16. Dunia Novel (kenapa alurnya kembali ke semula -2?)

821 113 11
                                    

Sudah enam bulan, yang berarti sudah setengah tahun Belia berjalan dengan mengetahui alur ceritanya sendiri.
Bagaimana ia meninggal, dan keluarganya yang bangkrut serta meninggal secara mengenaskan.

"Bisakah waktu berhenti?" Ucap Belia yang melihat jam tangannya yang terus berjalan. "Padahal kalau waktu bisa berhenti, gue akan kasih satu milliar."

Belia melihat ke arah pintu asramanya yang sedang terbuka, menandakan Zara yang sudah selesai mengikuti ujian perguruan negerinya.

"Bagaimana?" Ucap Belia yang masih melihat ke arah jamnya.

Zara menaruh tasnya di gantungan dan membuka bajunya, nampak bekas memar berada di punggung Zara.

Zara melewati Belia begitu saja, berjalan ke arah kasurnya.

Belia tersenyum, "hari ini cuaca sangat dingin yah."

"Padahal hari ini ulang tahun lo."

Zara bangkit dari kasurnya dan berlari ke arah Belia. "Kamu ingat?" Ucapnya yang seakan berbinar.

Belia mengelus rambut Zara, "tentu saja gue mengingatnya." Ucap Belia dengan senyuman manisnya.

Zara memeluk Belia dengan erat. "Aku kangen." Ucapnya kemudian.

-
-
-
-


Belia terbangun dari tidurnya, tidak, Belia tidak tidur di asramanya, dia tidur di kelasnya. Pak Alberto selaku guru kimia yang mengajar di Delton high School. Guru yang dikenal dengan mulutnya yang tajam dan menusuk.

Dan sialnya, Belia harus berhadapan dengan guru yang paling ia benci di sekolah ini.

" Logam alkali tanah memiliki enam unsur, nah murid yang berada di samping saya tidak mendengarkan dan malah tidur saat guru menerangkan, sekarang wahai anak murid cerdas dan tidak menghormati guru, coba kamu sebutkan unsur-unsur logam alkali tanah." Ucap guru Alberto.

Belia mengedipkan matanya, "e-eh?"

"Bukan e-eh, tapi sebutkan unsurnya." Ucap pak Alberto dengan penuh penekan terkhusus di bagian 'sebutkan'.

Sudah Belia bilang-kan, guru satu ini sangat menjengkelkan.

"Kamu nggak tahu?" Tanya pak Alberto.

Belia menggelengkan kepalanya.

"Belia Dania." Pak Alberto membuka lembaran buku Belia, "ini, " Tunjuk pak Alberto kepada Belia. "Kamu kerjakan, dan kumpulkan hari ini juga."

-

"Huftt.." Belia menghembuskan nafasnya lagi dan lagi. Menatap buku paket kimia nya yang tidak dimengerti sama sekali oleh dirinya.

"Tumben lo belajar."

Belia melihat ke arah sampingnya, terlihat Geza-pacarnya yang sedang duduk di sampingnya sambil memberikan susu coklat.

"Buat gue?" Ucap Belia yang mengambil susu pemberian Geza.

"Gue dengar lo suka susu coklat, makanya gue beliin." Geza mengambil buku yang ada di tangan Belia, "dan juga gue dengar pacar gue yang sangat cantik dihukum sama pak Alberto."

Belia menempelkan wajahnya di meja, membuat wajah lesu. "Mau ngerjain barang?" Ucap Belia dengan mimik wajah imut.

Geza menjawab dengan mengangkat tangan kanannya, "Tidak, terima kasih." Ucapnya dengan mimik wajah serius.

"Aish, apaan sih."

"Nanti pas pulang, temenin gue beliin kado buat Bagas yah."

"Oke." Ucap Belia dengan wajah lesu.



"Nih, pake helm-nya." Ucap Geza yang memberikan helm kepada Belia.

"Tapi nggak apa-apa kan kita keluar, lo udah permisi?" Tanya Belia yang terlihat khawatir.

"Tenang aja."

"Geza, lo memang sudah permisi, kan?" Tanya Belia sekali lagi, takut Geza berbohong kepadanya.

"Iya Belia, gue udah permisi sama guru penjaga." Geza melihat ke arah Belia yang kesusahan menaiki sepeda motornya yang besar, menurutnya wajah Belia yang terlihat seksi itu sangat lucu.
"Pegangan Belia." Ucap Geza.

Geza dan Belia berhenti di salah satu toko buku komik. Bagas sangat menyukai hal-hal yang berbau komik, apalagi komik yang berbau Jepang.

"Ini sepertinya edisi terbaru Toky* Reven***" Ucap Belia yang memberikan seri ke delapan buku komik itu.

Belia dan Geza berjalan ke arah kasir, bergandengan tangan seperti kekasih lain. Bercengkrama satu sama lain. Seakan lupa akan peran masing-masing.
Belia berjalan duluan ke arah parkiran.

"Belia-"

"Belia!!!"

"Belia!! "

Teriak Geza yang melihat Belia bertabrakan dengan sebuah mobil hitam. Tapi, tunggu. Seperti ada yang aneh, kenapa jalanan yang sepi secara tiba-tiba ada sebuah mobil dengan laju yang terlalu cepat.

Geza seakan buntu dengan semua itu, ia berlari ke arah Belia yang sudah bercucuran darah.

"Tolong!! Disini ada orang kecelakaan." Teriaknya yang meminta pertolongan.

"Belia, apa ini sebuah kutukan?" Ucapnya yang melihat tidak ada orang satu pun yang datang. Seakan waktu berhenti, tidak ada sinyal di ponsel-nya, dan jalanan yang sangat sepi.

"Apa saatnya ending?"



***









Dunia Novel (Hiatus Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang