❄️ 09 - erroneous ❄️

286 28 19
                                    

Boleh minta supportnya gak?

Vote dan komen ya gaess
Supaya aku lebih semangat lagi berkarya😊🤗
Terima kasih

Cerita ini tidak cocok dibaca untuk anak dibawah 18+ , terdapat kata-kata vulgar dan unsur dewasa harap bijak dalam membaca😊
.

.

.

Hana's Pov

Sejak aku berumur 17 tahun aku tidak habis-habisnya memikirkan pria itu, pria yang sudah menghabiskan seluruh relung isi hatiku.

Nanami Kento namanya.

Aku tersenyum dan bahagia ketika ia berjalan lewat di depan rumahku, rupanya Kento-san ingin bekerja hari ini.

Setiap hari aku selalu menghitung dan menebak isi kepalanya yang pastinya tidak tergambar oleh emosi diwajahnya-- Kento-san tidak bisa ditebak, wajahnya selalu membuat ekspresi datar.

Aku mencintainya, sangat mencintainya.

Aku harap aku bisa selalu ada disampingnya, aku tidak masalah jika Kento tidak menjadi milikku, aku tidak masalah jika Kento menolak perasaanku, sebab titik tertinggi mencintai seseorang bukan mengharapkan balasan bukan?

Aku hanya ingin ia sadar bahwa ada aku yang selalu menatap dirinya dari jendela kamar kayuku ini, ibuku adalah saksi bahwa aku tidak mau mencintai laki-laki disekolahku, menurutku laki-laki seumuran itu kurang menarik dan emosinya belum terbentuk untuk menjadi pria dewasa.

Kento-san selalu pulang bersama perempuan, setelah aku selidiki perempuan itu bernama Seina. Ia adalah wanita cantik yang seumuran dengan pria tercintaku ini.

Aku masih bebal dan tidak peduli kedepannya jika aku akan merasakan hal-hal yang tidak aku suka-- contohnya Kento-san sama sekali tidak bergeming ketika aku dengan blak-blakan mengatakan bahwa aku mencintainya.

Ia menampilkan wajah datar seperti ke orang-orang lainnya, emosinya hanya bekerja ketika bersama Seina .. ia akan tersenyum tipis ketika wanita itu berbicara maupun bernyanyi dengan nada sumbangnya-- aku bisa bernyanyi lebih baik daripada Seina.

Aku sengaja mengikuti kelas musik untuk belajar nada dan juga mengasah bakatku menyanyi, jadi setiap pria itu melewati rumah ini aku akan bernyanyi untuknya. Ekspresi yang ia tunjukan sama dengan sebelumnya .. datar.

Ketika hujan melanda tokyo dengan angin yang kencang aku pun melihat Kento melewati rumahku tanpa perlindungan apapun, tidak ada payung ataupun jas hujan yang ia pakai .. Kento-san bisa sakit loh!

Jadi aku bergegas berlari sambil membawa payung untuk mengejarnya.

"Kento-san!" Panggilku, ia pun menoleh.

"Apa?" Sahutnya, ia menatap ekspresi khawatirku, aku mengeluarkan jas hujan milikku dari tas yang ku bawa .. jas hujan milik ayah, aku tahu ia takkan muat memakai ukuranku.

Aku pun memintanya untuk memegangi payung supaya bisa dipakai berdua walau akhirnya payung itu tidak melindungi badan kami dengan baik, aku memasangkan jas hujan itu ke badannya.

"Duhh! Kento-san bisa sakit kalau tidak pakai perlindungan apapun, coba lihat angin sekencang ini .. kamu bisa masuk angin, nih bawa." Aku meraih tangan Kento-san dan memberinya tas kecil yang berisi air jahe madu hangat dan juga susu stroberi hangat, aku harap ia menyukainya.

Ia diam saja membiarkan aku bertindak melindunginya.

"Aku pulang dulu, hati-hati .. Kento-san!" Aku melambaikan tangan, ia diam saja .. aku lihat bibirnya menekuk ke bawah sepertinya Kento menangis.

Tacenda • nanami kentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang