"Ooh, jadi di sini selain ada rumah sakit darurat ini juga ada Barak Prajurit Gabungan? Segenting itu kondisi di sini?"
Tidak bisa menahan rasa penasaranku dengan ucapan Ners Mila tadi sore aku menanyakan hal ini pada Ners Susan yang selalu standby di ruangan ini.
Suasana tengah malam ini sudah kondusif, pasien yang cedera parah sudah di evakuasi ke rumah sakit pusat dan warga sipil yang di rawat sudah selesai menjalani visit. Siapa sangka rumah sakit sederhana ini bisa menangani banyak hal kompleks yang tidak pernah di duga olehku.
Melihat dari ukurannya aku bahkan ragu jika rumah sakit ini bisa mengcover operasi besar, tapi sepertinya aku memang terlalu menyepelekan serta hanya melihat dari penampilan luar saja, baik dokter maupun perawatnya mereka benar-benar kompeten, cekatan, dan terlatih. Mendadak di sini aku merasa begitu lelet di bandingkan mereka yang paling lambat.
Aku tidak salah memilih tempat belajar, tapi sayangnya di saat bersamaan aku juga menyesal dengan apa yang aku temui di sini.
"Yaps, betul sekali. Di sini ada Barak Prajurit Gabungan, sebenarnya di setiap distrik dengan basis penyerangan atau gerilya KKB akan ada Pos Militer yang berjaga. Dengar-dengar dari Mila sama Tomi, dokter sudah ketemu sama Komandan Ganteng dari Jawa itu tadi siang?"
Seketika ingatanku langsung melayang pada ucapan Ners Susan tentang Komandan dari Jawa yang menurutnya ganteng padaku tadi siang, seorang yang bisa membuat tunangan Ners Susan cemburu setiap kali membicarakannya. Dan tanpa harus bertanya lebih lanjut aku sudah bisa menebak siapa Komandan tersebut, siapa lagi kalau bukan dia.
"Maksudnya Ners Susan Komandan dari Jawa itu Arion?" Tanyaku memastikan, hal yang tidak perlu sebenarnya melihat Ners Susan begitu antusias dalam mengiyakan.
"Iya, benar! Komandan Arion, lebih tepatnya Kapten Arion! Gimana, sikapnya yang dingin-dingin tegas bikin hati gremet-gremet kan, dok! Mana gantengnya kek blasteran Thor sama Kapten Amerika lagi!"
Mendengar pemujaan dari Ners Susan membuatku bergidik, apalagi saat melihat Ners Susan mengerjap centil sembari tersenyum membayangkan ada Arion di hadapannya sekarang. Astaga, dingin dan tegas apanya. Mulutnya julid kek boncabe kadaluwarsa. Sepertinya Arion di mataku dan di mata orang lain mempunyai penilaian yang sangat berbeda.
Di mataku sekarang Arion tidak lebih dari seorang Perwira Militer yang menyebalkan serta enteng dalam menghinaku, dan yang paling buruk menurutku adalah sikapnya yang mencampuradukan masalah pribadi di antara kami dengan profesionalitas dalam pekerjaan.
Karena rasa tidak sukanya terhadapku segala hal yang aku lakukan menjadi salah di matanya. Dan aku sangat membenci sikapnya yang arogan tersebut.
"Kayaknya ada yang salah sama penilainamu deh, Ners. Aku sudah bertemu dengannya tadi siang dan menurutku tidak ada yang baik dari sikapnya. Dia arogan, bahkan tanpa segan menghina juga meremehkanku karena aku tidak mengoperasi rekannya. Bagian mana yang tegas dan berkarisma tipe pemimpin seperti itu."
Mendengar penilaianku atas Komandan idolanya yang sangat tidak positif membuat Ners Susan terbelalak. "Masak sih Komandan Arion kayak gitu, saya nggak percaya, dok! Dia tegas tapi kalau sampai menghina apalagi meremehkan kemampuan seorang dokter rasanya bukan seorang Komandan Arion."
Aku mengangkat bahuku acuh. Sebenarnya membicarakan hal ini pun aku merasa malas. "Ya nyatanya kaya gitu yang aku temui, Ners. Mungkin pada dasarnya dia benci sama aku!"
"Siapa yang benci sama kamu, dokter Bintang?" Suara dari dokter Andreas terdengar nimbrung di antara kami, wajahnya yang lelah dan terlihat kuyu karena marathon operasi darurat terlihat menyedihkan, sungguh tidak bisa aku bayangkan menjadi diri beliau, berjibaku di dalam ruang operasi membelek banyak tubuh, melihat banyak organ dan juga darah selama seharian penuh hingga semalam ini.
Profesi yang melelahkan tanpa jam kerja pasti, tapi sarat kepuasan saat akhirnya kita bisa menyelamatkan hidup pasien yang telah di percayakan pada kita.
"Komandan Arion!" Jawaban dari Ners Susan membuat dokter Andreas mengernyit, dan kernyitan di dahi Andreas semakin menjadi saat mendengar apa yang di ceritakan oleh Ners Susan sesuai apa yang aku ucapkan. Dan sama seperti Ners Susan yang tidak percaya, dokter Andreas pun sama.
"Nggak percaya saya kalau Komandan Arion sampai kayak gitu, dok! Dia sangat tahu kalau rumah sakit ini begitu kekurangan dokter, menghina atau meremehkanmu seperti apa yang di ucapkan rasanya sangat bukan Komandan Arion." Dan mendadak tatapan dokter Andreas berubah, memicing menatap ke arahku seolah ingin masuk ke dalam hatiku menyelidiki apa yang sebenarnya aku sembunyikan. "Atau Jangan-jangan sebenarnya kalian sudah saling kenal dan ada masalah di antara kalian yang belum terselesaikan? Siapa Komandan Arion untukmu, dokter Bintang? Mantan Gebetan? Atau mantan Pacar?"
Jleb, pertanyaan itu menohokku hingga membuatku membeku di tempat. Dua orang yang ada di hadapanku ini menatapku begitu lekat menunggu jawaban.
Aku tertawa sumbang menghadapi kecanggungan ini, "apaan sih! Ya nggaklah, dokter Andreas?!"
Walaupun terlihat tidak percaya tapi dokter Andreas memilih untuk tidak mendebatku, beliau justru beralih mengambil kotak obat darurat yang sering di bawa Tim SAR atau tim evakuasi dan menyerahkan padaku.
"Jika Komandan Arion bukan mantan gebetan atau mantan pacarmu, maka akur-akurlah dengan dia. Rumah sakit ini ada di bawah perlindungan pasukannya secara khusus, nggak etis rasanya kalau antara dia dan salah satu staf rumah sakit berseteru." Dokter Andreas menepuk kotak yang ada di tanganku, "Karena itu, cari dia di Barak Militer dan obati lukanya, melihat bagaimana chaosnya hari ini, sudah pasti dia tidak baik-baik saja."
"Tapi dok, nggak harus saya juga, kan? Memangnya di barak nggak ada dokter Militer?" Protesku cepat, percayalah aku tidak ingin bertemu dengan Arion lagi, apalagi nyamperin dia, ogaaaah! Tapi kembali lagi, perintah senior apalagi mentor adalah hal yang mutlak.
"Jika Komandan Arion orang yang mudah berobat, apalagi sukarela mendatangi dokter Militer, kenapa saya susah-susah minta kamu yang pasti akan nolak perintah saya kayak sekarang?"
Tegas, dan tidak bisa di bantah lagi perintah dokter Andreas, bahkan saat aku memohon agar tidak memaksaku melakukan hal tersebut, dokter Andreas justru menunjuk pintu keluar.
"Jalankan tugas Anda sebagai dokter, dokter Bintang. Yang nggak milih-milih pasien seperti yang pernah kamu Janjikan pada sumpah jabatan. Hayo, silhkan! Kalau Komandan Arion menolak, bilang saja saya yang nyuruh."
Sudahlah, aku kalah telak.
Dengan malas aku meraih kotak P3K tersebut dan berjalan keluar menuju barak Militer yang bahkan baru aku sadari keberadaannya sekarang tidak jauh dari rumah sakit."Singkirkan masalah pribadi dan temui dia sesuai perintah, Bintang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Mantan (Complete On Ebook)
Любовные романыDulu, Arion dan Bintang saling mencintai. Pasangan yang di juluki couple goals di sekolah SMA Dirgantara, Arion seorang Paskibraka dan juga anak basket yang menjadi idola, dan Bintang adalah seorang gadis PMR yang tidak pernah absen dalam kegiatan...