03

75 17 1
                                    

Sama seperti hari biasanya Seongmin bangun pagi-pagi sekali untuk segera menuju ke sekolah. Seongmin sarapan pagi hari ini dengan roti dan selai nanas kesukaannya dan di ambilnya 1 susu kotak dari lemari pendingin.

Jam baru menunjukkan jam 05:40 pagi hari yang bisa di bilang masih terlalu pagi untuk anak sekolah berangkat ke sekolah masing-masing. Tapi inilah yang sering di lakukan Seongmin dikala ia takut akan amarah Hyungnya. Bahkan Seongmin tidak tau sampai kapan Hyungnya akan memperlakukannya seperti anak anjing yang harus selalu menurut dan mengikuti kata-kata Hyungnya.

"Ini masih terlalu pagi untuk berangkat, tapi sepertinya akan lebih baik jika aku tidak menerima Omelan dari Hyungku lagi" Seongmin menghela nafas berat badannya terasa remuk semua dan rasa sakit menjalar kemana-mana di tubuhnya.

"Apa salahku sebenarnya Tuhan? Kenapa Hyungku sangat membenciku?" Ucapan itu terhenti ketika sebuah bus berhenti tepat di depannya. Seongmin berjalan menuju bus itu dengan tertatih sama seperti biasa jadi orang-orang di dalam bus itu tidak heran dengan Seongmin yang selalu kacau setiap harinya.

🌙🌙

Hari ini Seongmin berjalan di koridor sekolah dengan tatapan yang sama setiap harinya yaitu tatapan yang tajam dan tentu tatapan tidak suka soal dirinya.

"Pembunuh itu ke sekolah lagi, aku muak melihatnya"

"Ya pembunuh dasar tidak tau malu"

"Apa aku bisa membayarmu untuk menjadi penikmat ku?" Kata-kata itu membuat Seongmin berhenti. Ini sudah melewati batas, apa maksud pria itu?.

"Apa maksudmu?" Ucapnya sebelum membalikkan badannya ke arah pria tersebut. Panggil saja Minghao, lelaki itu sepertinya berasal dari China.

"Jadilah penikmat ku, jika kau tak tau aku akan meluruskannya ke depan para gadis ini"

"Apa maksudmu sialan?" Seongmin membesarkan suaranya lalu mendekat ke arah Minghao dan berniat untuk memukulnya. Satu pukulan tepat mengenai perut Minghao serta tendangan yang mengenai perut serta dadanya. Minghao tersungkur, pria itu kaget bukan main bagaimana Seongmin bisa memperlakukannya seperti itu.

"Dasar rendahan, bahkan aku yang bisa membayarmu" ucapnya lalu pergi begitu saja. Minghao yang emosi pun menghampirinya lalu menarik Surai cokelat Seongmin lalu membenturkannya ke tembok kelas dua belas.

"Apa kau ingin mebunuhku juga? Dasar pembunuh tidak tahu malu" Minghao menendang keras dada Seongmin hingga tersungkur di lantai. Apakah ada belas kasihan dari orang lain terhadapnya? Oh tentu tidak. Menurut orang-orang itu adalah tontonan yang keren bahkan dapat menambah mood mereka. Setelah acara itu, Minghao meninggalkannya.

"Bangunlah" Seongmin kaget. Suara itu? Benarkah itu suara Hyungnya? Ia mencoba melirik lelaki di depannya itu dan benar saja itu Taeyoung Hyung.

"Hyung?"

"Bangunlah" Taeyoung mengulurkan tangannya itu ke depan Seongmin lalu Seongmin bangun dengan perlahan. Dadanya sakit dan bibirnya penuh darah bahkan bajunya pun di penuhi bekas darah.

"Terima kasih Hyung. Aku ke kamar mandi dulu"

"Ini bekal untukmu dari Minhee Hyung" ucapnya datar lalu pergi dari hadapan Seongmin. Taeyoung sebenarnya tidak peduli hanya saja Minhee yang menyuruhnya membawah bekal untuknya karena anak itu sama sekali tidak makan dari kemarin.

REALIZE || AHN SEONGMIN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang