mesti kami jaga, kami juga harus bisa membuat nyaman masyarakat yang tengah kami jaga."
Aku menghentikan langkahku saat mendengar jawaban dari Arion ini, terdengar begitu dewasa dan menunjukkan kualitasnya sebagai seorang Abdi Negara, ternyata dia menjadi Tentara berkarier di Militer karena memang panggilan jiwanya, bukan hanya karena latah mengikuti Ayahnya yang aku tahu merupakan petinggi Polri. Hiisss, Orang-orang tidak akan menyangka jika pria ini dulu pernah nyaris melepaskan mimpinya ini hanya karena hal konyol.
Jika dahulu Arion menuruti ego dan pikirannya yang kekanakan mungkin sekarang dia akan menyesal.
"Waaah, kamu benar-benar dewasa sekarang, Komandan Arion. Ucapanmu barusan bikin merinding." Tanpa sungkan aku menunjukkan kedua jempolku padanya sembari melemparkan senyuman untuk mantan pacarku ini.
Suara kekeh geli terdengar dari Arion, tawa yang membuat wajah ketus tersebut seketika berubah, Arion yang tertawa dan yang sedang menyebalkan seperti dua orang yang berbeda, dan saat itu aku di buat terpaku oleh wajahnya yang tertawa lepas, aku seperti terlempar ke 10 tahun lalu dimana aku setiap harinya menyaksikan tawa yang sama dari Arion si siswa most wanted.
Dan seketika kenangan yang membuat jantungku berhenti berdetak tersebut semakin menjadi saat tangan tersebut terulur, mengacak rambutku dengan gemas khas seorang Arion pada Bintang.
"Senang mendengarmu mengakui pencapaianku, dokter Bintang! Tidak bisa di pungkiri aku memang hebat. Dari dulu sampai sekarang kehebatanku nggak perlu di ragukan." Hanya kalimat singkat, hanya sikap yang sederhana, tapi sukses membuatku tidak bisa berkata-kata untuk sesaat sampai akhirnya Arion berbalik meninggalkanku pergi.
Aku mengerjap, perlahan menyentuh dadaku saat punggung tegap tersebut semakin menjauh pergi, berjalan lebih dahulu meninggalkanku yang terpaku, tanpa pernah Arion tahu jika sekarang hati dan jantungku sedang tidak karuan karena ulahnya barusan.
Astaga, Jantung!
Kenapa kamu begitu nggak tahu diri, berdetak cepat pada masalalu yang seharusnya aku tinggalkan di belakang.
Cinta lama dan bertemu di medan tugas, itu bukan kombo yang bagus untukku."Loh, kemana yang lain?" Aku dan Arion sudah sampai di gerbang tempat kami memarkir motor, tapi dua motor lainnya sudah tidak ada dan hanya tinggal motor yang di pakai Arion, astaga, aku langsung menelan ludah ngeri membayangkan akan pulang dengan perjalanan ekstrem yang aku alami tadi pagi.
Dan saat aku melirik ke pria yang bisa menjadi iblis saat mengendarai motor ini justru berkacak pinggang dengan senyumnya yang menyebalkan, seolah mengejekku jika aku tidak punya pilihan lain selain kembali pulang bersamanya lagi.
"Bagaimana, ada tiga opsi yang bisa kamu pilih, dokter Bintang. Tetap di sini hingga penduduk ada yang berangkat ke tempat kita dan entah kapan itu, kedua adalah jalan kaki yang pasti bisa membuat kakimu di amputasi bahkan sebelum sampai ke rumah sakit, dan yang ketiga... " Benar-benar dramatis Arion ini dalam berbicara, tidak tahukah dia jika tanpa harus di buat dramatis dia sudah terlihat angker? "Dan yang ketiga, ya mau nggak mau balik denganku."
Tubuh pria tinggi itu menunduk, sejajar dengan wajahku dan memperhatikanku dengan seksama, tampak menikmati dominasi yang dia lakukan terhadapku yang tidak punya daya saat membalas tatapannya, pria satu ini kenapa mudah sekali menjungkirbalikkan perasaanku, dalam sekejap dia bisa begitu mengesalkan, beberapa detik kemudian dia tampak mengagumkan di mataku, dan saat aku larut dalam kekaguman itu sisi iblisnya keluar lagi seperti sekarang.
Andaikan ini ada di Jawa, aku akan dengan mudah mengatakan tidak, dan langsung memanggil GO-JEK untuk pulang tanpa menolehnya sama sekali, tapi ini, aku ada di tengah distrik yang di kelilingi hutan, tempat yang asing untukku.
Apa aku punya pilihan lain? Dengan lemas aku meraih bahunya dan bersandar di dada tersebut, bisa aku rasakan tubuh tegap pria itu menegang walaupun Arion tetap bergeming di tempatnya, aku sungguh lelah dan benar-benar memohon padanya seperti anak kecil. "Aku ikut pulang, tapi please jangan kayak tadi! Aku masih pengen ngejar gelar dokter spesialisku, aku masih pengen nikah, dan aku masih pengen punya anak biar orangtuaku nggak begitu kesal sama aku, Komandan Arion!"
Dengan sedikit kasar Arion mendorongku menjauh, dari pipinya yang memerah aku tahu jika dia tengah salting dengan apa yang baru saja aku lakukan terhadapnya. Lucu sekali dia ini, aku pikir dia sudah mati rasa.
"Iya, iya! Cerewet banget, jangan banyak bicaranya makanya kalau di bonceng biar nggak bikin kesal orang."
Aku hanya bisa nyengir sembari mengacungkan jemariku tanda berjanji, ya bagaimana lagi udah kodrat cewek kalau naik motor suaranya yang ngarahin orang ngebonceng lebih parah dari Mbak-mbak Google, "oke janji nggak cerewet, aku bakal sediem karung semen di boncengan ntar."
Untuk kesekian kalinya aku melihat Arion tertawa, hal sederhana yang terlihat mahal di dirinya sekarang, saat akhirnya aku kembali ke boncengan motor ini aku benar-benar seperti terlempar ke masalalu.
Dan aku, menyukai hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mantan (Complete On Ebook)
RomanceDulu, Arion dan Bintang saling mencintai. Pasangan yang di juluki couple goals di sekolah SMA Dirgantara, Arion seorang Paskibraka dan juga anak basket yang menjadi idola, dan Bintang adalah seorang gadis PMR yang tidak pernah absen dalam kegiatan...