Mas Mantan (10)

2.4K 480 28
                                    

"Setelah mengumpatku jangan harap bisa lari dengan mudah dari hadapanku, dokter Bintang."

Aku meringis, merutuki kebiasaanku yang terkadang memang menjadi masalah, seharusnya umpatan itu di dalam hati, Bintang. Kenapa kamu sulit sekali menyimpan segala yang ada di dalam otakmu itu di hati saja, kenapa kamu selalu membuat masalah karena mulutmu itu!

Lihatlah wajahnya yang sekarang begitu beringas seperti bisa menelan orang, astaga, jangankan aku, Prada Pras yang masih terlihat kepo saja karena ucapanku barusan langsung menyingkir dengan cepat menggunakan jurus seribu bayangan karena takut kena damprat atasannya ini.

Pasrah, niatku ingin meminta pertolongan dari pria yang sedikit manusiawi itu langsung kandas tidak bersisa, tidak ada harapan.

Tanpa rasa belas kasihan sama sekali Arion menyeret kerah leherku dari belakang, dengan postur tubuhnya yang seperti gerbang Batalyon tentu saja apa yang dia lakukan terhadap perempuan sepertiku adalah hal yang mudah, sekali pun aku terus meronta dan berteriak agar dia melepaskan, Arion menyeretku seperti seseorang yang ingin membuang kucing nakal.

"Arion!"

"........."

"Jangan gila, deh!"

"..........."

"Lepasin nggak, jangan mentang-mentang ini ada di teritori-mu kamu jadi seenaknya sama aku!"

Berulang kali aku protes, memberontak kepadanya, tapi pria ini tidak bergeming, bahkan saat aku terseok-seok mengikuti langkahnya yang cepat di jalan yang basah dia sama sekali tidak bergeming, hingga akhirnya dengan sedikit keras Arion mendorongku hingga terduduk di kursi sebuah ruangan kantor sederhana.

Nasib baik pantatku jatuh tepat di kursi, jika sampai aku jatuh tersungkur di lantai semen ini, aku pastikan Arion akan mendapatkan surat cinta atas pasal Aparat yang melakukan penganiayaan terhadap warga sipil.

"Kenapa sih kamu ini, Yon!" Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak kepadanya, tidak tahukah dia jika kekesalanku padanya sudah  menggunung dan menumpuk.

"Seharusnya saya yang menanyakan hal itu kepada Anda, dokter Bintang! Kenapa Anda mengumpat saya tanpa alasan yang jelas tepat di depan wajah saya! Anda membawa masalalu di antara kita. Bersikaplah profesional!"

Aku tercengang saat pria ini mengungkapkan kekesalannya, dia memintaku bersikap profesional sementara dia terus menerus menyalahkan sesuatu yang aku lakukan sekali pun aku benar? Arion ini waras nggak sih, dugaanku atas sikapnya yang selalu memandangku salah sepertinya benar.

"Jangan Anda pikir saya sama sekali tidak menyesal pernah menjalin hubungan dengan wanita arogan macam Anda ini. Percayalah, penyesalan terbesar saya adalah di awal saya mengenal cinta, saya justru menjalin hubungan dengan wanita ambisius yang tidak peduli dengan keadaan apapun selain hanya egonya untuk meraih hal yang dia inginkan!"

".............. " Pria ini menekan kedua sisi kursi kayu yang aku tempati, mengintimidasiku dengan tatapannya yang tajam, terlihat jelas jika emosi pria ini sedang berada di titik tidak stabil.

Sekesal itukah dia terhadapku dahulu.

"Bahkan hingga sekarang, wanita itu masih dengan ambisi dan egonya yang tidak pernah berubah! Jika seperti ini, sampai Anda menjadi perawan tua tidak akan ada yang tahan dengan sikap Anda ini."

".............. " Semakin Arion berbicara, semakin banyak kata-kata menyakitkan yang keluar. Sosok manisnya dahulu setiap kali berbicara hilang musnah tidak bersisa.

"Bayangkan diri Anda bertemu dengan sosok menyebalkan seperti itu, Anda masih bisa bersikap baik-baik saja! Percayalah, setiap kali melihat Anda, kekesalan saya terhadap Anda naik hingga ke level tertinggi."

Habis sudah kesabaranku terhadap Arion, sekuat tenaga aku melayangkan kepalan tanganku kepadanya, menghantam wajah menyebalkan itu hingga wajah Arion terlempar ke samping. Terlihat dia tidak percaya jika aku berani melakukan hal sekasar ini untuk membungkam mulutnya yang terus menerus menyakitiku.

Tidakkah dia sadar jika ucapannya terlalu berlebihan, aku merasa kami dahulu berpisah dengan baik-baik saja. Aku yang merasa aku terlalu sibuk dengan kegiatan PMR, sosial dan persiapan ujian nasional juga persiapan masuk universitas kedokteran impianku sudah tidak punya waktu untuk hal bernama pacar.

Saat itu kita sepakat putus, tidak ada ucapan darinya dan kami menjauh begitu saja, tapi sekarang segala ucapan menyakitkan tentang dia yang terluka egonya karena kesibukanku dulu dia keluarkan semua.

Aku sudah tidak peduli jika akhirnya aku akan mendapatkan masalah karena tindakanku ini. Rasanya sangat memuaskan saat melihat Arion tidak bisa berkata-kata lagi, tapi di saat bersamaan Arion yang tidak bisa berkata-kata tersebut membuatku terhenyak.

Arion keterlaluan, tapi aku juga sama keterlaluannya dalam membungkamnya untuk diam. Untuk sejenak sunyi melanda ruangan ini, baik aku maupun Arion terdiam, tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Aku sedang mengoreksi pikiranku sendiri di mana yang salah dan kenapa aku bisa begitu sakit hati dengan apa yang di ucapkan oleh Arion.

Dan pria ini, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.

Aku menghela nafas panjang, tidak ingin memperkeruh semuanya, aku akan berada di sini bukan sehari dua hari, dan bertemu Arion adalah hal yang tidak bisa di hindari seperti yang di katakan dokter Andreas, apalagi tentu saja pengabdian kami mengharuskan kami bertatap muka, ya mau tidak mau kami, atau aku, harus berdamai dengannya.

Mencoba menganggap tidak ada hal yang menyebalkan terjadi di antara kami aku membuka kotak P3K yang aku bawa. Tugas yang di berikan dokter Andreas harus segera aku laksanakan jika tidak ingin kehilangan waktu tidurku yang berharga.

"Duduklah dengan tenang, Komandan Arion! Saya akan memeriksa Anda." Aku sungguh berharap Arion akan kooperatif setelah aku benar-benar menunjukkan sisi profesional sebagai tenaga kesehatan, tidak ada aku kamu yang menyiratkan kami saling mengenal, mengikutinya panggilan formal aku lakukan, dan lebih lanjut tidak ingin mendapatkan penolakan darinya yang hanya akan berujung dengan perdebatan lagi aku buru-buru menambahkan. "dokter Andreas yang meminta saya untuk datang ke sini dan melaksanakan hal ini terhadap Anda."

Alis tebal itu terangkat, memicing menatap ke arahku sembari bersedekap, jika seperti ini Arion sama persis seperti tokoh antagonis dalam manga. "Kenapa aku harus di periksa atau bahkan di obati jika aku merasa tubuhku baik-baik saja sampai Anda memukul saya barusan? Pergilah, katakan itu pada dokter senior atau pun mentor yang mengirimmu ke sini. Aku masih ada laporan yang jauh lebih penting daripada meladeni kalian. "

Pria ini memang menjengkelkan, dia bukan lagi Arion si most wanted, tapi Arion yang tukang mencari masalah yang memperumit segala hal yang seharusnya mudah.
Lihatlah, bahkan kini dia duduk di kursinya dengan tenang, mengabaikan apa yang aku katakan.

Untuk kesekian kalinya dia membuatku geram. Tapi kali ini aku tidak mau kalah. Alih-alih pergi seperti perintahnya aku justru menyamankan diri di kursi tamu sederhana kantornya ini.

"Silahkan kerjakan tugas Anda, Komandan Arion. Saya akan menunggu Anda sampai selesai dan akan mulai melaksanakan apa tugas saya. Rasanya kantor ini lebih nyaman untuk istirahat daripada kamar asrama para dokter."

Mas Mantan (Complete On Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang