BAB 5

611 80 33
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, hari ini tepat tiga bulan mereka bergabung dengan komunitas milik Pak Dana. Itu artinya, tepat tiga bulan juga mereka kehilangan kewarasan nya. Komunitas hanyalah sebuah nama, nyatanya didalamnya adalah kuliah private yang diajarkan oleh ahli nya.

"Jan, aku mau tidur sebentar ya." Ujar Sandy yang sudah berbaring tepar di lantai ruangan komunitas.

"Hem" Jani hanya berdehem, melanjutkan kegiatannya mengelompokkan buku-buku lama. Cetakan yang sudah tidak dikeluarkan di Indonesia lagi.

"Jan, nanti kalau Satya udah sampai bangunin ya." Sambung Tio dengan suara kecil dan mata yang tinggal lima watt saja.

"Heem"

"Jani, nanti mau. . ."

"Iya Ta, nanti tak bangunin semua kalian." Saut Jani memotong, seakan mengerti kalimat yang akan diucapkan Rita.

"Heh, dengerin dulu. Nanti mau makan apa?"

"Hah? Makan?" Bukan Jani yang menyaut, tapi Sandy yang terduduk dengan mata berbinar menatap ke arah sang pembuat suara.

"Wes, kulino men to a'. Aku nanya nya ke Jani." Sungut Rita sebal. Pasalnya, pagi tadi sarapan yang dibawa oleh Rita dihabiskan semua oleh Sandy. Mau tak mau Rita harus menahan malu di hadapan Jani. Niat hati ingin membawakan untuk Jani, eh tahu nya jagoan makan yang menghabiskannya.

"Em, aku pingin mie ayam sih Ta." Jawab Jani sambil memandang Rita dan Sandy bergantian, ingin juga memandang Tio tapi sang empu nya tidur terlelap tak tahu sampai mana mimpinya itu. Satu yang pasti, bahwa Tio sudah berhasil membentuk Kepulauan Indonesia ukuran minimalis.

"Oke, aku pesenin ya Jan." Rita mulai membuka ponsel nya, mulai mencari warung terdekat yang cocok dengan permintaan Jani.

"Sama Nasi Padang ya, Ta. Aa' pingin itu." Sandy masih tak mau kalah. Mencoba meminta ke Rita yang dijawab dengan ogah-ogahan.

"Ogah banget, aku sama Jani mau makan Mie ayam a'. Nanti beli sendiri ya." Jawab Rita lengkap dengan senyum manis dan kedua lesung pipi yang nampak di wajahnya itu.

"Rita mah gitu, Padahal kan pingin makan Nasi padang pake sambal rendang, bersama orang Solo. Yang ikut bergoyang, semua masalah jadi hilang. Pikiranku jadi tenang." Sandy mulai berdendang dengan wajah memelasnya itu.

Rita dan Jani berpandangan dan akhirnya tersenyum. "Yaudah deh a', hari ini Jani ngalah. Makan Nasi padang kita."

"Nah gitu dong Jan. Mbak mu dirumah bangga nih pasti." Jawab Sandy yang memancing pikiran lagi oleh pendengarnya.

"Mbak yang mana?"

"Mbak Jennie Blackpink, Istri ku."

"Lah, udah gila ini anak." Ucap Tio yang ternyata sudah terbangun mendengar kegaduhan mereka.

"Kalau bukan sesepuh udah tak pukulin ini tadi."

Mereka semua tertawa, hanya berempat tapi ramainya seperti satu kampung.

"Udah ya ini. Jadinya tak pesankan sekarang." Tanya Rita yang dijawab anggukan oleh ketiga temannya. Belum sempat memencet tombol pesan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Menampilkan sesosok lelaki lengkap dengan tentengan di tangan kanan dan kiri.

"Gak usah pesan, ini sudah saya bawakan." Ujar Pak Dana. Ya benar orang yang datang tadi adalah Pak Dana, Dosen pembina komunitasnya ini.

"Itu ada mie ayam sama nasi padang. Silahkan dinikmati." Semua nya diam, melongo dengan sikap dosennya, hingga tak ada respon yang keluar dari mulutnya.

ℍ𝕒𝕚, ℙ𝕒𝕜!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang