Part 9

0 1 0
                                    

"Hai kak!" Aku menyapa dua teman dekat kak Shaka saat berjumpa di depan kelasnya. Aku tahu mereka dari Rashel dan Kinkaa. Pria bertubuh tinggi atletis, berkulit kuning pucat, perawakan hampir menyerupai kak Shaka hanya saja kak Shaka sedikit lebih putih darinya, namanya Arza dan di sebelah seorang wanita cantik berambut ikal agak kemerahan, namanya Devina.

Setelah lumayan mengenal kak Shaka beberapa hari ini, bahkan kami sering makan di kantin sehingga menyebabkan dua teman ku merasa sangat cemburu dengan kedekatan ku dengan kak Shaka, karena aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk bertemu kak Shaka di bandingkan berkumpul bersama mereka, aku juga ingin mengenal orang-orang di sekitarnya.

Namun, sepertinya itu hanya sebatas harapan ku. Karena dua teman kak Shaka hanya menatap tidak peduli dengan kehadiran ku, meskipun aku sudah menyapa dengan ramah entah sudah berapa kali setiap kali menemui kak Shaka.

"Dari mana saja kamu? Lupa ada tugas." kak Devina bahkan langsung menyambut dengan ketus kedatangan kami tepat di depan kelas kak Shaka.

Kak Shaka menatap kak Arza mengedikkan bahu.

"Dari kantin."

Kak Devina menatap ku sinis "Sama dia?"

Aku menunduk ketika di tatap dengan begitu sinis oleh wanita berstatus teman kak Shaka.

Kak Shaka menoleh kepadaku "kamu kembali ke kelas ya Nay. Sebentar lagi bel masuk."

Aku mengangguk menuruti perkataan kak Shaka melangkah pergi meninggalkan mereka tanpa menoleh lagi, karena tatapan sengit kupastikan masih tertuju padaku. Sayup-sayup masih aku dengar kak Devina berdecih menatap kepergian ku.

Ah rasanya aku ingin menghilang dari pandangan mereka ketika di tatap begitu sinis, aku bertanya-tanya kenapa mereka terlihat begitu tidak menyukai ku, terutama kak Devina yang secara terang terangan menunjukkan ketidak sukaan nya terhadap ku.

Sementara kak Arza hanya diam, lebih ketidak peduli meskipun tidak kutemukan tatapan tidak sukanya kepadaku.

Langkah ku perlahan mengendur ketika tatapan dua teman ku menghunus ketika aku masuk ke kelas.

Aku menatap bertanya.

"Begitu cara main mu Nay." Rashel bertanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Why?"

"Jangan pura-pura bodoh."

"Kau terlihat pergi ke kantin dengan kak Shaka, padahal sebelumnya kami mengajak mu ke kantin bersama."

Aku hanya terkekeh canggung setelah paham mengapa mereka menatap ku seperti itu.

"Dia merasa lapar dan mengajak ku ke kantin."

Aku terkejut dengan reaksi mereka, setelah menatap ku dengan begitu intens dan mengintimidasi, keduanya berlari mendekati ku dan menyerang ku dengan berbagai pertanyaan.

Bagaimana hubungan mu dengan nya? Sudah sampai tahap mana? Apakah dia menatap mu? Ayo lah Nay kau begitu menyukai nya bukan? Oh tidak apakah kau sudah menyatakannya? Dan berbagai pertanyaan mereka yang membuat aku sangat pusing seketika.

"Belum." kata ku singkat.

Kening kedua nya berkerut "belum apa?" tanya Kinkaa.

"Pokoknya belum semua dari apa yang kalian pertanyakan." jawab ku frustasi.

Kedua menatap ku dengan tatapan dramatis dengan raut yang di buat-buat berempati kepadaku.

Mereka memeluk ku dengan dramatis, wajah keduanya dibuat-buat sedih melihat ku "Oh kasian Naya kami." Rashel menepuk pundak ku.

ITS LOVE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang