Jeongwoo berjalan menuju rooftop sekolah, entah kenapa rasanya dia butuh sekali waktu sendiri. Tapi pas baru saja tiba, matanya menangkap Gyuvin yang duduk dengan santainya sambil meminum cola.
"Disini juga pak ketos?" Ucap Jeongwoo.
Gyuvin menoleh lalu berdecak malas, kenapa sih Jeongwoo mengganggu waktu sendirinya. "Ngapain lo?"
"Ngapain apanya?"
"Ck, bodoh banget manusa satu. Lo ngapain disini?"
Jeongwoo memutar bola matanya malas, lalu berjalan mendekat dan duduk disamping Gyuvin. "Emang lo doang yang boleh ada disini?"
"Bukan gitu maksud gue pengso, tugas ketos kan masih banyak. Ngapain disini? Yang ngerjain siapa nanti?"
Jeongwoo merebut paksa cola yang berada ditangan Gyuvin, menatap pria yang menatapnya dengan heran. "Kalo lo peduli banget, kenapa gak lo aja yang ngerjain tugasnya?"
"Ck, males."
Jeongwoo mendecih, malas katanya? Ketua Osis macam apa dia?
"Ya terus ngapain jadi ketos kalo males?!" Sewot juga Jeongwoo lama-lama.
"Gue kan dah bilang, iseng doang."
"Kebanyakan isengnya idup lo, Vin." Ujar Jeongwoo. Gyuvin menoleh sekilas dengan lirikan tajamnya.
Memang benar Gyuvin awalnya iseng saja mencalonkan sebagai ketua osis. Padahal ia berharap tidak ada yang memilihnya waktu itu.
Flashback
Gyuvin memandangi dirinya dicermin, ia benar-benar bingung dia harus apa agar dia bisa sedikit membanggakan Ibunya yang menaruh harapan besar padanya. Dia tau, kalau Ibunya melihat hasil raportnya mungkin dia sudah diusir dari rumah karena nilai anjlok itu. Apalagi dia tidak aktif dalam organisasi manapun, dia tau dirinya bakal dibandingkan kembali dengan kakak perempuan serba bisanya yang kini masih menjabat sebagai ketua Osis disekolahnya.
Gyuvin menghela nafas beratnya, dengan langkah yang berat ia meninggalkan toilet dan pantulan cermin yang menunjukan wajah lusuhnya.
"A-Aduhh."
Dalam jarak setengah meter darinya, Gyuvin berlari mendekat pada gadis yang menjatuhkan segala jenis brosur dan tumpukan kertas dalam kardus yang penuhnya. Karena saking repotnya lembaran kertas yang hampir menutupi wajahnya itu jatuh dari pegangan kuatnya.
Gyuvin pun berlutut membantu gadis itu memunguti kertas-kertas berserakan dan sepertinya sangat penting. Sebelumnya Gyuvin sempat melirik nametag gadis itu bernama 'Mina' Kelas 12.
"Kak, Mina? Ini kertas apaan banyak amat." Tanyanya kepo.
Mina menoleh pada Gyuvin, meski tangannya masih bergerak membereskan kertas-kertas yang baru saja diberi Gyuvin hasil dari memunguti.
"Ini brosurnya Kakak lo, buat contoh calon Ketua Osis baru." Jawab Mina tanpa menoleh pada Gyuvin. Setelah dirasa selesai Mina berdiri diikuti Gyuvin setelahnya.
"Makasih ya." Ucapnya lalu berniat pergi sebelum Gyuvin malah menghentikannya.
"Gue boleh minta satu?" Dengan ragu dia menanyakan ini, entah kenapa muncul minat yang tiba-tiba.
"Mau buat apa lo?" Tanya Mina yang ikut ragu. Ia tau adik dari Ketua Osisnya itu lalaki begajulan yang tidak tertarik apapun, melihatnya begini, aneh rasanya. Mungkin patut dicurigai.
"Enggak, pengen liat doang. Ish apasih satu doang pelit amat." Tanpa diberi oleh Mina, Gyuvin mengambil Brosur itu. Dan pergi meninggalkan Mina yang masih menatap punggungnya perlahan menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
fiancé | park jeongwoo [End]
Fiksi PenggemarSetelah tiba-tiba jadi Wakil Ketua OSIS tanpa persetujuannya, Jeongwoo malah mendapat masalah lagi karena Tunangan dengan gadis yang sikapnya Kekanak-kanakan. Hara, namanya.