❄️ 02 - patron ❄️

633 42 0
                                    

Mohon support aku ya gaess vote dan komen 😊

Cerita ini tidak cocok dibaca untuk yang berusia dibawah 18 tahun karena mengandung kata-kata vulgar dan berbau unsur dewasa, harap bijak dalam membaca😊
.

.

.

.

.

"Aku pulang." Suara berat itu mengisi indera pendengaran Hana yang tengah asyik menonton televisi.

"Selamat datang." Sahut Hana yang mencoba dengan sekuat tenaga acuh, yang biasanya wanita itu akan berteriak kegirangan sambil berlari untuk memeluk Nanami.

"Maaf, aku agak telat sedikit tadi aku-" Hana menggenggam erat buku-buku jarinya berusaha setenang mungkin.

"Tidak apa-apa kok!"

"Kau tidak mau tahu aku tadi kemana?" Sebenarnya wanita bersurai cokelat itu sangat ingin tahu suaminya datang darimana.

"T-tidak-"

"Ohh~~ baguslah aku mau mandi kalau begitu." Nanami malah memotong ucapan Hana dan dengan tidak pedulinya berjalan melewati istrinya yang mati-matian menahan sabar.

Memilih untuk tidak menjawab Hana malah mematikan remote televisi dengan kasar dan memilih untuk masuk ke kamar saja.

Ia semakin merajuk karena suaminya itu sama sekali tidak ada peka-pekanya.

Sesampainya dikamar ia memilih untuk menutup dirinya dengan selimut seraya menunggu Nanami selesai mandi.

"Kau mau tidur duluan?" Nanami yang baru selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan kaos oblong abu-abu lengkap dengan celana boxer hitamnya itu membuat Hana sedikit menurunkan selimutnya seraya meneguk air liurnya dengan kasar--sialan.

"Kau mau tidur duluan?" Nanami yang baru selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan kaos oblong abu-abu lengkap dengan celana boxer hitamnya itu membuat Hana sedikit menurunkan selimutnya seraya meneguk air liurnya dengan kasar--sialan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Pinterest

"I-iya, Kento-san 'kan lelah." Membalikan badan membelakangi Nanami yang duduk di pinggir ranjang tempat ia tidur.

"Kenapa?" Mata Hana sedikit membulat ketika tangan besar Nanami mengelus surainya lembut.

"Kenapa apanya?" Hana masih membelakangi Nanami.

"Apa kau merajuk karena tadi siang?"

"Tidak." Hana menepis pelan tangan besar Nanami yang masih mengelus surainya.

"Lalu kenapa? Tidak biasanya kau pendiam seperti ini."

"Ya .. aku ingin diam saja." Nada bicaranya dibuat ketus dan ia kembali menutup dirinya lagi dengan selimut.

Namun bukan Nanami namanya kalau sifatnya tidak ngeselin, pria itu tidak seperti Gojo yang ngeselin tapi banyak bicara .. Nanami malah sebaliknya. Nanami memilih mengangguk-angguk mengiyakan saja sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Hmm begitu? Baiklah kalau begitu kau tidur duluan saja aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu." Hana ingin sekali menarik tangan Nanami supaya pria itu tidak pergi sini, tapi ia harus tetap acuh dan menguatkan tamengnya.

"I-iya." Hana juga memilih untuk mengiyakan saja dan pura-pura tidur karena ia tidak akan bisa tidur jika tidak memegang tangan Nanami.

***
"Kento-san, aku pergi duluan." Hana bergegas mengambil tas punggungnya tanpa sarapan terlebih dahulu.

Seperti tadi malam, raut wajah Nanami bahkan tidak berubah menjadi bingung ataupun khawatir kepada Hana yang menjadi pendiam dari tadi malam.

"Hati-hati dijalan." Tatapan Nanami mengarah pada koran yang ia baca ditemani roti juga teh hanga di pagi hari ini.

" Tatapan Nanami mengarah pada koran yang ia baca ditemani roti juga teh hanga di pagi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Pinterest

Hana hanya berdehem kesal dan bergegas untuk segera pergi dari rumah mereka, mata wanita itu sudah berkaca-kaca karena Nanami tidak menunjukan sikap yang ia bayangkan-- pria tinggi itu malah lebih dingin dari biasanya.

Jam sudah menunjukan pukul delapan lewat sepuluh pagi, ia tahu kalau Cafe tempatnya bekerja belum buka tapi demi mengedepankan rencananya ia rela pergi terlalu awal untuk itu.

***
"Bagaimana?" Tanya Aiko yang membuyarkan lamunan Hana.

"Apanya yang bagaimana?"

"Itu, si Kento kesayanganmu." Hana ber'oh' ria dan menjawab seadanya bahwa Nanami tidak menunjukan reaksi apapun.

"Jadi kau mau bagaimana? Mau tanya langsung 'kah?"

"Tidak tahu, rasanya kekesalanku semakin bertambah ketika melihat wajahnya yang sangat acuh itu." Aiko tertawa lepas sambil menepuk pelan pundak Hana.

"Hana-chan, bagaimana kalau kau ungkit soal pria lain dihadapannya, lihat bagaimana reaksinya." Jari Hana menjentik dapat ide baru.

"Kau 'kan dulu sangat populer waktu di SMA." Aiko menjelaskan rencana yang harus dilakukan Hana jika ia bertemu dengan Nanami selepas pulang kerja ini.

"Jika ia tidak menunjukan reaksi apa-apa bagaimana?" Ada rasa cemas dalam hati Hana takut pria itu acuh lagi dengannya.

"Parah sih."

"Parah kenapa?" Tanya Hana bingung pada Aiko yang menggigit bibirnya.

"Berarti dia tidak niat denganmu."

"Hah? Yang benar?"

"Makanya coba saja cara yang satu ini, semangat Han!!" Aiko memberi semangat pada Hana yang akan mencoba sekali lagi  untuk meruntuhkan bongkahan es batu itu.

Yakin kalau es batu berjalan itu akan leleh dengan Hana? Jawabannya mungkin saja.

-TBC-

Haiiii gaisss👋🏻👋🏻👋🏻

Alhamdulillah bgtttt aku bisa update lebih cepet dari biasanya😭😭 walaupun chapter kali ini lebih pendek tapi aku dah usahain bgt bikin semaksimal mungkin dan tadaaa😭😭😭

Makasih ya teman2 dah support aku, setiap aku update pasti lgsg d vote lo, makasiii bgtt huhuhu sayang bgt sama kalian🥰🥰

Terus dukung aku ya gaisss dengan berikan vote dan komen☺️☺️

Makasiiii🙏🏻🙏🏻

Babayyy nak sambung kerjain tugas kuliah lg😂

Tacenda • nanami kentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang