04. Terima Kasih

1 2 0
                                    

"Nay, mau ikut kita nggak akhir pekan?" Tanya Rashel.

"Kemana?"

Rashel dan Kinkaa saling berpandangan "shopping!" Jawab mereka bersamaan dengan raut yang antusias.

Aku mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ku ini, ku pikir itu bukan hal yang sulit terutama dengan dua sosok di depan ku ini. Kami sudah sangat dekat seperti teman lama melupakan aku yang baru mereka kenal seminggu yang lalu, mereka tidak mendiskriminasi aku sebagai teman baru.

Bahkan mereka sudah pernah berkunjung ke rumah ku. Awal Nya aku sedikit kaget dan malu mengetahui fakta bahwa mereka adalah anak dari golongan atas sementara aku termasuk golongan ekonomi ke bawah.

Namun, siapa sangka reaksi mereka pertama kali datang ke rumah ku sungguh di luar dugaan ku. Mereka sama sekali tidak memandang aneh apalagi remeh dengan keadaan rumah ku. Bahkan mereka sangat antusias melihat lukisan-lukisan yang terpampang di dinding rumah, koleksi-koleksi majalah ku, koleksi barang antik milik ayah. "Rumahmu sangat unik dan cantik. Nay" Puji kinkaa saat itu.

"Mau ya, Nay." Rashel menatap ku dengan dua mata bulat nya penuh harap.

"Harus ya?"

"Ayo lah, Nay. Kapan lagi?"

Melihat tatapan mereka yang penuh harap aku hanya menghela napas.

"Iya."

Kedua nya bersorak gembira mendengar jawaban ku.

Di sini lah kita sekarang, di sebuah pusat perbelanjaan di kota pusat. Suasananya sangat ramai karena ini adalah akhir pekan.

Rashel dan Kinkaa sudah sangat antusias bahkan sebelum memasuki gedung tersebut. Menarik tangan ku untuk berjalan lebih cepat menyeimbangi mereka.

Langkah kedua Nya begitu cepat hingga aku kesulitan mengikuti mereka. Terlebih dengan suasana yang sangat ramai seperti sekarang ini. Kedua Nya seakan lupa dengan keberadaan ku setelah melihat barang-barang yang menggiurkan bagi mereka.

Setelah sampai di lantai ke tiga, kedua Nya dengan semangat membara mulai memilah baju keluaran terbaru yang berjejer di sepanjang ruangan yang mereka masuki satu persatu.

Aku mengikuti mereka perlahan, melihat-lihat tanpa berniat membeli karena aku yakin budget ku tak akan cukup membeli barang-barang di tingkat ini.

**

Terlalu fokus berjalan ke depan Naya tidak memerhatikan seorang anak kecil dengan mobil mainan Nya mengarah kepada Nya dan.

BRUKKK!!

Mobil-mobilan anak itu menghantam tepat di kaki kirinya, karena merasa terkejut Naya kehilangan keseimbangan dan tubuh Nya terhuyung ke samping.

Namun, sebuah tangan menahan Nya sehingga tubuh Nya menggantung di tangan tersebut. Naya memejamkan kan mata sudah membayangkan tubuh Nya akan berbenturan dengan lantai. Beberapa detik ia tidak merasakan benturan di tubuh Nya. Sebuah tangan dengan secepat kilat menahan Nya, sehingga tubuh Nya sama sekali tidak bersentuhan dengan lantai.

Naya masih memejam dan baru tersadar ketika aroma parfum Citrus milik seseorang menusuk hidung Nya. Aroma yang mengingatkan Nya pada seseorang beberapa waktu lalu.

Ketika membuka mata, Naya membulatkan mata menatap siapa yang ada di hadapan Nya saat ini. Kenapa di antara lautan manusia di sini harus dia yang menolong nya di saat seperti ini? Jika bisa memilih Naya lebih memilih jatuh ke lantai dari pada harus di hadapkan pada pria ini.  Dua kejadian memalukan Nya di hadapan pria yang sama. Tatapan yang membuat Naya Luluh dengan kejadian seminggu yang lalu. Tatapan teduh namun datar yang membuat Naya kehilangan kesadaran. Dan sekarang Naya harus di hadapkan lagi dengan tatapan itu.

Kedua Nya saling bersitatap untuk beberapa saat kemudian pria itu menegakan tubuh Naya. tatapan Nya beralih kepada anak kecil yang menabrak Naya.

"Adik tidak apa-apa?." Dengan lembut Shaka bertanya kepada anak kecil yang hampir menabrak Naya tadi.

Hati Naya berdesir seketika, perhatian kecil pria itu sangat menyentuh hati Nya.

Anak kecil itu hanya diam, kemudian berlari kepelukan ibu Nya ketika melihat ibu Nya dari jauh.
Dia menangis di pelukan ibu Nya, wanita itu menghampiri Naya.

"Dia hampir menabrak teman saya, Bu." Jelas Shaka kepada ibu tersebut.

"Maaf kan anak saya."

"Tidak apa Bu, saya yang lengah karena tidak memerhatikan sekeliling."

Setelah ibu dan anak tadi pergi setelah mengucapkan permintaan maaf nya, Naya masih berdiri mematung di tempat Nya, bukan tidak berani angkat bicara Naya hanya perlu menetralkan hati Nya. Entah karena kejadian yang mengejutkan itu atau karena hati Nya yang berdesir karena berhadapan dengan tatapan itu lagi.

"Hati-hati." Shaka melangkah pergi meninggalkan Naya.

Naya hanya menatap punggung Shaka dari belakang, setelah pria itu mengaku sebagai teman Nya sekarang pergi begitu saja. Bahkan mereka tidak saling mengenal bagaimana ia bisa mengakui Nya sebagai teman.

Ahh, perasaan Naya terlanjur di buat gugup, Naya meletak tangan di dada, mencoba mengusir rasa gugup secara tiba-tiba dengan kehadiran pria yang bahkan ia belum tau nama Nya.

ITS LOVE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang