Part 14

0 0 0
                                    

Aku turun dari bus dengan perasaan senang, tidak sabar ingin menyaksikan anak-anak panti asuhan, dengan senyuman penuh kebahagiaan mereka menyambut kami bahkan ketika bus
yang kami naiki belum sepenuhnya berhenti.

Mereka dengan penuh suka cita berlari menyambut kedatangan kami dengan gembira.

Bangunan tua yang masih tampak kokoh berdiri ini menarik perhatian ku. Bangunan dengan cat hijau muda kesukaan ku mendominasi bangunan ini, dengan hiasan ukiran pada pagar pembatas, pilar-pilar keemasan yang berdiri kokoh melambangkan sebuah keindahan dan keistimewaan, sementara di samping bangunan terdapat sebuah taman yang berisikan berbagai macam bunga seperti Anggrek, mawar dan tulip menambah keindahan suasana. Di samping bangunan tersebut ada sebuah bangunan yang terpisah dari bangunan utama. Sebuah rumah kayu yang mirip seperti rumah joglo. Namun, yang menarik perhatian ku adalah seorang anak kecil yang duduk di kursi roda berdiam seorang diri memerhatikan kupu-kupu yang berterbangan pada rimbunan bunga-bunga yang sedang mekar di Taman.

Aku memperhatikan dari jauh, pandangan anak itu tampak kosong. Di tengah anak-anak yang menyambut kami dengan gembira, sementara ia berdiam diri di sudut sana. Pemandangan itu menarik perhatian ku untuk mendekati Nya.

Saat wanita paruh baya yang mengenalkan diri sebagai pengasuh panti asuhan ini memberikan izin memasuki ruangan panti untuk keberlangsungan acara ini, aku melangkah menuju tempat gadis kecil yang berdiam seorang diri tersebut.

Dengan langkah pelan aku menghampiri Nya. "Hai," sapa ku ramah.

Dia melirik ku sekilas kemudian kembali memerhatikan kupu-kupu yang berterbangan di setiap kelopak bunga, seperti tidak terusik dengan kehadiran ku.

Tidak patah semangat aku tetap mendekati Nya, kali ini lebih dekat. Dia tampak terganggu dengan kehadiran ku. Namun, aku tidak peduli aku harus mengalihkan perhatian Nya dan bertanya kenapa ia seorang diri disini bukan bersama teman-temannya yang sedang bersuka cita di dalam sana.

Aku tersenyum ke arahnya "nama ku Kinaya." Aku mengenalkan diri meskipun tidak ditanya. "Siapa namamu?"
Lagi-lagi dia hanya diam dengan ekspresi datar.

Gadis kecil berumur sekitar tujuh tahun ini terlihat tidak antusias dengan kedatangan ku, ia memutar kursinya dari menghadap ku yang artinya ia tidak menyukai kehadiran ku di sisinya. Ia kembali memerhatikan kupu-kupu yang berterbangan.

Tidak patah semangat aku melangkah ke hadapannya "apa aku tidak boleh mengenal mu? percaya lah aku orang baik kok. Kita bisa berteman bukan." Aku memastikan dan terus menerus mengajaknya bicara, sementara ia terus menghindari ku.

"Ah sayang sekali, padahal aku ingin mengenalkan boneka bear ku."  Aku bangkit berdiri pura-pura tidak peduli atau benar-benar tidak peduli jika ia benar-benar mengabaikan ku.

Aku melangkah hendak pergi melihat reaksinya tidak berubah dengan ucapan ku.

"Tunggu.." aku tersenyum dan berbalik ketika mendengar suara gadis kecil itu menghentikan langkah ku.

"Kamu membawa boneka beruang?" dia bertanya penuh antisipasi.

"Tentu." Aku mengeluarkan sebuah boneka beruang kesayangan ku.

"Apa aku boleh menyentuh Nya?" dia bertanya dengan polos yang membuat aku tersenyum.

"Bahkan kamu boleh memiliki Nya." Aku memberikan boneka itu kepadanya, gadis itu menerima dengan senang, senyum terkembang di bibir Nya yang mungil. Pun dengan ku sangat bahagia akhirnya aku bisa mengambil hati gadis ini perlahan.

"Siapa namanya?" Gadis kecil yang tersenyum memeluk boneka yang ku berikan bertanya tentang nama boneka itu.

"Sebelumnya aku bertanya namamu."

ITS LOVE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang