19 - "Jaga diri ya, Cantik"

367 37 2
                                    

Senyum kecil Jeongwoo terbit saat merasakan seseorang yang tengah tertidur dibahunya terusik. Sangat menggemaskan. Lengan kecil itu menyentuh rambutnya berkali-kali, terlihat terganggu karena angin yang menerpa dibalik kaca mobil yang sedikit terbuka.

Jeongwoo meraih lengan kecil itu, meletakannya perlahan dalam pahanya. Lalu lengannya terangkat kembali untuk menutup kaca mobil. Fokusnya ia berikan kembali pada Hara, membenarkan rambut gadis itu yang menghalangi wajah yang akan sangat lama ia tidak temui lagi. Perlahan ia menaruh kepalanya pada atas kepala Hara.

Helaan nafas pria itu terdengar berat. Dia berbisik, "Cewe hebat gue. Sampai ketemu lagi nanti." Pada telinga gadisnya.

Dalam kursi depan, Rose yang memperhatikan tingkah putranya merasa gemas sekali. Namun ia juga merasa sedih, ia akan ditinggal Putranya selama setahun. Rumahnya akan sangat sepi kalau tanpa teriakan Jeongwoo yang kalah Mabar dengan Haruto. Ia menyenggol sikut June, menyuruh suaminya itu lihat ke spion. "Gemes banget." Ucapnya yang tampan suara namun bisa di mengerti June dari gerakan bibir itu.

June yang masih mengemudi pun tersenyum kecil. Lengan kanannya terangkat mengelus bahu Istrinya.

Dalam mobil belakang yang mengikuti mereka juga tampak sangat tenang. Hanya ada suara ngorok dari putra sulung mereka itu. Irene terkekeh sendiri mendengarnya. Ia menoleh pada Suho. "Kita beruntung banget, Mas." Ujar Irene.

Suho yang mengemudikan mobil menoleh. "Menantu aku menantu terhebat." Ujar Irene lagi.

Mereka sudah tau tentang kejadian Hara karena diberitahu pihak Sekolah. Tadinya ia marah pada Jaehyuk kenapa bisa diam saja saat Adiknya terluka, namun ia juga memaklumi Putranya. Ia baru tau, Mile yang pernah Jaehyuk kenalkan padanya lewat Vidio Call dulu adalah seseorang yang terlibat dibalik itu. Moment harunya muncul saat baru tiba dirumah ia melihat Hara menghampiri Kakaknya.

flashback.

"Kak.."

Jaehyuk yang tengah termenung disofa kamarnya itu menoleh karena mendengar suara Hara. Ia tersenyum manis pada Adiknya itu. Hara pun berjalan mendekat pada Kakaknya dan duduk disebelah Kakak satu-satunya yang ia punya.

"Aku baca Whatsapp Kakak." Ujar Hara.

"Oh, iya. Gue---"

"Gak papa. Bukan salah Kakak, gak usah ngerasa bersalah lagi. Bagi aku Kakak orang yang hebat Kok, maaf. Masa muda Kakak harus tumbuh sama Bibi karena aku."

Jaehyuk menatap raut sedih adiknya. Ia tidak percaya dengan siapa ia berbicara kini. Bibirnya melengkung kebawah saat sang adik ikut menatapnya. Dia pun merentangkan kedua lengannya. "Sini peluk gue." Dan dengan tangisnya yang pecah Hara berhambur memeluk Kakaknya.

Diusapnya dengan sayang rambut  pendek yang terasa sangat asing baginya. "Sorry. Ra. Gue belum bisa jadi Kakak terbaik lo. Gue cuman Kakak yang selalu keluyuran mulu dan keliatan gak peduli sama Adeknya. Tapi Jujur, gue sayang banget sama lo. Gue gak mau lo kenapa-napa. Lo adek gue. Gue ngerti tingkah lo yang kekanakan itu cuman haus kasih sayang kita semua, kita semua sebuah keluarga yang hidup sendiri-sendiri gak seperti keluarga lainnya."

"Soal masa muda gue. Gue gak keberatan sama sekali, itu kan pilihan gue buat milih gak ikut pergi tinggal sama kalian. Tapi Ra, gue pikir pas lo balik waktu itu, seenggaknya kesibukan Bunda sama Ayah bakal berhenti sedikit, tapi nggak. Mereka malah tambah sibuk, seharusnya lo gak usah pulang, seengganya disana ada Nenek yang ngejaga lo. Disini gue gak bisa selalu bareng sama lo. Padahal keluarga yang lo punya disini cuman gue." Jaehyuk sudah ikut menangis bersamaan dengan Hara yang sudah sesegukan dan mengeratkan pelukannya.

fiancé | park jeongwoo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang