04

78 17 1
                                    

Seongmin merasa haus dan perlahan membuka matanya jam baru menunjukkan jam 12 tepat. Seongmin menuju dapur dengan cepat lalu mengambil air dalam lemari es lalu kembali ke kamarnya setelah air itu habis di teguknya.

Seongmin kembali menaikkan dirinya ke atas kasur itu dan berniat untuk melanjutkan tidurnya. Bukannya tidur pikirannya selalu saja tertanggu karena kelakuan Hyungnya padanya. Merasa matanya tidak bisa tertutup kembali Seongmin menuju meja belajarnya dengan cepat lalu menyalakan lampu belajarnya dengan pelan agar tidak menganggu tidur Taeyoung. Setelah di rasa Taeyoung tidak bangun sama sekali Seongmin melanjutkan belajarnya agar hasil ulangnya bisa mendapat nilai tertinggi.

"Kata informal dan formal harus di pelajari terlebih dahulu setelah itu huruf vokal dan konsonannya lalu susunan kata. Pasti ulangannya akan mudah" ucapnya sampai tak sadar bahwa Taeyoung sudah berdiri di sampingnya menatap tanda tak suka.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin dirimu sakit?"

"Terima kasih Hyung sudah menghawatirkan ku" ucapnya tapi tidak melihat Hyungnya.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu. Tidurlah jika kau tidak ingin mendapat pukulan dariku" datar itulah ekspresi Taeyoung.

"Baiklah Hyung"

Setelah perbincangan yang bisa di bilang sangat singkat Seongmin langsung menuju tempat tidurnya lalu memejamkan matanya sedangkan Taeyoung menuju kamar mandi.

🌙🌙

Jam pelajaran pertama adalah pelajaran pak Seonghwa hari ini ada ulangan seperti yang telah di janjikan Senin lalu. Pak Seonghwa belum memasuki kelas dan ini menjadi kesempatan besar untuk Seongmin untuk mengulang-ulang pelajarannya lagi sedangkan Jeno dan Jaemin pun seperti itu selalu mengulang-ulang pelajarannya.

🌙🌙

Ulangan berjalan lancar dan akan di susul pelajaran kedua tapi sebelum itu, bukan Jeno dan Jaemin jika pria itu tidak menganggu ketengan hidup seorang Seongmin.

"Kenapa kau selalu menyaingi kami? Atau kau ingin menerima kekerasan dari kami lagi? Atau lebih dari itu?" Jeno benar-benar kesal lalu menyeret pria itu ke taman belakang sekolah yang sudah jarang di kunjungi oleh para siswa. Di mana di taman itu sangat asing bahkan banyak pohon-pohon tinggi serta rerumputan yang tingginya sepergelangan kaki.

"Hajar dia" bukan Jeno tapi Jaemin lah yang mengatakan hal ini.

Seongmin mencoba memberontak karena pukulan yang di terimanya serta kedua teman Jaemin memegangi tangannya. Dirinya sangat sulit untuk bergerak saat pukulan bertubi-tubi itu mengenai wajah dan perutnya serta tendangan dari Felix yang tidak main-main.

"Lepaskan kini giliranku" aura kemarahan Jeno semakin terlihat setelah mengatakan hal itu lalu mendekat ke arah Seongmin. Sama seperti yang di lakukan oleh Felix Jeno pun melakukan hal yang sama bahkan Seongmin sampai pingsan lalu di tinggalkan oleh mereka berenam. Ya, mereka Jeno, Jaemin, Felix, Hyunjin, Bangchan, dan Mark.

🌙🌙

Waktu telah sore dan Seongmin tersadar dari pingsannya dan bergegas pulang secepat mungkin agar tidak mendapat kemarahan Serim dan Allen lagi di tengah perjalanan menuju halte bus pria itu melihat seseorang yang tidak asing sedang terduduk dengan wajah yang penuh luka dia berlari kecil menyusuri trotoar itu. Hwang Yeji, adik dari Hwang Hyunjin.

"Kau kenapa?" Tanyanya.

"Tidak usah menolongku pembunuh, menjaulah dariku" Seongmin menggeleng.

"Pegang tanganku dan ikutlah denganku aku akan mengobati lukamu itu"

"Tapi..."

"Lupakan tentang hal itu"

Seongmin membawah gadis itu ke halte bus lalu membersihkan luka-lukanya sepertinya luka itu akibat kekerasan atau mungkin saja dia korban penculikan.

"Kenapa ini terjadi padamu?"

"Aku tadi berjalan menuju halte dan tiba-tiba ada orang yang tidak asing menghampiriku. Dia memukulku karena alasan yang tidak masuk akal yang tidak pernah aku lakukan"

"Apa maksudmu?"

"Mereka mengatakan bahwa akulah penyebab kematian Renjun oppa, akan tetapi itu tidak benar aku sudah mengatakannya berkali-kali bahwa bukan aku pelakunya"

"Tenangkan dirimu Yeji-ssi dan setelah aku membersihkan hal ini cepatlah pulang agar kemarahan saudaramu tidak menimpamu lagi"

"Baiklah, Terima kasih Seongmin. Aku pulang dulu terima kasih juga karena telah mengobati lukaku ini"

"Santai saja, tidak perlu berterima kasih terus seperti itu" ucapnya dengan senyuman.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Kau hati-hati di jalan" kata terakhir sebelum Yeji menjauh.

🌙🌙

Seongmin memasuki rumah itu di malam hari di mana rumah itu serasa asing bahkan sambutan ceria tidak pernah menyambutnya lagi. Hanya amarah yang menyambutnya setiap hari bahkan sampai ingin tidur saja rasanya tidak tenang.

"Darimana saja kau?" Seongmin menunduk tanpa menjawab satupun perkataan Hyungnya.

"Apa kau tidak punya mulut anak sialan?" Jungmo menimpali.

"Aku... Aku" belum selesai berbicara satu pukulan tepat mengenai wajahnya dan pukulan itu berhasil membuatnya tersungkur di lantai dengan wajah yang berantakan dan penuh luka. Luka bekas pukulan Jeno dan Felix tadi bahkan belum sembuh akan tetapi dia mendapatkan pukulan dari Hyungnya dan itu menambah luka-luka di wajahnya dan di tambah lagi dengan darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya yang telah lebam-lebam itu.

"KAMI MEMBENCI MENAMPUNG ANAK BERANDALAN DAN PEMBUNUH SEPERTIMU. JIKA BUKAN KARENA SERIM DAN ALLEN HYUNG MUNGKIN SAJA KAU SUDAH TERKAPAR DI LUARAN SANA" suara menggelegar dari Taeyoung terdengar di mana-mana tanpa ada yang peduli dengan Seongmin yang telah berusaha agar air matanya itu tidak menetes di hadapan para Hyungnya.

"Jangan kotori tangan kalian hanya untuk menyentuh anak itu. Dan kau anak kurang ajar jangan harap kau mendapatkan makan malam hari ini" ucap Minhee berlalu tanpa memperdulikannya. Sepertinya dendam telah menyelimuti diri mereka semua bahkan kata-kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut mereka, mereka lontarkan hanya untuk mengata-ngatai sang adik.

Seongmin masih di tempatnya hanya melihat sosok yang di sayanginya itu membuatnya tersenyum walaupun rasanya sedikit sakit di perlakukan seperti layaknya bukan manusia. Seongmin kemudian bangkit dan berjalan gontai ke kamarnya lalu mandi kemudian membersihkan luka-lukanya itu dan tidak lupa anak itu selalu saja membuka buku-buku yang telah di siapkan di meja itu. Belajar sepertinya telah menjadi bagian dari diri seorang AHN SEONGMIN.

Selamat membaca
By: Nurul Hikmah
Follow juga Instagram saya @fullsunshine_lvty

REALIZE || AHN SEONGMIN[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang